TEMPO Interaktif, Jakarta - Pernahkah terpikir mengapa orang yang jam tidurnya sama memiliki kesegaran tubuh yang berbeda pada siang hari? Penyebabnya ternyata ada pada gen mereka.
Menurut penelitian terbaru yang diterbitkan jurnal American Academy of Neurology, orang-orang yang memiliki varian gen yang disebut DQB1*0602 mengalami narkolepsi atau sebuah gangguan tidur yang menyebabkan kantuk berlebihan pada siang hari.
Dalam penelitian ini, para ilmuwan dari University of Pennsylvania School of Medicine di Philadelphia, Amerika Serikat, mengambil sampel pola tidur dan aktivitas sehari-hari dari 92 orang dewasa sehat yang tidak memiliki varian gen tersebut dan 37 orang dewasa sehat yang memiliki varian gen DQB1*0602 namun memiliki pola tidur yang sehat.
Mereka kemudian diuji di dalam "laboratorium tidur" dan menjalani tes selama sepekan penuh. Selama dua malam pertama, mereka menghabiskan 10 jam di tempat tidur dan beristirahat total. Namun lima malam berikutnya mereka hanya boleh tidur selama empat jam dalam semalam.
Lantaran jam tidur yang berkurang, para peserta tes itu sampai mengalami gangguan tidur alias kekurangan tidur kronis parsial. Selama terjaga, mereka hanya diperbolehkan membaca, bermain game, atau menonton film dengan tingkat pencahayaan yang tinggi. Selain mengukur lamanya waktu tidur, para peneliti juga menghitung kualitas tidur para peserta dan menguji memori atau daya ingat mereka serta kemampuan untuk menahan kantuk pada siang hari.
Hasilnya, mereka yang memiliki varian gen DQB1*0602 lebih mudah lelah ketika waktu tidurnya berkurang ataupun waktu tidurnya penuh. Alasannya, ketika tidur, mereka kerap terjaga secara tiba-tiba sebanyak empat hingga lima kali dalam semalam. Sedangkan mereka yang tidak memiliki varian gen tersebut rata-rata hanya terbangun dua kali dalam semalam.
Artinya, seseorang dengan varian gen DQB1*0602 memiliki waktu tidur lebih sedikit atau keinginan tidur yang lebih rendah ketimbang mereka yang tidak memiliki varian gen tersebut.
Mereka yang memiliki varian gen ini juga tidak bisa terlelap dalam tidurnya dan menyebabkan kurangnya waktu istirahat pada malam hari. Selain itu, mereka membutuhkan waktu untuk terpejam dan tidur sekitar 34 menit lebih lama ketimbang orang yang tidak memiliki varian gen DQB1*0602.
Adapun pada saat waktu tidur dibatasi hanya empat jam dalam semalam, rata-rata para "pemilik" varian gen ini hanya dapat tertidur pulas selama 29 menit, sedangkan mereka yang tidak memiliki varian gen itu dapat tidur pulas selama 35 menit.
Namun mereka yang memiliki dan tidak memiliki varian gen tersebut sama-sama mampu berkonsentrasi, mempunyai kualitas daya ingat yang sama, dan berusaha mengusir kantuk pada siang hari. "Varian gen ini bisa menjadi penanda biologis untuk memprediksi bagaimana seseorang merespons kondisi yang kurang tidur," kata ketua penelitian Namni Goel, PhD, dari University of Pennsylvania School of Medicine di Philadelphia, Amerika Serikat.
Menurut Goel, penelitian ini penting bagi mereka yang bekerja dengan jam yang tidak menentu, misalnya shift malam, siang, atau pagi.
ScienceDaily | Rini K
Berita terkait
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo
26 November 2023
BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.
Baca SelengkapnyaJokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti
19 Agustus 2023
Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik
Baca SelengkapnyaJokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045
15 Juni 2023
Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.
Baca SelengkapnyaMemahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya
10 Desember 2022
Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.
Baca SelengkapnyaDi Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis
3 Desember 2022
Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
Baca SelengkapnyaSiti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya
25 November 2022
MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.
Baca SelengkapnyaBRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan
10 November 2022
Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.
Baca SelengkapnyaPresiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Baca SelengkapnyaPraktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
20 April 2022
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
Baca Selengkapnya