TEMPO.CO, Jakarta - Dosen Astronomi Institut Teknologi Bandung, Hakim Luthfi Malasan, mengatakan dampak badai matahari tidak mempunyai kaitan dengan kondisi cuaca yang tidak menentu di Indonesia akhir-akhir ini. Menurut Hakim, cuaca ekstrem bukan pengaruh aktivitas matahari tersebut.
"Cuaca panas dan angin ribut terjadi karena perbedaan tekanan di Samudera Pasifik, khususnya di Lautan India. Sedangkan badai matahari adalah aktivitas di matahari berupa lontaran massa di matahari," kata Hakim saat dihubungi Tempo, Rabu, 25 Januari 2012.
Badai matahari adalah siklus rutin dari pusat tata surya galaksi Bimasakti. Fenomena alam ini terjadi ketika matahari mengeluarkan gelombang elektromagnetiknya ke luar orbit, yang ditandai dengan aktivitas ledakan-ledakan yang berakibat menembus pelindung Bumi, yakni atmosfer dan magnetosfer.
Nah, kalau hantaman ini mengenai satelit dan jaringan telekomunikasi, maka bisa menimbulkan kerusakan. Alat komunikasi dan elektronik di Bumi, seperti telepon seluler, anjungan tunai mandiri alias ATM, radio, dan televisi bakalan tidak berfungsi. Tak cuma itu, hantaman ini juga bisa mengganggu aktivitas penerbangan.
"Tapi, sampai saat ini, saya belum mendengar ada gangguan seperti itu," kata Hakim. "Jadi cuaca panas dan angin ribut bukan karena badai matahari."
Meskipun gangguan itu belum terasa di Indonesia, Hakim melanjutkan, perlu adanya antisipasi karena penggunaan elektronik di Indonesia cukup tinggi.
RINA WIDIASTUTI
Berita Terkait
Bagaimana Terjadinya Badai Matahari 2012?
Dampak Badai Matahari 2012 Sudah Sampai ke Indonesia
Hindari Badai Matahari, Pesawat Jauhi Kutub Utara
Hari Ini Badai Matahari Terbesar Sejak 2005
Awas, Listrik Sejagat Mati pada 2013
Pada 2013, Badai Matahari Capai Puncaknya
Badai Matahari 2013, Bumi Menuju Kekacauan
Kiamat Tak Datang pada 21 Desember 2012
Gerhana Matahari Ini Bergerak ke Masa Lampau