TEMPO.CO , Jember - Tingginya harga kedelai dan ketergantungan akan kedelai impor seharusnya dijadikan momentum pemerintah untuk serius mendorong dan mengembangkan produksi tempe dari bahan non kedelai.
Menurut dosen dan peneliti Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Jember (Unej), Achmad Subagio, untuk upaya pengembangan produksi tempe non kedelai itu, tidak akan terlalu mahal dan susah. "Karena masyarakat di banyak daerah sudah punya kreasi ketahanan pangan masing-masing, termasuk kreasi tempe dari kacang koro sejak puluhan tahun lalu," ujar kepada Tempo, Jumat, 10 Agustus 2012.
Dalam catatan kreasi pangan masyarakat Indonesia, kata dia, ternyata ada banyak jenis tempe yang sudah pernah dibuat dengan bahan bukan kedelai di banyak daerah. Ada tempe mungur dari biji mungur, kemudian tempe bongkrek dari bungkil kapuk atau ampas kelapa, tempe menjos (ampas tahu), tempe kacang hijau, kacang merah, kacang tanah dan
kacang kecipir. "Tinggal meyakinkan masyarakat, dan serius memperluas budidaya bermacam jenis koro itu,"katanya menambahkan.
Saat ini, Bagio dan sejumlah mahasiswanya mulai membuat tempe dengan bahan baku bukan kedelai. Bahan baku tempe yang mereka bikin adalah kacang koro. Ada tiga jenis kacang koro yang digunakan yakni Koro Komak (L. purpureous (L.) Sweet), Koro Kratok (P. lunatus (L.)) dan Koro Pedang (C. ensiformis (L.)). "Tiga jenis kacang koro itu tanaman asli dan tumbuh melimpah di Indonesia. Selama ini hanya menjadi konsumsi biasa sebagai sayur," katanya.
Ketiga jenis kacang koro itu dipilih karena memiliki kandungan protein yang kaya dan tidak kalah dengan kacang kedelai. Disamping itu, kata Bagio, ketiga jenis kacang koro itu ternyata pernah dijadikan bahan baku pembuatan tempe oleh masyarakat pedesaan tahun 1960-1970an. "Ini hasil kreasi masyarakat, kekayaan budaya pangan yang sudah lama ditinggalkan atau dilupakan," ujar Bagio menambahkan.
Ketiga jenis kacang koro itu pun diproses seperti tahapan pembuatan tempe. Mulai dari tahap perebusan, perendaman, proses fermentasi dan peragian. Hasilnya juga dibungkus dengan plastik layaknya tempe dari bahan kedelai.
Perlakuan yang agak berbeda hanya dilakukan pada kacang koro pedang (Binong/Benguk), sebelum diproses menjadi tempe. Koro loncong berwarna putih itu harus direndam sedikitnya dua (2) hari sebelum diproses. "Karena mengancung HCL yang bisa jadi racun,"katanya.
Hasinya, Bagio dan sejumlah mahasiswanya berhasil membikin tiga jenis tempe yang memiliki aroma serta rasa yang khas. Aroma paling kuat adalah tempe dari bahan Koro Komak, walaupun warnanya agak kecoklatan atau tidak seputih tempe dari dua jenis koro lainnya. "Kalau rasanya, sama-sama gurih. Dan nggak beda jauh dengan tempe kedelai,"ujar Wahyuni, seorang fotografer yang mencicipi tempe koro yang sudah digoreng.
MAHBUB DJUNAIDY
Berita teknologi lainnya:
Sebelum Tertelan Lubang Hitam, Bintang "Menjerit
Samsung Tak Tertarik Beli Blackberry
Mengapa Teknologi Roda Tidak Muncul pada Hewan?
Virus Baru Mata-matai Transkasi Perbankan Anda
Cacing Pipih dan Penyakit Mata
Microsoft Hapus Nama Metro?
Google Bayar Denda US$ 22,5 Juta
Solo Techno Park Buka Pelatihan Teknisi Pesawat
Berita terkait
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo
26 November 2023
BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.
Baca SelengkapnyaJokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti
19 Agustus 2023
Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik
Baca SelengkapnyaJokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045
15 Juni 2023
Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.
Baca SelengkapnyaMemahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya
10 Desember 2022
Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.
Baca SelengkapnyaDi Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis
3 Desember 2022
Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
Baca SelengkapnyaSiti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya
25 November 2022
MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.
Baca SelengkapnyaBRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan
10 November 2022
Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.
Baca SelengkapnyaPresiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Baca SelengkapnyaPraktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
20 April 2022
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
Baca Selengkapnya