Penemuan Mikroba yang Kebal Arsenik Dibantah

Reporter

Editor

Senin, 9 Juli 2012 08:17 WIB

Bakteri yang mampu bertahan dalam arsenik. Foto: NASA/ sciencedaily.com

TEMPO.CO, San Francisco - Saat menemukannya, Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (National Aeronautics and Space Administration/NASA) menyebutkan buku-buku pelajaran biologi harus ditulis ulang. Namun kini penemuan mikroba kebal arsenik, yang memberi harapan kehidupan di planet lain, itu diragukan.

Dalam tulisan yang dirilis oleh jurnal Science, para peneliti membidik bakteri yang tetap bertahan hidup dalam arsenik, zat kimia yang mematikan, yang disebut GFAJ-1. Mikroba itu diumumkan Science pada 2010 dalam sebuah jumpa pers NASA dan disebut sebagai "mikroorganisme pertama yang diketahui di Bumi bisa berkembang dan mereproduksi menggunakan bahan kimia beracun arsenik".

Arsenik adalah racun, dan saran bahwa bakteri yang disebut GFAJ-1 diganti fosfor, unsur kimia dasar biokimia, mengundang komentar tajam, termasuk Science.

Dalam editorialnya, mereka menulis, "Jika benar, sepertinya temuan akan memiliki implikasi penting bagi pemahaman kita tentang kebutuhan dasar kehidupan karena semua bentuk kehidupan yang diketahui di Bumi menggunakan enam elemen: oksigen, karbon, hidrogen, nitrogen, fosfor, dan belerang. Arsenik biasanya beracun untuk organisme hidup, tetapi sifat kimianya mirip dengan fosfor."

Penelitian awal yang didanai oleh NASA, dipimpin oleh ahli biologi Felisa Wolfe-Simon, sekarang bekerja di Lawrence Berkeley National Laboratory. Wolfe-Simon dan rekan-rekannya menyarankan bahwa mikroba, ditemukan di Danau Mono, California, "dapat memvariasikan komposisi unsur biomolekul dasar dengan menggantikan (arsenik) dengan (fosfor)."

Science menyebutkan klaim yang luar biasa ini hanya didasarkan pada pertumbuhan mikroba di tabung reaksi dengan fosfor yang tampaknya dihilangkan. Pengujian menunjukkan mikroba itu menggabungkan arsenik di tempat-tempat yang biasanya disediakan untuk fosfor, termasuk bahan genetik, hal yang dianggap tidak mungkin.

Dalam studi baru, yang dipimpin oleh Julia Vorholt dari ETH Zurich University, Swiss, dan yang lainnya oleh Rosemary Redfield dari University of British Columbia, peneliti menguji mikroba yang disediakan oleh Wolfe-Simon dan rekan. Keduanya menemukan bahwa untuk dapat bertahan hidup di tengah konsentrasi arsen yang tinggi, diperlukan beberapa tingkat rendah fosfor dalam tumbuhnya. Selanjutnya, mereka menemukan mikroba tidak memasukkan arsenik dalam kimiawi genetiknya.

"GFAJ-1 hidup (dalam arsenik), tapi tak lama," kata pernyataan editorial Science. "Bakteri, kemungkinan mahir memulung fosfat, yang akan membantu menjelaskan mengapa mereka dapat tumbuh, bahkan ketika arsenik hadir dalam selnya."

Wolfe-Simon mengatakan dalam menanggapi editorial ini, "Tidak ada dalam data dari makalah baru yang bertentangan dengan data kami dipublikasikan."

Sengketa ilmiah atas klaim besar bukanlah hal yang baru. Klaim pada 1989 terhadap baterai suhu ruang untuk menyediakan energi murah melalui "fusi dingin" hingga temuan tahun 2009 bahwa fosil primata tak ada kaitannya dengan evolusi manusia juga dibantah.

USA TODAY | TRIP B

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya