Peneliti Temukan Beda Ratu dan Semut Pekerja  

Reporter

Jumat, 15 April 2016 16:48 WIB

Semut

TEMPO.CO, JAKARTA – Sebuah koloni semut terdiri atas ratu dan semut pekerja. Ratu dan semut pekerja terdiri atas tatanan gen yang sama, tapi dengan peran yang berbeda dalam koloni.

Tim dari Okinawa Institut Sains dan Pascasarjana Universitas Teknologi (OIST) bersama University of Helsinki dan kolaborator lain dari seluruh dunia baru-baru ini memberikan wawasan tentang perbedaan ratu dengan semut pekerja. Temuan ini didasari data dari 16 spesies semut.

Para peneliti tak mengamati daftar gen tertentu yang tampak berbeda antara ratu dan semut pekerja. Mereka mengamati gen dengan pola serupa yang mungkin terlibat dalam menjaga perbedaan struktural, perilaku, dan fungsional antara ratu dan semut pekerja.

Tim peneliti dipimpin Alexander Mikheyev dari Unit Ekologi dan Evolusi serta Claire Morandin dari University of Helsinki.

Mereka mengumpulkan ratu dan semut pekerja serta mengurutkan molekul RNA dari 16 spesies semut. Kemudian mereka membuat 36 set gene co-expression network (GCN), yang mewakili kelompok yang sama.

Ini adalah penggunaan data terbesar sepanjang studi ekspresi gen pada serangga. Hal ini dilakukan karena semut memiliki banyak fitur berbeda yang berkembang terus-menerus. “Semut berasal lebih dari 100 juta tahun silam,” kata Mikheyev. Ia mengatakan semut memiliki keragaman sifat dan adaptasi yang luar biasa. Semut berkembang secara paralel pada spesies yang berbeda.

Penelitian menunjukkan perbedaan struktur dan fungsi antara ratu dan semut pekerja adalah hasil dari perbedaan ekspresi evolusi gen. Kemungkinan lain adalah semua gen tetap sama sepanjang evolusi seluruh spesies semut.

Dengan kata lain, mereka bukannya menemukan perbedaan dalam satu gen. Mereka malah menemukan hubungan antargen dapat menjelaskan perbedaan struktur dan fungsi antara ratu dan semut pekerja.

"Temuan kami lebih menonjolkan pentingnya ekspresi gen untuk evolusi sifat," tutur Mikheyev. Salah satu yang dipertimbangkan secara khusus, kata dia, adalah bukan keterlibatan satu gen individu saja, melainkan interaksi dengan gen lain.

Temuan ini kemudian dikaitkan dengan beberapa ciri biologis lain dalam koloni semut. Antara lain jumlah ratu dalam satu koloni, tingkat invasi, dan tingkat sterilitas semut pekerja. Hal ini menunjukkan modul genetik mungkin terlibat dalam pengembangan atau evolusi paralel sifat semut.

Morandin mengatakan, dengan studi ini, peneliti juga menunjukkan jenis pendekatan non-tradisional genom dapat diterapkan dalam ekologi dan evolusi. "Teknik ini akan berguna untuk studi lain yang tertarik mencirikan hubungan antara ekspresi gen dan fisik, sifat-sifat eksternal," ucapnya.

SCIENCE DAILY | TRI ARTINING PUTRI

Berita terkait

BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

25 hari lalu

BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.

Baca Selengkapnya

Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

26 September 2023

Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.

Baca Selengkapnya

Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

20 Juli 2023

Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.

Baca Selengkapnya

2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

14 Juli 2023

2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

14 April 2023

Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.

Baca Selengkapnya

Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

6 April 2023

Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.

Baca Selengkapnya

Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

26 Maret 2023

Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.

Baca Selengkapnya

Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

22 Maret 2023

Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.

Baca Selengkapnya

Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

17 Januari 2023

Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.

Baca Selengkapnya

Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

13 September 2022

Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.

Baca Selengkapnya