TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Joko Widodo memberikan harapan baru bagi dunia teknologi informasi. Indonesia pun didorong segera mengembangkan teknologi 4G long-term evolution (LTE).
Pengembangan 4G LTE bisa mendorong peningkatan kualitas Internet yang stabil. GSMA selaku asosiasi GSM internasional menyatakan beberapa syarat utama yang harus dipenuhi pemerintah untuk mendukung pengembangan 4G di Tanah Air. (Baca: Lalu Lintas Data Bakal Naik 1.000 Kali Lipat 2020)
“Pertama adalah kemauan yang kuat dari pemerintah untuk mengembangkan 4G dan melihat manfaat jangka panjangnya,” ujar Spectrum Director GSMA Asia-Pacific Chris Zull kepada Tempo di Jakarta, Kamis, 6 November 2014.
Chris mengapresiasi Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, yang menyatakan berjanji membuka peluang bagi operator untuk menghadirkan teknologi 4G. Internet berkualitas kini sudah dianggap sebagai hal yang mutlak.
Syarat kedua adalah transparansi pemerintah dalam mengeluarkan regulasi. Chris mengkritik wacana pengenaan pajak penjualan atas barang mewah terhadap telepon pintar. Menurut dia, hal tersebut bukanlah solusi yang tepat dalam mendukung kemajuan teknologi. “Menggunakan ponsel adalah hak semua orang. Pajak justru akan menghambat orang dalam menikmati teknologi,” ucapnya.
Sedangkan yang ketiga adalah rencana kerja yang jelas, termasuk ketersediaan spektrum frekuensi 700 megahertz. Secara teknis, penggunaan frekuensi ini akan menguntungkan Indonesia sebagai negara kepulauan.
Berkembangnya penetrasi Internet sangat penting untuk memberikan informasi, terutama bagi masyarakat di daerah pelosok. Internet bukan hanya berkaitan dengan telekomunikasi, tapi juga menunjang pendidikan dan kesehatan. “Nantinya, konsultasi kesehatan bisa dilakukan lewat video call,” kata Chris.
Mengenai target pemerintah dalam menyediakan mobile broadband di 52 persen wilayah Indonesia pada 2019, Chris enggan memprediksi apakah akan tercapai atau tidak. Menurut dia, hal itu tergantung pada keseriusan pemerintah dalam mengoptimalkan regulasi dan infrastruktur. Simak berita tekno lainnya di sini.
SATWIKA MOVEMENTI
Berita lain
Kiamat Ketika Matahari Mengembang dan Memakan Bumi
Google Perbarui Tampilan Gmail di Android
Aplikasi Jongla Fokus Garap Pasar Indonesia
Penyebab Kiamat Versi Astronom
Jongla Incar Tiga Besar Aplikasi Pesan
Berita terkait
Kepala BNPB: Indonesia Harus Punya Sistem IT Bencana
9 Mei 2017
Kepala BNPB Willem Rampangile menyatakan Indonesia perlu investasi pengembangan teknologi informasi kebencanaan.
Baca SelengkapnyaGoogle Investasi Kabel Bawah Laut Singapura-Jakarta-Australia
6 April 2017
Google mengumumkan investasi kabel bawah laut yang menghubungkan Singapura ke Perth dan Sydney di Australia dengan cabang Jakarta.
Baca SelengkapnyaOleh-oleh Rombongan Wali Kota Risma-ITS dari San Fransisco
19 Februari 2017
Sepulang dari Amerika Serikat, ITS akan menindaklanjutinya dengan melakukan kerja sama kongkrit.
Baca SelengkapnyaSilicon Valley Bersiap Pindahkan Pekerja ke Kanada
1 Februari 2017
Pengusaha Silicon Valley memfasilitasi perusahaan AS membuat
anak perusahaan dan memindahkan karyawan ke Vancouver, Kanada.
Hybrid Cloud Lebih Diminati Perusahaan Indonesia, Kenapa?
18 Januari 2017
Pemimpin IT lebih pilih komputasi hybrid untuk perusahaannya bertransformasi digital
Baca SelengkapnyaPemimpin TI di Indonesia Prioritaskan Hybrid Cloud
18 Januari 2017
Permintaan akan pendekatan hybrid yang lebih terintegrasi semakin
menguat.
Buka Kantor Baru, Google Investasi Rp 17 Triliun di Inggris
16 November 2016
CEO Google Sundar Pichai mengatakan Inggris adalah salah satu pasar terbesar Google.
Baca SelengkapnyaNTT Communications Luncurkan Jaringan Kabel Optik Bawah Laut
31 Oktober 2016
NTT Communications Corporation (NTT Com), anak perusahaan solusi TIK dan komunikasi internasional NTT (NYSE:NTT) Group, meluncurkan APG.
Baca SelengkapnyaCanggih, Sistem Cloud Kini Sudah Ada dalam Jaket
23 Agustus 2016
Sistem ini memudahkan pengoperasian perangkat pintar dalam kondisi sulit, seperti bencana atau perang.
Baca SelengkapnyaKabel Jepang-AS Kapasitas 60 Terabit Per Detik Beroperasi
30 Juni 2016
Kabel bawah laut Jepang-AS memiliki koneksi 10 juta kali lebih cepat dari kabel standar saat ini.
Baca Selengkapnya