Zat Radioaktif Fukushima Terdeteksi di Pesisir Amerika  

Reporter

Rabu, 9 Desember 2015 16:37 WIB

Sejumlah demonstran anti nuklir berkumpul di depan Kyushu Electric Power Co, menetang diaktifkannya reaktor nomor 1 di pembangkit listrik tenaga nuklir Sendai. Saat ini Jepang telah menerbitkan regulasi baru keamanan pembangkit listrik tenaga nuklir, setelah salah satu reaktor nuklir bocor saat gempa bumi yang terjadi di Fukushima. Kagoshima, Jepang, 11 Agustus 2015. Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta - Material radioaktif yang bocor karena reaktor nuklir di Fukushima, Jepang, rusak akibat tsunami pada Maret 2011 ditemukan menyebar hingga perairan pesisir barat Amerika. Ilmuwan menemukan adanya kontaminasi radioaktif di beberapa titik di perairan Amerika Serikat.

Material radioaktif dalam level tertinggi terdeteksi dalam sampel yang diambil dari sebuah lokasi sekitar 2.500 kilometer sebelah barat San Francisco. Kadar radioaktif isotop cesium mencapai 11 becquerel per meter kubik air.

Hasil ini 50 persen lebih tinggi ketimbang sampel-sampel lain yang dikumpulkan di sepanjang pesisir pantai barat. Namun kadar radioaktif yang terdeteksi itu masih 500 kali lebih rendah daripada batas aman yang ditetapkan Amerika Serikat untuk air baku minum. Kandungan radioaktif itu juga masih di bawah batas aman kontak langsung sehingga aktivitas berenang, berperahu, dan rekreasi pantai lain masih bisa dilakukan.

Tim peneliti dari Woods Hole Oceanographic Institution memonitor radiasi di Samudera Pasifik dan melakukan ekspedisi ke perairan di dekat Jepang tiga bulan setelah bencana menimpa Fukushima. Sejak 2014, Ken Buesseler, ahli radiokimia kelautan WHOI, dan koleganya meneliti lebih dari 250 sampel air di Pasifik.

Buesseler mengatakan data penyebaran radioaktif itu sangat penting bagi penelitian radiasi. Menurut dia, level kontaminasi di Pasifik harus terus dimonitor meski kadarnya masih jauh di bawah batas aman yang ditetapkan pemerintah Amerika Serikat. “Radioisotop berumur panjang ini bisa juga menjadi penanda selama bertahun-tahun bagi peneliti yang mempelajari arus laut dan percampuran air di pesisir,” ujarnya dalam keterangan pers WHOI, 3 Desember 2015.

Temuan Buesseler ini sejalan dengan laporan para ilmuwan yang tergabung dalam grup Kelp Watch dan peneliti InFORM, Kanada. Namun Buesseler hanya memfokuskan risetnya pada kandungan kimiawi laut, sedangkan para ilmuwan InFORM juga mengambil sampel organisme biologis. Hasil riset InFORM terhadap sampel ikan yang dikumpulkan di British Columbia tidak menunjukkan adanya kandungan cesium dari Fukushima.

Hampir seluruh sampel air laut yang diambil di Pasifik menunjukkan jejak cesium-137, isotop cesium dengan waktu paruh 30 tahun. Sebagian dari isotop-isotop itu adalah sisa uji coba senjata nuklir yang dilakukan pada periode 1950-1970-an.

Adapun “sidik jari” radioaktif Fukushima adalah isotop cesium-134 yang memiliki waktu paruh hanya 2 tahun. Artinya, isotop ini meluruh jauh lebih cepat ketimbang cesium-137. Untuk mengetahui keberadaan cesium-134, para peneliti mengkalkulasi berapa banyak isotop yang keluar dari Fukushima pada 2011. Hasilnya kemudian ditambahkan pada jumlah setara cesium-137 yang mungkin keluar pada waktu bersamaan.

SCIENCEDAILY | PHYS.ORG | GABRIEL WAHYU TITIYOGA

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya