Terancam Punah, Merak Diusulkan Jadi Maskot Jatim
Editor
Mahardika Satria hadi
Kamis, 12 Februari 2015 16:14 WIB
TEMPO.CO, Malang - Forum Konservasi Satwaliar Indonesia (Foksi) kembali mengusulkan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk mengganti ayam bekisar dengan merak hijau sebagai ikon provinsi. Menurut pendiri dan penasihat Foksi, Tony Sumampau, burung merak hijau Jawa (Pavo muticus muticus) lebih layak menjadi maskot karena spesies ini merupakan fauna endemik Jawa Timur.
"Terakhir kami usulkan tahun lalu tapi kalah sama ayam bekisar. Padahal, dibanding bekisar, pamor merak hijau lebih mendunia lewat kesenian reog (Ponorogo) karena keindahan bulunya" kata Tony kepada Tempo, Kamis 12 Februari 2015.
Menurut Tony, merak hijau hanya ada di Jawa Timur dan keberadaannya di alam kian terancam. Habitat merak hijau tersebar dari bagian barat hingga ke timur Jawa Timur, yakni di Taman Nasional Baluran, Kabupaten Situbondo; Taman Nasional Alas Purwo di Kabupaten Banyuwangi; serta Taman Nasional Meru Betiri yang membentang di wilayah Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi.
Merak hijau terdiri atas tiga subspesies, yaitu merak hijau Burma (Pavo muticus spicifer) yang tersebar di Myanmar, merak hijau Indocina (Pavo muticus imperator) yang tersebar di Kamboja, Laos, dan Vietnam, serta merak hijau Jawa yang tersebar di Malaysia dan Pulau Jawa di Indonesia. Merak hijau di Myanmar, Malaysia, dan Semenanjung Indocina dilaporkan sudah punah.
Populasi merak hijau Jawa terus berkurang baik karena serangan predator maupun pemanfaatan bulunya untuk kesenian reog. Saat ini merak hijau Jawa berstatus fauna burung yang dilindungi. Menurut ICBP (The International Council for Bird Preservation), merak hijau sebagai jenis burung yang tergolong terancam secara keseluruhan (globally threatened), baik populasi maupun habitatnya.
Sedangkan Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Langka Satwa dan Tumbuhan Liar (CITES) mencantumkan merak hijau ke dalam daftar Apendiks II. Artinya, merak hijau dari alam tidak bisa langsung diperdagangkan. Spesies ini dimasukkan ke dalam golongan burung yang langka.
Status itu membuat posisi merak hijau lebih istimewa dibanding bekisar. Ayam bekisar sejatinya jenis ayam hasil persilangan antara ayam hutan hijau (Gallus variuss) jantan dengan ayam kampung (Gallus domesticus), yang semua hidup di Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Tapi kini ayam bekisar banyak dipelihara sebagai ayam hias dan populasinya sangat melimpah.
Tony mengatakan, ayam bekisar sebenarnya tidak memiliki nilai konservasi sama sekali, kecuali nilai komersial saja. Sebab, ayam bekisar hasil silangan ayam domestik dengan ayam hutan dan bukan ayam yang secara genetik murni atau jadi fauna khas Jawa Timur. "Bisa kita jumpai di mana-mana di Tanah Air," ujarnya.
Dibanding bekisar, merak hijau lebih sulit ditangkarkan. Menurut Tony, penangkar merak hijau kurang dari tiga orang. Orang pertama yang berhasil menangkarkan merak hijau adalah Surat Wiyoto, petani tua dari Dusun Suko, Desa Tawangrejo, Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Ia beternak merak hijau sejak 1998 hingga sekarang.
Tony berharap pemerintah bisa memberikan perhatian dan bantuan khusus kepada Surat karena ia berhasil menyelamatkan merak hijau Jawa dari kepunahan, meski populasi alaminya belum pulih.
ABDI PURMONO