TEMPO.CO, Chicago - Manusia modern sudah melewati evolusi selama jutaan tahun. Namun ada hal tertentu yang tidak bisa hilang dalam proses evolusi. Rasa takut menjadi bagian dalam sistem pertahanan manusia untuk beradaptasi. Hingga saat ini manusia tetap memiliki perasaan negatif atau takut terhadap segala sesuatu yang mendekat meski hal itu bukan sebuah ancaman.
Profesor Christopher K. Hsee dari University of Chicago Booth School of Business mengatakan manusia mengembangkan kecenderungan untuk berjaga-jaga menghadapi binatang, manusia lain hingga benda yang bergerak mendekatinya. "Ini terjadi tidak hanya pada benda yang mendekat tapi juga peristiwa yang bakal terjadi," kata Hsee.
Dalam laporan bertajuk Approach Aversion: Negative Hedonic Reactions Toward Approaching Stimuli yang dipublikasikan dalam Journal of Personality and Social Psychology, pertengahan Juni 2014, Hsee dan koleganya menyebut ketakutan itu sebagai "tindakan pencegahan" dan merupakan hal alami bagi manusia. (Baca:Kala Emosi, Sensasi dalam Tubuh Kita Makin Aktif)
Dalam risetnya, peneliti menemukan obyek yang tidak mengancam juga dianggap negatif oleh para partisipan saat mereka mendekat. Bahkan hewan jinak seperti rusa tetap dianggap berbahaya bagi manusia yang tidak memahami perilaku binatang liar.
Kondisi ini bisa menjadi pertimbangan penting dalam dalam berbagai hal. Penjual, misalnya, sebaiknya meninjau apakah produknya perlu digerakkan mendekati pemirsa dalam sebuah tayangan komersial sehingga tidak merusak citra barang dagangan mereka. Seorang pembicara juga perlu mempertimbangkan gerakannya untuk mendekati audiens jika tidak ingin mendapat kesan negatif dari mereka. (Baca:Ilmuwan: Hanya Ada Empat Emosi Dasar Manusia)
Hsee mengatakan tindakan berjaga terhadap segala sesuatu yang mendekat merupakan perilaku umum. "Manusia tampaknya tidak mampu membedakan kapan mereka bisa menggunakannya atau tidak. Manusia cenderung takut terhadap benda dan peristiwa yang mendekat sekalipun mereka tahu itu tidak berbahaya."
Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.