TEMPO.CO , Aberdeen - Bumi bukanlah satu-satunya planet di alam semesta yang dihuni makhluk hidup. Kesimpulan ini kembali muncul dari sebuah penelitian ilmiah paling mutakhir.
Para ilmuwan telah merancang sejumlah model baru untuk menguji apakah sebuah planet bisa mendukung kehidupan dengan mencari bukti air bawah tanah.
Seperti dikutip Telegraph, Rabu 12 September 2012, model baru yang dikembangkan para ilmuwan memang canggih. Alih-alih menemukan air permukaan, model baru tersebut justru lebih lihai mengidentifikasi adanya air yang terus cair oleh panas inti sebuah planet.
"Perkembangan ini dapat berarti lebih banyak planet yang ditemukan mampu mempertahankan bentuk kehidupan," ujar para ilmuwan.
Penelitian yang dipresentasikan dalam Festival Sains Inggris di Aberdeen ini menantang teori "Goldilocks" yang menyatakan planet harus berada dalam jarak ideal dari matahari untuk mendukung kehidupan. Jarak itu tidak boleh terlalu dekat maupun terlampau jauh.
"Jarak ideal dari matahari memungkinkan planet tidak terlalu dingin sehingga kehidupan di dalamnya bisa membeku atau terlalu panas sehingga bisa meleleh," kata Sean McMahon, seorang mahasiswa doktoral dari Universitas Aberdeen.
Jadi, dapat dikatakan jika sebuah planet berada dalam zona Goldilocks ini -tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin- maka bisa memiliki air di permukaan dan menjadi planet yang layak huni bagi makhluk hidup seperti halnya Bumi.
Padahal, kata Profesor John Parnell, peneliti utama dari Universitas Aberdeen, ada habitat penting lainnya bagi mikroorganisme yang letaknya beberapa kilometer di bawah permukaan Bumi. "Banyak ilmuwan percaya sebagian besar kehidupan renik di Bumi bisa hidup di lokasi tersebut," ujarnya.
McMahon mengatakan penelitian baru tentang hal ini bisa menjadi terobosan penting untuk mencari tanda-tanda kehidupan di luar Bumi. Terutama pada planet yang mampu menghasilkan panas sendiri ketimbang menerima panas dari sebuah bintang seperti matahari.
Profesor Parnell menambahkan, gagasan zona layak huni tidak didefinisikan secara sempit hanya pada kondisi di permukaan sebuah planet. Kondisi di dalam lapisan planet juga patut diperhitungkan. "Cara pandang ini akan memunculkan sejumlah planet layak huni lainnya selain Bumi," kata dia.
TELEGRAPH | BBC | MAHARDIKA SATRIA HADI
Berita terpopuler lainnya:
Apa Penyebab Gempa di Bogor dan Sukabumi?
Emma Watson, Seleb Paling ''Berbahaya'' di Internet
10 Fakta iPhone 5
Toys R Us Bikin Komputer Tablet untuk Anak-anak
Indonesia Raih Medali di Olimpiade Geografi Jerman
Misteri Warna Sungai Yangtze Berubah Merah
Lobster Jongkok, Pengincar Plankton Biru
Berita terkait
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo
26 November 2023
BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.
Baca SelengkapnyaJokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti
19 Agustus 2023
Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik
Baca SelengkapnyaJokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045
15 Juni 2023
Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.
Baca SelengkapnyaMemahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya
10 Desember 2022
Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.
Baca SelengkapnyaDi Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis
3 Desember 2022
Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
Baca SelengkapnyaSiti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya
25 November 2022
MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.
Baca SelengkapnyaBRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan
10 November 2022
Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.
Baca SelengkapnyaPresiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Baca SelengkapnyaPraktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
20 April 2022
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
Baca Selengkapnya