Pembangunan Rendah Karbon Butuh Kemauan Politik

Reporter

Editor

Jumat, 17 Desember 2010 22:06 WIB

Tempat berlangsungnya Konferensi Para Pihak PBB untuk Perubahan Iklim Ke-16 di Cancun, Mexico, 29 November-10 Desember 2010.
TEMPO Interaktif, Jakarta - Pada level strategi, Indonesia memiliki kebijakan makro yang sangat baik dalam hal mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengatasi perubahan iklim. "Sangat komprehensif," kata Mubariq Ahmad, Penasehat Konsultan Senior Bank Dunia bidang Kebijakan Perubahan Iklim ketika menjadi pembicara dalam Konferensi Nasional Green Jobs di Jakarta, Jumat (17/12).

Namun pada satu level di bawahnya, kata Mubariq, sangat jelek. Dia merujuk pada tidak tuntasnya Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN GRK) Padahal telah setahun Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berbicara soal ini. Minimnya kemauan politik dan koordinasi juga tampak dari tiadanya insentif untuk sektor geotermal.

Mubariq menceritakan ada tiga kementrian terkait yang mengetahui suatu masalah. Akan tetapi tidak ada upaya memperbaikinya. Tak ada rapat-rapat antara direktur jenderal dan koordinasi tak efektif. Baru setelah Unit Kerja Presiden Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan turun tangan, masalah terpecahkan. Mengapa hal itu bisa terjadi? "Karena UKP4 berani melaporkan langsung ke Presiden," katanya. Keberanian itu tidak dimiliki menteri koordinator.

Menurut Mubariq, koordinasi sangat penting karena Indonesia menghadapi tantangan yang sangat besar. Tidak mudah, katanya, menyelaraskan pembangunan nasional dengan perubahan iklim. Maklum agenda pokok yang diusung pemerintah adalah pro growth, pro job dan pro poor. Belum lagi kondisi Indonesia yang baru masuk menjadi negara berpenghasilan menengah. Konsumsi bakal terus meningkat dan pertumbuhan sektor properti semakin masif.

Masalah perubahan iklim adalah masalah ekonomi. Sejumlah kajian menunjukkan kerugian ekonomi dari dampak perubahan iklim. Lord Stern menyebut angka 14 persen, sementara Asian Development Bank menghitung kerugian ekonomi sebesar 6,7 persen di kawasan Asia Tenggara. Negara miskin dan masyarakat bawah adalah yang pertama menjadi korban.

Mubarik mengusulkan perlunya mengubah jalur pembangunan nasional ke low carbon economy. Bukan apa-apa model pembangunan ini menjadi trend masa depan. Untuk itu ada tiga sektor yang harus dibenahi, yakni kehutanan, energi dan transportasi.

UNTUNG WIDYANTO

Berita terkait

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

2 hari lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

4 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

5 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

5 hari lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

6 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

13 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

17 hari lalu

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

17 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

17 hari lalu

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab

Baca Selengkapnya

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

22 hari lalu

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.

Baca Selengkapnya