Misteri Belang di Tubuh Zebra  

Reporter

Editor

Suseno TNR

Selasa, 9 Februari 2016 08:58 WIB

Foto zebra di antara kawanannya. Media foto hitam putih yang digunakannya semakin memperkuat gambar hewan yang telah diambilnya. Dailymail.co.uk/David Yarrow

TEMPO.CO - Apa sebenarnya fungsi belang hitam-putih di tubuh zebra? Sejak dua ahli evolusi, Charles Darwin dan Alfred Russel Wallace, berdebat tentang fungsi setrip unik itu 120 tahun lalu, belum ada yang berhasil memecahkan teka-teki ini. Banyak yang meyakini belang zebra sebagai kamuflase untuk mengecoh predator, seperti diungkapkan Wallace untuk melawan Darwin yang menyebut setrip hitam-putih itu tak ada gunanya.

Para peneliti dari University of Calgary, Kanada, dan University of California-Davis menunjukkan belang zebra bukanlah mekanisme kamuflase. “Dugaan bahwa setrip zebra adalah kamuflase sudah sangat lama diyakini orang. Namun itu diambil berdasarkan sudut pandang manusia,” kata Amanda Melin, ahli antropologi biologi dari University of Calgary, seperti ditulis The Independent, pekan lalu.

Bersama Tim Caro, ahli biologi alam liar dari UC-Davis, Melin meneliti sejauh mana para predator zebra, seperti singa, hyena atau anjing dubuk, dan manusia bisa mengenali mamalia itu. Laporan yang dipublikasikan di jurnal PLOS ONE, 22 Januari, menyebutkan setrip hitam-putih itu tak membantu zebra membaur dengan lingkungan sekitarnya.

Melin dan timnya melakukan serangkaian eksperimen dan kalkulasi untuk memperkirakan sejauh apa daya penglihatan singa, hyena, manusia bisa mengenali zebra dan belang hitam-putihnya. “Riset ini juga memperhitungkan bagaimana zebra bisa mengenali sesamanya dalam kondisi pencahayaan yang beragam di kala siang, senja, dan malam,” ujar Melin.

Awalnya, para peneliti memotret kawanan zebra di Tanzania. Mereka lalu mengolah gambar digital dalam simulasi spasial dan filter warna yang menggambarkan bagaimana wujud zebra di mata para predatornya. Lebar setrip hitam-putih dan pencahayaan juga diukur untuk memperkirakan jarak maksimum bagi singa dan hyena melihat belang zebra berdasarkan kemampuan visual mereka.

Sebagian besar predator zebra berburu kala siang dan senja. Namun mereka memiliki daya pandang terbatas dan dipengaruhi oleh kondisi pencahayaan. Mata manusia masih bisa mengenali zebra pada jarak lebih dari 50 meter di siang hari atau 30 meter di kala senja. Sementara, pada kondisi yang sama, singa dan hyena sudah kesulitan mengenali zebra. Di waktu malam tanpa sinar bulan, mayoritas predator sudah tak bisa melihat zebra dalam jarak lebih dari 9 meter.

Riset itu menunjukkan setrip hitam-putih tak menyamarkan zebra dengan lingkungan sekitar, seperti yang diyakini selama ini. Saat singa atau hyena bisa melihat zebra, mamalia itu sebenarnya diintai bahaya besar. Sebab, mereka juga berada di dalam jangkauan indra penciuman dan pendengaran para pemangsa. “Setrip zebra itu sama sekali tak memberikan efek kamuflase antipredator,” ujar Caro.

Di padang terbuka, tempat zebra menghabiskan sebagian besar waktunya, singa dan hyena bisa melihat mereka dengan mudah, layaknya melihat kawanan mangsa lainnya. Padahal setrip hitam-putih sempat dipercaya mengaburkan siluet tubuh zebra dengan latar belakang alam dan padang rumput.

Belang hitam-putih pun tak membantu zebra menyamar di area hutan. Padahal sebelumnya, diyakini warna hitam di tubuh zebra menyerupai siluet batang pohon, sementara setrip putih dianggap seperti aliran cahaya yang menyusup di antara pepohonan.

Pada riset sebelumnya, Caro dan koleganya menduga setrip hitam-putih berfungsi untuk menjauhkan zebra dari serbuan serangga parasit yang menjadi musuh alami mamalia tersebut. Laporan tentang penelitian ini dimuat dalam jurnal Nature Communications pada 2014. Pendapat bahwa setrip hitam-putih menjauhkan zebra dari serangga pengganggu juga pernah dimuat dalam Journal of Experimental Biology pada 2012.

Adapun hipotesis yang menyatakan bahwa setrip hitam-putih sebagai penanda atau alat komunikasi sosial di antara kawanan zebra justru diragukan oleh Melin. Menurut dia, banyak mamalia sosial yang biasa hidup berkelompok, seperti zebra, kuda, singa, dan simpanse, bisa mengenali individu dalam kawanannya tanpa bantuan setrip atau ciri tubuh khusus lainnya.




SCIENCEDAILY | SMITHSONIAN | TECHTIMES | GABRIEL WAHYU TITIYOGA

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya