LIPI Mengukuhkan Tiga Profesor Riset  

Reporter

Editor

Rabu, 29 Desember 2010 22:00 WIB

LIPI

TEMPO Interaktif, Jakarta - Tiga peneliti bidang ekologi evolusi, etnobotani, dan antropologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dikukuhkan sebagai profesor riset di Widya Graha LIPI Jakarta kemarin. Mereka adalah Dr Tukirin Partomihardjo, pakar ekologi evolusi; Dr Ir Yohanes Purwanto di bidang etnobotani; dan Dr Johanis Haba untuk bidang antropologi.

Dalam orasi ilmiah berjudul "Laboratorium Alam Kepulauan Krakatau: Dari Model Suksesi ke Restorasi Ekosistem Hutan Tropik", Tukirin menyatakanpentingnya memahami rumitnya suksesi pembentukan ekosistem hutan tropis. "Kita harus hati-hati dan bijak dalam mengelola sisa kawasan hutan alam dan lingkungan pulau kecil beserta keanekaragaman hayatinya," ujar peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI itu. "Mengingat akhir-akhir ini Indonesia dikenal sebagai negara tropis terdepan dalam hal perusakan ekosistem hutan alam dan pemusnahan keanekaragaman hayati."

Yohanes memaparkan orasi ilmiah dengan judul "Nilai-Nilai Etnobotani untuk Pembangunan Berkelanjutan". Peneliti di Pusat Penelitian Biologi LIPI itu mengatakan krisis multidimensi yang dialami Indonesia berdampak pada eksploitasi sumber daya hayati secara berlebihan, konversi lahan besar-besaran, penjarahan, serta pembalakan liar yang menyebabkan terjadinya degradasi sumber daya hayati. "Kita harus menyadari bahwa faktor utama keberhasilan pelestarian sumber daya hayati terletak pada masyarakat sendiri, terutama mereka yang mengandalkan sumber daya hayati sebagai sumber penghidupan," katanya.

Adapun pakar antropologi LIPI, Johanis Haba, menyampaikan orasi ilmiah dengan topik "Etnisitas, Identitas, dan Nasionalisme di Wilayah Perbatasan Indonesia". Dia menjelaskan isu-isu penting wilayah perbatasan di Kalimantan Timur (Nunukan) dan Tawau (Malaysia Timur), Kalimantan Barat (Entikong, Jagoi Babang dan Sarawak), Malaysia Timur, Kabupaten Belu, dan Negara Demokrasi Timur Leste. "Isu etnisitas di Indonesia sangat signifikan, terutama di wilayah perbatasan negara, yang masih dianggap sebagai kawasan pinggiran, kendatipun potensi sumber daya alam dan sumber daya kultural melimpah di wilayah tersebut," kata Johanis.

Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas 650 kelompok etnis yang memiliki keunikan bahasa, religi, adat istiadat, wilayah, dan kebudayaan. Dipayungi semboyan "Bhinneka Tunggal Ika", kata Johanis, isu-isu politik, etnis, dan kultural memperoleh tempat berteduh yang aman serta segala keberagaman etnis dan kekayaan di dalamnya terlindungi. "Tetapi justru di situlah kekeliruan berpikir yang hanya menilai NKRI dari satu sudut pandang (politis), tanpa secara komprehensif mengaitkannya dengan isu-isu etnisitas dan identitas karena sedari awal sejarah NKRI, Bhinneka Tunggal Ika diupayakan sebagai sebuah strategi politis untuk menyatukan heterogenitas kelompok etnis di Indonesia," ujarnya.

TJANDRA

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya