Tayangan Tiga Dimensi Mendistorsi Otak

Reporter

Editor

Kamis, 23 Desember 2010 13:54 WIB

Seseorang sedang menyaksikan tayangan tiga dimensi (Foto: Reuters)

TEMPO Interaktif, Jakarta - Maraknya perangkat yang mampu menampilkan gambar tiga dimensi ternyata memiliki efek terhadap kesehatan. Sejumlah ilmuwan dari Eindhoven University di Belanda mengungkapkan tayangan tiga dimensi (3D) memicu distorsi otak sehingga mengakibatkan ketegangan pada mata, sakit kepala dan mual.

Dalam percobaannya, para peneliti meminta 39 orang melihat gambar tiga dimensi dan membaca teksnya di layar yang jaraknya 10 meter dari tempat mereka duduk. Hasilnya, tujuh dari 39 sukarelawan itu mengalami mual, mata tegang dan berkunang-kunang.

Penelitian tersebut kemudian ditindaklanjuti The Royal College of Opthalmologists, sebuah asosiasi dokter mata dan optik dengan cara mendalami efek menonton tayangan tiga dimensi terhadap mata dalam jangka panjang.

Mereka kemudian membagi dua teknologi tiga dimensi yang diterapkan pada televisi, yakni televisi tiga dimensi aktif dan pasif yang menampilkan gambar dengan cara berbeda. Pada televisi tiga dimensi aktif, pengguna membutuhkan kacamata khusus untuk menikmati tayangan tiga dimensi.

Kacamata ini mampu menghadirkan bloking gambar dengan cepat dan bergantian pada mata kiri dan kanan. Saking cepatnya, pengguna kacamata itu bahkan tidak menyadari perubahan kecepatan tampilan gambar itu. Dari situ terjadi sinkronisasi gambar antara televisi dengan kacamata melalui koneksi nirkabel. Ketika mata kanan dan kiri secara bergantian menerima sinyal berupa gambar yang cepat, otak kemudian memproses informasi tersebut dengan membuat 'gambaran tayangan'.

Adapun televisi dengan teknologi tiga dimensi pasif memiliki filter polarisasi khusus pada sehingga mampu membagi gambar untuk mata kiri dan kanan. Gambar yang ditayangkan secara bergantian dan cepat dapat dinikmati dengan kacamata tiga dimensi sederhana yang mirip seperti kacamata tiga dimensi yang biasa digunakan di bioskop.

Presiden The Royal College of Opthalmologists, John Lee mengatakan pada dasarnya tayangan tiga dimensi tidak merusak mata. "Tetapi jika ditonton secara berlebihan akan menimbulkan sakit kepala karena otot mata menjadi tegang," katanya.

Para ahli juga tidak menyarankan anak-anak di bawah usia delapan tahun untuk menyaksikan tayangan tiga dimensi karena otot mata mereka masih berkembang.

Dailymail|Rini K

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya