Leher Panjang Jerapah Menarik Minat Para Peneliti

Reporter

Kamis, 19 Mei 2016 03:15 WIB

Sepasang jerapah yang diberi nama Dirgah dan Ayuri70 dari Taronga Zoo Sydney, saat berada di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta, 18 Agustus 2015. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Para ilmuwan merunut genom jerapah untuk pertama kalinya, mengungkap ciri-ciri yang membantu menjelaskan bagaimana binatang tertinggi di Bumi itu bisa memiliki leher sangat panjang.

Menjadi jerapah tidak mudah. Guna memompa darah dua meter ke atas dari dada ke otak membutuhkan jantung turbo dan tekanan darah dua kali lebih besar dari mamalia normal.

Jerapah juga butuh katup pengaman khusus supaya mereka bisa membungkuk untuk minum dan menegakkan lagi kepala mereka tanpa pingsan.

Wujud unik binatang itu sudah lama menjadi teka-teki bagi para ahli biologi, termasuk Charles Darwin.

Sekarang, dengan membandingkan genom jerapah dengan kerabat terdekatnya, okapi yang berleher pendek, para ilmuwan membongkar bagian dari teka-teki itu dengan menunjuk perubahan-perubahan kecil pada sejumlah kecil gen yang bertanggung jawab dalam pengaturan bentuk tubuh dan sirkulasi.

Ini menunjukkan perkembangan leher panjang dan jantung kuat berjalan bergandengan dipicu oleh relatif sedikit perubahan genetik.

"Ada banyak teori tentang bagaimana leher jerapah memanjang tapi tampaknya perkembangan sistem kardiovaskular berkembang paralel dengan perkembangan sistem rangka," kata Morris Agaba dari African Institute for Science and Technology di Tanzania seperti dilansir kantor berita Reuters.

Dia dan koleganya menerbitkan temuan mereka di jurnal Nature Communications pada Selasa.

Penguraian faktor-faktor genetik di balik sistem kardiovaskular luar biasa jerapah juga bisa mengandung pelajaran untuk kesehatan manusia, karena binatang itu tampaknya terhindar dari kerusakan organ yang sering ditemukan pada orang-orang dengan tekanan darah tinggi.

Ide yang tampaknya berbukti bahwa leher panjang jerapah itu terjadi guna mencapai persediaan makanan yang semakin tinggi sudah ditentang dalam 20 tahun terakhir, dengan hipotesis bahwa itu sebenarnya karena seleksi seksual dan kompetisi di antara para pejantan petarung untuk mendapat pasangan.

Tidak seperti burung berleher panjang, yang memiliki tulang belakang tambahan, jerapah memiliki tujuh tulang belakang yang sama dengan yang ditemukan pada semua mamalia, meski milik mereka jauh lebih panjang.

ANTARA

Baca juga:
Karyawati Diperkosa & Ditusuk Gagang Cangkul: Ini 3 Setan Pemicunya
Karyawati Diperkosa & Dibunuh: 31 Adegan, Pelaku Sempat Bercumbu

Berita terkait

BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

29 hari lalu

BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.

Baca Selengkapnya

Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

26 September 2023

Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.

Baca Selengkapnya

Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

20 Juli 2023

Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.

Baca Selengkapnya

2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

14 Juli 2023

2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

14 April 2023

Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.

Baca Selengkapnya

Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

6 April 2023

Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.

Baca Selengkapnya

Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

26 Maret 2023

Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.

Baca Selengkapnya

Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

22 Maret 2023

Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.

Baca Selengkapnya

Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

17 Januari 2023

Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.

Baca Selengkapnya

Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

13 September 2022

Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.

Baca Selengkapnya