Ilmuwan Indonesia Berhasil Tembus Jurnal Nature

Reporter

Kamis, 4 Juli 2013 20:48 WIB

Dwi Nailul Izzah (16) salah seorang siswa peneliti karya ilmiah Limbah Peternakan Sapi (LPS)-Air Freshener, yang meraih juara pertama tingkat nasional pada ajang Indonesian Science Project Olympiade (ISPO) 2013, memasukan cairan kotoran sapi saat proses penyulingan kotoran sapi menjadi pengharum ruagan alternatif ramah lingkungan di Laboratorium SMA Muhammadiyah Babat, Lamongan, Jatim, Senin (11/3). ANTARA/Syaiful Arif

TEMPO.CO, Jakarta - Ada kabar menggembirakan bagi dunia ilmu pengetahuan Indonesia. Taruna Ikrar, seorang ilmuwan asal Makassar, berhasil menorehkan karya penelitiannya dalam Nature, jurnal ilmiah internasional yang terbit berkala tiap pekan.

Penelitian berjudul "A disinhibitory microcircuit initiates critical period plasticity in visual cortex" merupakan hasil penelitian Ikrar bersama Kuhlman S.J., Olivas N.D., Tring E., Xu X., dan Trachtenberg J.T.

"Akhirnya karya kami diterima dan diterbitkan di Nature. Salah satu mimpi saya sebagai ilmuwan terwujud," kata Ikrar, Kamis, 4 Juli 2013.

Penelitian ini menjelaskan bagaimana sebuah mikrosirkuit disinhibitor berpengaruh terhadap dimulainya periode kritis plastisitas pada korteks visual, bagian belakang otak yang bertanggung jawab terhadap fungsi penglihatan. Plastisitas berkaitan dengan perubahan jalur saraf dan sinapsis yang disebabkan faktor lingkungan.

Menurut Ikrar, tidak sembarang ilmuwan bisa menerbitkan karyanya dalam jurnal Nature. Nature merupakan jurnal ilmiah internasional nomor wahid yang mencakup semua jenis bidang ilmu. "Jurnal ini tempatnya para penerima Nobel," ujarnya.

Ikrar juga menjadi dokter pertama dari Indonesia yang bisa menerbitkan karya ilmiahnya di Nature. "Kami sangat gembira bisa tembus ke Nature," kata dia.

Dr. Taruna Ikrar, M. Pharm., MD., PhD. lahir di Makassar, 44 tahun silam. Ia adalah seorang dokter sekaligus ilmuwan yang menekuni bidang farmasi, jantung, dan saraf. Di dunia internasional, Ikrar dikenal sebagai salah satu peneliti yang mempopulerkan sistem AlstR (allatostatin receptor).

Sistem AlstR dimanfaatkan untuk menyembuhkan kejang pada penderita epilepsi. Caranya dengan mengontrol sinkronisasi fungsi saraf inhibitory dan excitatory menggunakan aktivasi genetik yang bekerja spesifik pada reseptor allatostatin.

Temuan ini, yang diterbitkan dalam jurnal Journal Frontiers of Neural Circuit tahun 2012, merupakan bagian dari teknik terapi gen yang sebetulnya sudah ditemukan oleh Ikrar beberapa tahun sebelumnya.

Ikrar mengawali kuliah kedokteran di Universitas Hasanuddin. Ia lantas meraih gelar master farmasi di Universitas Indonesia. Studi doktoral di bidang ilmu penyakit jantung ia tamatkan di Universitas Niigata, Jepang.

Seakan tak capek menuntut ilmu, pria dua anak ini melanjutkan program post-doctoral bidang neurosains di School of Medicine, University of California, Amerika Serikat.

Ikrar merupakan pemegang paten metode pemetaan otak manusia sejak 2009. Metode ini berhasil menggambarkan dinamika yang terjadi pada otak manusia secara rinci.

Doktor yang memiliki lebih dari 40 publikasi di jurnal internasional ini pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia periode 2000-2003. Kini Ikrar sibuk menjadi dokter spesialis saraf dan staf akademik di University of California, School of Medicine, Irvine, Amerika Serikat.

MAHARDIKA SATRIA HADI

Berita terkait

BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

24 hari lalu

BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.

Baca Selengkapnya

Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

26 September 2023

Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.

Baca Selengkapnya

Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

20 Juli 2023

Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.

Baca Selengkapnya

2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

14 Juli 2023

2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

14 April 2023

Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.

Baca Selengkapnya

Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

6 April 2023

Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.

Baca Selengkapnya

Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

26 Maret 2023

Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.

Baca Selengkapnya

Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

22 Maret 2023

Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.

Baca Selengkapnya

Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

17 Januari 2023

Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.

Baca Selengkapnya

Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

13 September 2022

Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.

Baca Selengkapnya