Lubang Hitam Raksasa, Lebih Terang dari Matahari

Reporter

Sabtu, 14 Maret 2015 08:15 WIB

Gambar lubang hitam baru di Galaksi Bima Sakti yang ditemukan NASA. nasa.gov

TEMPO.CO, Peking - Lubang hitam raksasa yang ditemukan oleh kelompok ilmuwan gabungan dari kelompok ilmuwan gabungan dari University of Arizona, Amerika Serikat, dan Peking University, Cina, ternyata lebih terang dan lebih besar dari matahari, bintang terbesar dalam tata surya kita. Lubang hitam berlabel SDSS J0100 + 2802 ini memiliki 12 juta kali massa matahari dan 420 triliun kali lebih terang.

Sebagai perbandingan, lubang hitam yang berjarak 12,8 miliar tahun cahaya dari bumi ini jauh lebih terang daripada kuasar yang ada di Galaksi Bima Sakti, yang memiliki massa 4 juta kali matahari.

"Lubang hitam yang memasok energi kuasar ini juga 3.000 kali lipat lebih berat,” ujar Xiaohui Fan, profesor astronomi dari Arizona Steward Obersvatory, seperti dikutip dari Sciencedaily.

Fan menganggap penemuan lubang misterius yang konon dapat menyedot banyak benda di ruang angkasa ini dapat menjawab teka-teki tentang teori evolusi lubang hitam dan kuasar (bintang mati) di alam semesta awal setelah Big Bang pada 13,7 miliar tahun lalu. Juga, ujar dia, menimbulkan pertanyaan "bagaimana sesuatu yang begitu besar dan terang terbentuk sedemikian awal, hanya 900 juta tahun setelah Big Bang?"

Uniknya, lubang hitam raksasa ini ditemukan menggunakan teleskop Lijian 2,4 meter, yang terbilang cukup kecil untuk menemukan lubang hitam. Adalah Feige Wang, mahasiswa doktoral dari Peking University, penemu lubang misterius raksasa yang konon dapat menyedot segala benda di ruang angkasa itu.

Penemuan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan penggunaan dua teleskop yang lebih canggih di Arizona selatan, untuk menentukan jarak dan massa lubang hitam. Yakni teleskop binokular besar 8,4 meter di Gunung Graham dan teleskop cermin ganda 6,5 meter di Gunung Hopkins. Teleskop Magellan 6,5 meter di Las Campanas Observatory, Cile, dan teleskop Gemini 8,2 meter di Mauna Kea, Hawaii, juga dikerahkan untuk memperkuat bukti temuan.

Kuasar dari lubang hitam ini diperkirakan berasal dari masa berdekatan dengan Zaman Reionization, yaitu awal terbentuknya cahaya dan galaksi, yang mengakhiri kegelapan kosmik dan mengubah alam semesta menjadi seperti yang kita lihat sekarang. Temuan Fan dan rekan-rekan penelitiannya diterbitkan dalam jurnal Nature edisi 26 Februari 2015.

Xue-Bing Wu, profesor di Departemen Astronomi Peking University, menyebut kuasar tersebut sangat unik. Sama seperti mercusuar, dia menjelaskan, kuasar bersinar terang di alam semesta yang jauh. “Menyinari masa depan alam semesta,” ujar Wu, yang tak tergabung dalam penelitian.

Bagi Christian Veillet, Direktur Large Binocular Telescope Observatory, penemuan Fan ini menunjukkan kekuatan kolaborasi penelitian gabungan dan manfaatnya bagi ilmu pengetahuan global. “Peneliti dapat efektif menggunakan data pengamatan dan akhirnya menciptakan ilmu yang menarik.”

Ke depannya, tim peneliti akan mencari tahu proses pembentukan lubang hitam raksasa ini. Sejumlah pakar, kata Fan, akan diajak bergabung untuk menguak misteri jagat raya yang lebih dalam. Dia juga akan menggunakan Hubble Space Telescope dan Chandra X-Ray Telescope.

SCIENCEDAILY | NATURE | AMRI MAHBUB

Berita terkait

Pameran Teknologi Ruang Angkasa di Amerika, Seperti Apa Acaranya?

1 hari lalu

Pameran Teknologi Ruang Angkasa di Amerika, Seperti Apa Acaranya?

Industri ruang angkasa atau antariksa kembali menunjukkan diadakannya Space Tech Expo USA 2024 di Long Beach Convention Center, California

Baca Selengkapnya

Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

17 Maret 2024

Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

Minat pengunjung ke Observatorium Bosscha tergolong tinggi sejak kunjungan publik mulai dibuka kembali setelah masa pandemi.

Baca Selengkapnya

Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

27 November 2023

Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

Harijono Djojodihardjo, ahli penerbangan dan antariksa meraih anugerah Nurtanio Award 2023 dari BRIN.

Baca Selengkapnya

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Membuka Jalan untuk Gibran

26 September 2023

Membuka Jalan untuk Gibran

Peluang Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden menguat.

Baca Selengkapnya

Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

21 September 2023

Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan teknologi keantariksaan sendiri telah dimanfaatkan dalam berbagai sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

27 April 2023

Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

Misi Explorer 11 NASA bertujuan mempelajari sinar gamma di luar angkasa.

Baca Selengkapnya

Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

17 Januari 2023

Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

Pada 1 Februari 2003, pesawat ulang-alik Columbia meledak saat memasuki atmosfer di atas Texas dan menewaskan ketujuh awak di dalamnya.

Baca Selengkapnya

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

9 Desember 2022

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

China sedang membangun kemampuan yang menempatkan sebagian besar aset luar angkasa Amerika Serikat dalam risiko

Baca Selengkapnya

BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

30 November 2022

BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

Orbita merupakan peneliti ahli utama di bidang kepakaran, teknologi, dan aplikasi pengindraan jauh pada Pusat Riset Pengindraan Jauh BRIN.

Baca Selengkapnya