TEMPO.CO, New York - Tim ilmuwan University of Rochester di Amerika Serikat sedang mempelajari pengaruh tayangan Sesame Street terhadap kemampuan intelektual anak, seperti membaca dan matematika.
Mereka memindai otak anak-anak untuk melihat bagaimana jalur saraf berubah dan mempengaruhi kecerdasan. "Pemindaian adalah cara pertama untuk memahami perkembangan otak," kata Jessica Cantlon, seorang ilmuwan kognitif yang memimpin penelitian, Jumat, 4 Januari 2013.
Sesame Street adalah acara pendidikan anak-anak dari Amerika Serikat. Acara yang diisi dengan berbagai Muppet (karakter boneka) ini merupakan perintis standar televisi edukasi modern yang menggabungkan pendidikan dan hiburan. Elmo, Kermit, Ernie, Cookie Monster, dan Big Bird adalah tokoh-tokoh populer tayangan ini.
Cantlon mengatakan, penelitian ini bisa membuka pemahaman baru tentang perkembangan otak. Bahkan membuka peluang penemuan terapi baru untuk menangani masalah ketidakmampuan belajar pada anak.
Untuk mengetahui hal itu, tim ilmuwan membandingkan hasil pindai otak anak-anak dengan orang dewasa yang menonton tayangan yang sama. Ini dilakukan untuk melihat apakah setiap individu memberikan respons saraf yang serupa.
Ia mengatakan, psikolog menggunakan tes perilaku untuk mengetahui penyebab gangguan belajar pada anak. Namun, metode pemindaian menyediakan informasi yang lebih komplit dan langsung tentang apa yang terjadi di dalam otak otak.
Penelitian ini melibatkan 27 anak-anak berusia 4-11 tahun serta 20 orang dewasa. Seluruh responden menonton tayangan Sesama Street selama 20 menit. Tayangan berisi berbagai klip singkat tentang pengenalan angka, huruf, kata, bentuk, dan berhitung.
Setiap responden menunjukkan 609 hasil pemindaian otak yang muncul setiap dua detik. Tim ilmuwan menganalisis hasil pemindaian ini dengan algoritma statistik. Mereka kemudian menciptakan "peta saraf" dari proses berpikir untuk anak-anak dan orang dewasa.
Penelitian dilengkapi dengan tes IQ standar untuk matematika dan kemampuan verbal. Keduanya lantas dibandingkan. Hasilnya, anak-anak dengan "peta saraf" yang lebih mirip orang dewasa mencatatkan skor tes IQ lebih tinggi. "Struktur saraf otak berkembang dengan pola yang sama seiring bertambah dewasa, seperti bagian tubuh lainnya," ujar Cantlon.
Bagian otak yang berkembang untuk menentukan kecerdasan dapat diketahui. Tugas-tugas verbal, misalnya, dikerjakan bagian otak bernama area Broca. Tim ilmuwan menemukan aktivitas saraf yang sangat sibuk di area ini pada anak yang meraih skor tinggi untuk tes kemampuan verbal.
Untuk matematika, anak yang meraih nilai tinggi memiliki pola saraf yang lebih matang di intraparietal sulkus (IPS), suatu wilayah otak yang terlibat dalam pengolahan angka.
Cantlon mengatakan, hasil menggembirakan ini tidak serta merta berarti menganjurkan anak-anak supaya lebih sering menonton tayangan televisi. Tapi tidak dapat dimungkiri bahwa menonton televisi terbukti mempengaruhi kecerdasan seorang anak.
"Ini adalah bukti bahwa anak-anak menangkap dan memproses tayangan pendidikan di televisi," ujar dia. Pola aktivitas saraf pada otak bisa berpengaruh sekaligus menunjukkan kemampuan intelektual anak-anak.
DAILYMAIL | MAHARDIKA SATRIA HADI
Berita terpopuler lainnya:
SBY Disuguhi Pemandangan Warga Mandi di Kali
Inilah Penyebab Mancini Adu Fisik dengan Balotelli
Pemerintah Akan Klarifikasi Aturan Duduk Ngangkang
Berita terkait
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo
26 November 2023
BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.
Baca SelengkapnyaJokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti
19 Agustus 2023
Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik
Baca SelengkapnyaJokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045
15 Juni 2023
Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.
Baca SelengkapnyaMemahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya
10 Desember 2022
Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.
Baca SelengkapnyaDi Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis
3 Desember 2022
Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
Baca SelengkapnyaSiti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya
25 November 2022
MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.
Baca SelengkapnyaBRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan
10 November 2022
Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.
Baca SelengkapnyaPresiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Baca SelengkapnyaPraktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
20 April 2022
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia
Baca Selengkapnya