Cegah Kebakaran, Peneliti UGM Ciptakan Pemantau Lahan Gambut
Editor
Agung Sedayu
Rabu, 18 November 2015 07:26 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ahli lahan gambut dari Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Azwar Maas, menciptakan perangkat lunak sebagai sistem peringatan dini kondisi lahan gambut untuk mengantisipasi kebakaran lahan. “Nama aplikasinya Early Warning System. Itu saya mau tambahkan kata ‘Maas’, karena saya yang menciptakan,” ucap Azwar kepada Tempo di Jakarta, Selasa, 17 November 2015.
Azwar mengatakan ide membuat perangkat lunak tersebut untuk memberikan status kondisi lahan terkini. Perangkat tersebut memiliki sistem kerja sederhana. Ada indikator yang digunakan Azwar sebagai faktor yang berperan dalam kebakaran lahan gambut. Misalnya jenis musim, kurun waktu hujan, jenis lahan gambut, posisi lahan, sistem kanalisasi, status lahan, dan penguasaan. “Saya mencoba mengkombinasikan semua faktor yang berperan terhadap kemungkinan-kemungkinan terjadinya kebakaran, termasuk status lahan di kawasan jelas atau tidak jelas,” ujarnya.
Misalnya, tutur Azwar, indikator jenis musim diisi musim kemarau dan sudah lebih dari sepuluh hari tidak hujan, posisi lahan ada di kubah, jenis lahan gambut setengah matang, dan saluran airnya tidak terkontrol. Selain itu, kata Azwa, lahan gambut ditanami tanaman keras dan sudah terjadi beberapa kali kebakaran. Lokasi lahan dekat dengan pemukiman dan status lahannya tidak jelas. Setelah semua indikator terisi, ucap Azwar, aplikasi bisa dijalankan.
Dari indikator tersebut, hasilnya adalah lahan berstatus awas. Kondisi awas, menurut Azwar, karena faktor hidrologi, yaitu kondisi saluran air yang tidak terkontrol dan status lahan yang tidak jelas. Setelah indikator saluran air tersebut diubah menjadi terkontrol dan status lahan menjadi jelas, hasilnya adalah lahan berstatus siaga. “Artinya, ketika dia awas, kami coba kelola tata airnya dan ada dalam penguasaan. Maka dari awas bisa kami turunkan menjadi siaga. Awas artinya siap-siap ada api,” ujar Azwar. Ia mengaku sudah mencoba menerapkan alat tersebut di Riau, dan hasilnya positif.
DANANG FIRMANTO