Dari Mana Badai Matahari Berasal?  

Reporter

Editor

Sabtu, 10 Maret 2012 07:03 WIB

Earthobservatory.nasa.gov

TEMPO.CO, Jakarta - Badai matahari yang menghantam Bumi pada Jumat, 9 Maret 2012, berasal dari dua ledakan matahari terbesar dalam setengah tahun terakhir. Fenomena ledakan yang semakin kuat dan intensif disebabkan semakin dekatnya puncak aktivitas matahari.

Dua ledakan yang susul-menyusul ini berasal dari daerah bermedan magnetik aktif yang disebut AR 1429, muncul dari balik matahari empat hari sebelumnya.

Ledakan matahari pertama terjadi pada Rabu, 7 Maret 2012, sekitar pukul 07.00 WIB. Kekuatannya sangat besar. Dikategorikan sebagai ledakan kelas X5, hanya kalah dibandingkan ledakan kelas X6 yang terjadi Agustus 2011.

Ledakan susulan terjadi satu jam kemudian dengan kekuatan lima kali lebih kecil. Karenanya, ledakan kedua ini dikategorikan sebagai ledakan kelas X1.

Di matahari, ledakan terjadi akibat terjadinya arus pendek pada benang-benang magnetik matahari. Bintik hitam yang ada di permukaan matahari merupakan lokasi tumbuhnya benang magnetik yang sewaktu-waktu berpotensi terputus, menghasilkan ledakan, dan menghamburkan partikel bermuatan dari atmosfer matahari ke tepian tata surya.

Arus pendek di permukaan matahari semakin sering terjadi menjelang tahun 2013. Hal ini sesuai dengan siklus 11 tahunan aktivitas matahari. Puncak siklus kali ini diperkirakan terjadi pada akhir tahun 2013.

"Peningkatan badai bagian dari rutinitas matahari," kata peneliti dari lembaga penerbangan dan antariksa Amerika Serikat, Karen C. Fox, dalam siaran pers, Kamis, 8 Maret 2012.

Badai kali ini diperkirakan akan memberikan ancaman tingkat menengah. Partikel bermuatan akan menghantam tameng magnetik Bumi pada kecepatan 1.800-2.000 kilometer per detik. Hantaman ini membuat tameng magnetik penyok di beberapa lokasi, namun tak sampai hancur.

Oleh tameng magnetik, partikel dibelokkan menuju Kutub Utara dan Selatan. Di daerah ini, partikel terbakar oleh atmosfer sehingga menghasilkan cahaya terang yang bisa dilihat dari Bumi sebagai aurora.

Di permukaan Bumi, badai mengancam pembangkit listrik di negara-negara sekitar kutub. Muatan pada partikel berpotensi menginduksi jaringan pembangkit sehingga pemadaman listrik dapat terjadi tiba-tiba.

Gangguan satelit GPS berpotensi mengganggu kerja sistem transportasi di seluruh dunia. Sementara gangguan pada gelombang radio diperkirakan menurunkan performa komunikasi maskapai komersial.

ANTON WILLIAM



Berita Terkait
Planet Mars Ikut Terkena Badai Matahari
Dua Badai Matahari Besar Dekati Bumi
Bagaimana Hari Tanpa Bayangan Terjadi?
Dampak Badai Matahari Sudah Sampai ke Indonesia
Hari ini Badai Matahari Terbesar Sejak 2005
Badai Matahari Sudah Lewat Masa Kritisnya
Awas, Listrik Sejagat Mati Pada 2013
Pada 2013, Badai Matahari Capai Puncaknya
Badai Matahari 2013, Bumi Menuju Kekacauan
Kiamat tak Datang pada 21 Desember 2012
Gerhana Matahari Ini Bergerak ke Masa Lampau

Berita terkait

Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

43 hari lalu

Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

Minat pengunjung ke Observatorium Bosscha tergolong tinggi sejak kunjungan publik mulai dibuka kembali setelah masa pandemi.

Baca Selengkapnya

Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

27 November 2023

Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

Harijono Djojodihardjo, ahli penerbangan dan antariksa meraih anugerah Nurtanio Award 2023 dari BRIN.

Baca Selengkapnya

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Membuka Jalan untuk Gibran

26 September 2023

Membuka Jalan untuk Gibran

Peluang Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden menguat.

Baca Selengkapnya

Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

21 September 2023

Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan teknologi keantariksaan sendiri telah dimanfaatkan dalam berbagai sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

27 April 2023

Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

Misi Explorer 11 NASA bertujuan mempelajari sinar gamma di luar angkasa.

Baca Selengkapnya

Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

17 Januari 2023

Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

Pada 1 Februari 2003, pesawat ulang-alik Columbia meledak saat memasuki atmosfer di atas Texas dan menewaskan ketujuh awak di dalamnya.

Baca Selengkapnya

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

9 Desember 2022

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

China sedang membangun kemampuan yang menempatkan sebagian besar aset luar angkasa Amerika Serikat dalam risiko

Baca Selengkapnya

BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

30 November 2022

BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

Orbita merupakan peneliti ahli utama di bidang kepakaran, teknologi, dan aplikasi pengindraan jauh pada Pusat Riset Pengindraan Jauh BRIN.

Baca Selengkapnya

Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

3 Agustus 2022

Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

Observatorium Bosscha membagikan berbagai fenomena antariksa yang terjadi di bulan Agustus.

Baca Selengkapnya