TEMPO Interaktif, Berlin - Bintang pertama yang lahir di alam semesta tidak hanya berukuran besar, namun juga berputar cepat layaknya gasing. Temuan ini diungkapkan oleh astronom dari Astrophysical Institute Postdam, Jerman, setelah menganalisis ulang data gugus bintang berusia 12 miliar tahun.
Dalam penelitian tersebut, astronom menemukan bintang-bintang tua tersebut memiliki tingkat kandungan logam yang sangat tinggi. Hal ini berbeda dengan konsep yang diajarkan selama ini bahwa bintang-bintang tua mengandung logam dalam kadar rendah.
"Implikasinya, bintang-bintang pendahulu haruslah bermassa besar dan berotasi amat cepat," kata kepala peneliti, Cristina Chiappini. Perputaran cepat membuat bintang hidup lebih panjang dan menempuh takdir yang berbeda dibandingkan bintang berputar lambat. Semakin panjang umur bintang, semakin banyak kandungan logam yang dihasilkan.
Bintang terdekat dengan bumi, matahari, berputar amat lambat. Satu periode rotasi ditempuh paling cepat selama 25 hari. Bahkan pada daerah kutub, diperlukan waktu 34 hari untuk satu putaran penuh.
Teori kosmologi mengisyaratkan alam semesta tercipta 13,7 miliar tahun lalu dalam kondisi yang amat panas dan mampat. Alam semesta kemudian mendingin dalam periode 200 juta tahun kemudian. Selama periode tersebut, bintang-bintang belum lahir.
Bintang pertama yang lahir di alam semesta memiliki kandungan berbeda dibandingkan matahari. Kandungan bintang didominasi oleh hidrogen dan helium sehingga padam lebih cepat dan mati muda. Saat kematiannya, bintang akan meledak sebagai supernova. Serpihan ledakan akan menjadi bibit bagi kemunculan bintang-bintang baru, termasuk matahari.
Bintang pertama berputar dengan cepat sambil meninggalkan jejak cahaya dalam sinar gamma yang amat terang. Sinar gamma terang dari kedalaman waktu ini memungkinkan astronom mendeteksi cahaya bintang pertama menggunakan teleskop luar angkasa seperti Swift. AP | ANTON WILLIAM
Dennis Tito Menjadi Turis Luar Angkasa Pertama 13 Tahun Lalu, Ini Profil Ahli Fisika Itu
9 hari lalu
Dennis Tito Menjadi Turis Luar Angkasa Pertama 13 Tahun Lalu, Ini Profil Ahli Fisika Itu
Ia terbang dengan pesawat Soyuz TM-32 bersama kosmonot Rusia ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Ahli fisika rekayasa antariksa ini membayar US$ 20 juta.