TEMPO.CO, London-- Hewan memiliki hampir semua teknologi yang ada di dunia manusia. Sebut saja kompas magnetik pada angsa yang bermigrasi, sonar lumba-lumba, teknologi bendungan berang-berang, dan teknologi pertanian semut. Semua teknologi itu bahkan berkembang selama jutaan tahun melalui evolusi sebelum manusia menemukannya.
Namun, dari bermacam teknologi canggih tersebut, ada satu teknologi yang tidak ada di dunia hewan. Teknologi itu adalah roda. Mengapa tidak ada satu jenis hewan yang memiliki "roda"?
Setiap jenis hewan bergerak dengan caranya masing-masing. Ada yang berjalan, mengapung, melompat, berenang, menyelam, meluncur, berayun, mendayung, dan lainnya. Bahkan ada hewan yang bisa meringkuk menjadi bola dan jungkir balik menggelinding. Tapi hewan yang menggelinding pun tidak memiliki bagian tubuh yang bisa berputar: roda alami.
Para peneliti melihat fakta ini cukup aneh, mengingat teknologi roda tidak serumit bagian tubuh hewan, misalnya mata.
"Sementara roda tidak lebih dari sebuah silinder yang berputar bebas pada sumbu tetap," kata para peneliti, seperti dikutip Livescience, Rabu, 8 Agustus 2012. Hampir seluruh makhluk hidup yang tergabung dalam Kerajaan Animalia memiliki mata, tapi tak satu pun mempunyai roda penggerak.
Para ahli biologi evolusi mengatakan kerumitan mata muncul sebagai akibat dari kebutuhan makhluk hidup akan cahaya. Butuh waktu 400 ribu tahun untuk mengembangkan mata yang kompleks.
Sedangkan roda, di sisi lain, sebenarnya adalah sebuah sistem rumit yang tidak bisa disederhanakan. Roda harus dibuat dengan sempurna agar bisa bekerja. Jika lingkaran tidak sempurna, tidak pas dengan porosnya, atau diameternya salah, roda tidak akan bisa menggelinding.
Roda hanya bisa dibuat oleh seseorang dengan keahlian tinggi. Ini menjelaskan mengapa manusia tidak menemukan roda sampai Zaman Perunggu, tatkala manusia sudah mampu mengecor logam, membangun kanal dan perahu layar, bahkan merancang kecapi serta alat musik yang rumit.
Ahli biologi evolusioner Richard Dawkins mengatakan evolusi membentuk bagian-bagian tubuh makhluk hidup secara bertahap sesuai dengan fungsinya. Hewan tidak pernah memulai mengembangkan bentuk awal organ mirip roda alami lantaran organ lokomosi itu dianggap tidak memberi manfaat bagi hewan.
"Roda adalah kasus di mana solusi rekayasa dapat dilihat secara kasatmata, tapi menjadi tak terjangkau dalam evolusi karena terletak di sisi lain yang jauh," kata Dawkins.
LIVESCIENCE | MAHARDIKA SATRIA HADI
Berita lain:
Ini Kumbang Iblis dari Republik Dominika
Manusia Spesies Baru Ditemukan di Afrika
Inilah Mobil Listrik Buatan ITB
Curiosity Kirim Gambar Gunung di Mars
Vaio E11, Notebook Grafis Terjangkau
Berita terkait
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo
26 November 2023
BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.
Baca SelengkapnyaJokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti
19 Agustus 2023
Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik
Baca SelengkapnyaJokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045
15 Juni 2023
Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.
Baca SelengkapnyaMemahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya
10 Desember 2022
Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.
Baca SelengkapnyaDi Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis
3 Desember 2022
Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
Baca SelengkapnyaSiti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya
25 November 2022
MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.
Baca SelengkapnyaBRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan
10 November 2022
Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.
Baca SelengkapnyaPresiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Baca SelengkapnyaPraktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
20 April 2022
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
Baca Selengkapnya