Cegah Kebakaran, Peneliti UGM Ciptakan Pemantau Lahan Gambut  

Reporter

Editor

Agung Sedayu

Rabu, 18 November 2015 07:26 WIB

Sejumlah petugas gabungan dari tentara Indonesia dan tim pemadam kebakaran, berusaha memadamkan api yang membakar lahan gambut di Pulang Pisau, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, 29 Oktober 2015. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Ahli lahan gambut dari Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Azwar Maas, menciptakan perangkat lunak sebagai sistem peringatan dini kondisi lahan gambut untuk mengantisipasi kebakaran lahan. “Nama aplikasinya Early Warning System. Itu saya mau tambahkan kata ‘Maas’, karena saya yang menciptakan,” ucap Azwar kepada Tempo di Jakarta, Selasa, 17 November 2015.

Azwar mengatakan ide membuat perangkat lunak tersebut untuk memberikan status kondisi lahan terkini. Perangkat tersebut memiliki sistem kerja sederhana. Ada indikator yang digunakan Azwar sebagai faktor yang berperan dalam kebakaran lahan gambut. Misalnya jenis musim, kurun waktu hujan, jenis lahan gambut, posisi lahan, sistem kanalisasi, status lahan, dan penguasaan. “Saya mencoba mengkombinasikan semua faktor yang berperan terhadap kemungkinan-kemungkinan terjadinya kebakaran, termasuk status lahan di kawasan jelas atau tidak jelas,” ujarnya.

Misalnya, tutur Azwar, indikator jenis musim diisi musim kemarau dan sudah lebih dari sepuluh hari tidak hujan, posisi lahan ada di kubah, jenis lahan gambut setengah matang, dan saluran airnya tidak terkontrol. Selain itu, kata Azwa, lahan gambut ditanami tanaman keras dan sudah terjadi beberapa kali kebakaran. Lokasi lahan dekat dengan pemukiman dan status lahannya tidak jelas. Setelah semua indikator terisi, ucap Azwar, aplikasi bisa dijalankan.

Dari indikator tersebut, hasilnya adalah lahan berstatus awas. Kondisi awas, menurut Azwar, karena faktor hidrologi, yaitu kondisi saluran air yang tidak terkontrol dan status lahan yang tidak jelas. Setelah indikator saluran air tersebut diubah menjadi terkontrol dan status lahan menjadi jelas, hasilnya adalah lahan berstatus siaga. “Artinya, ketika dia awas, kami coba kelola tata airnya dan ada dalam penguasaan. Maka dari awas bisa kami turunkan menjadi siaga. Awas artinya siap-siap ada api,” ujar Azwar. Ia mengaku sudah mencoba menerapkan alat tersebut di Riau, dan hasilnya positif.

DANANG FIRMANTO




Berita terkait

KKP dan UGM Sepakati Kerja Sama Bidang Kelautan

57 hari lalu

KKP dan UGM Sepakati Kerja Sama Bidang Kelautan

Kerja sama melibatkan sejumlah fakultas di UGM.

Baca Selengkapnya

Hampir 1.000 Pegawai UGM Terima Penghargaan Purnabakti dan Kesetiaan

18 Januari 2024

Hampir 1.000 Pegawai UGM Terima Penghargaan Purnabakti dan Kesetiaan

Sebanyak 907 dosen dan tenaga kependidikan di lingkungan Universitas Gadjah Mada atau UGM menerima penghargaan kesetiaan dan purnabakti.

Baca Selengkapnya

5 Sikap UGM Terkait Surat Edaran Larangan LGBT Dekan Fakultas Teknik

29 Desember 2023

5 Sikap UGM Terkait Surat Edaran Larangan LGBT Dekan Fakultas Teknik

Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Wening Udasmoro, menegaskan UGM telah memiliki sikap dan posisi yang tegas terkait hal itu.

Baca Selengkapnya

Malaysia Batalkan RUU Polusi Asap Lintas Batas, Pilih Diplomasi dengan Indonesia

7 November 2023

Malaysia Batalkan RUU Polusi Asap Lintas Batas, Pilih Diplomasi dengan Indonesia

Malaysia membatalkan rencana usulan rancangan undang-undang polusi asap lintas batas.

Baca Selengkapnya

Heboh Beras Plastik, Pakar di UGM Jelaskan Mengapa Nasi Bisa Memantul

11 Oktober 2023

Heboh Beras Plastik, Pakar di UGM Jelaskan Mengapa Nasi Bisa Memantul

Wakil Ketua Pusat Halal UGM Nanung Danar Dono menyebut informasi yang beredar di media sosial terkait peredaran beras plastik adalah hoaks.

Baca Selengkapnya

Palangka Raya Perpanjang PJJ Dampak Kabut Asap, Bagaimana Nasib Siswa Ikuti ANBK?

9 Oktober 2023

Palangka Raya Perpanjang PJJ Dampak Kabut Asap, Bagaimana Nasib Siswa Ikuti ANBK?

Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), memperpanjang kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) akibat kabut asap.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Nilai Penegakan Hukum Karhutla Lemah: Sudah Divonis, Belum Bayar Denda

7 Oktober 2023

Greenpeace Nilai Penegakan Hukum Karhutla Lemah: Sudah Divonis, Belum Bayar Denda

Dia mengatakan, ketiga negara saling terkait dalam penanggulangan karhutla tak hanya karena lokasinya berdekatan.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Bantah Klaim Menteri KLHK Tak Ada Asap Karhutla Lintas Batas ke Malaysia

7 Oktober 2023

Greenpeace Bantah Klaim Menteri KLHK Tak Ada Asap Karhutla Lintas Batas ke Malaysia

Asap karhutla, kata dia, sampai ke negara tetangga ketika karhutla sedang mencapai puncaknya.

Baca Selengkapnya

Asap Tebal Kebakaran Hutan, Siswa PAUD hingga SMP di Jambi Belajar dari Rumah Mulai Hari Ini

2 Oktober 2023

Asap Tebal Kebakaran Hutan, Siswa PAUD hingga SMP di Jambi Belajar dari Rumah Mulai Hari Ini

Hal itu dilakukan lantaran kabut asap tebal akibat kebakaran hutan dan lahan masih menyelimuti daerah tersebut.

Baca Selengkapnya

Dikepung Kabut Asap Kebakaran Hutan, Palangka Raya Pangkas Waktu Belajar di Sekolah

28 September 2023

Dikepung Kabut Asap Kebakaran Hutan, Palangka Raya Pangkas Waktu Belajar di Sekolah

Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng), mengundurkan jam masuk sekolah bagi peserta didik karena dikepung asap.

Baca Selengkapnya