TEMPO Interaktif, Beijing - Sebuah roket yang membawa modul seukuran mobil ke orbit tahun ini akan menjadi batu pertama bagi stasiun antariksa buatan Cina. Momen ini menandai pergeseran penguasaan teknologi luar angkasa dari Amerika Serikat ke Cina. Negara berkembang lain turut berpacu meluncur ke luar angkasa.
Cina memiliki rencana matang untuk urusan antariksa. Pada tahun 2013, negara ini akan meluncurkan pengorbit bulan yang akan memandu rover penjelajah permukaan satelit bumi tersebut. Kurang dari dua dekade berikutnya, Cina bermaksud mendaratkan warga negaranya di permukaan bulan.
Hal ini bertolak belakang dengan kondisi di Amerika Serikat. Negara yang memenangkan perlombaan antariksa di akhir Perang Dingin ini meninggalkan strategi teknologi antariksa tanpa kepastian. Proyek ulang-alik yang selama ini menjadi kerja rutin Amerika Serikat sudah dihentikan bersamaan dengan mendaratnya pesawat ulang-alik Atlantis 20 Juli mendatang.
"Kepemimpinan luar angkasa telah menjadi simbol kemampuan dan pengaruh Amerika Serikat di dunia. Tanpa kepemimpinan ini Amerika Serikat akan kehilangan kekuatan dan pengaruhnya," ujar mantan associate administrator NASA, Scott Pace.
Meski masih tertinggal jauh dari segi teknologi, Cina memiliki kelebihan dari segi rencana dan kemampuan keuangan. Negeri dengan pertumbuhan ekonomi pesat ini juga tidak memiliki kekhawatiran akan perubahan kebijakan anggaran maupun perubahan strategi akibat pergantian pemerintahan.
"Kelebihan Cina adalah mereka memiliki rencana jangka menengah sehingga bisa mengejar ketinggalan," ujar consultant editor dari Jane's Space Systems, Peter Bond.
Rencana antariksa yang matang membuat Cina berpotensi menjadi pemimpin di luar angkasa. Pada tahun 2020, Cina rampung memasang peralatan canggih di orbit dalam bentuk stasiun antariksa. Pada tahun yang sama, stasiun antariksa internasional (ISS) yang dibuat oleh berbagai negara memasuki masa pensiun.
Profesor politik sains dan hukum dari Shanghai University, He Qisong mengatakan, pengembangan teknologi antariksa merupakan bentuk semangat kebangkitan. Semangat kebangkitan ini penting bagi masa depan Cina yang lebih maju. "Cina tak berkeinginan menantang dominasi antariksa Amerika Serikat," ujar dia.
Cina bukan negara satu-satunya yang ingin menguasai teknologi antariksa. Beberapa negara berkembang dengan pertumbuhan ekonomi tinggi juga ingin menembus angkasa. Negara pecahan Uni Soviet, Rusia, juga berencana membangun stasiun di permukaan bulan. Bahkan, negara ini merencanakan misi ke permukaan Mars. Begitu pula India yang ingin mengorbitkan manusia pada tahun 2016.
Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Barack Obama tertatih dengan rencana eksplorasi antariksa. Langkah terakhir Abang Sam dalam mempertahankan kepemimpinan di luar angkasa adalah mendaratkan manusia ke asteroid pada tahun 2025.
"Kami telah menerbangkan manusia ke orbit dan ke bulan. Namun masih banyak bagian di antariksa yang belum dijejahi," kelit Obama.
ABC | ANTON WILLIAM
Berita terkait
Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa
45 hari lalu
Minat pengunjung ke Observatorium Bosscha tergolong tinggi sejak kunjungan publik mulai dibuka kembali setelah masa pandemi.
Baca SelengkapnyaRaih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda
27 November 2023
Harijono Djojodihardjo, ahli penerbangan dan antariksa meraih anugerah Nurtanio Award 2023 dari BRIN.
Baca SelengkapnyaBRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo
26 November 2023
BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.
Baca SelengkapnyaMembuka Jalan untuk Gibran
26 September 2023
Peluang Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden menguat.
Baca SelengkapnyaKepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan
21 September 2023
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan teknologi keantariksaan sendiri telah dimanfaatkan dalam berbagai sektor pembangunan.
Baca SelengkapnyaMisi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?
27 April 2023
Misi Explorer 11 NASA bertujuan mempelajari sinar gamma di luar angkasa.
Baca SelengkapnyaSejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia
17 Januari 2023
Pada 1 Februari 2003, pesawat ulang-alik Columbia meledak saat memasuki atmosfer di atas Texas dan menewaskan ketujuh awak di dalamnya.
Baca SelengkapnyaAS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa
9 Desember 2022
China sedang membangun kemampuan yang menempatkan sebagian besar aset luar angkasa Amerika Serikat dalam risiko
Baca SelengkapnyaBRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti
30 November 2022
Orbita merupakan peneliti ahli utama di bidang kepakaran, teknologi, dan aplikasi pengindraan jauh pada Pusat Riset Pengindraan Jauh BRIN.
Baca SelengkapnyaPeristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15
3 Agustus 2022
Observatorium Bosscha membagikan berbagai fenomena antariksa yang terjadi di bulan Agustus.
Baca Selengkapnya