Ilmuwan Ini Teliti Soal Tumpukan Debu Sahara, Hasilnya...

Reporter

Sabtu, 25 Juni 2016 07:00 WIB

Gurun Sahara. sci-news.com

TEMPO.CO, New York - Jika rumah tampak lebih berdebu daripada biasanya, itu bukanlah refleksi dari kemalasan atau ketidakmampuan Anda membersihkan rumah. Sebuah studi menunjukkan bahwa jumlah debu di atmosfer memang telah berlipat ganda dibanding abad lalu.

Tak hanya membuat rumah dan segala isinya kotor, kenaikan jumlah debu yang dramatis itu juga mempengaruhi iklim dan ekologi di seluruh dunia. Debu ini bukan hanya sesuatu yang biasa kita bersihkan dari permukaan meja, tapi juga partikel halus yang mengambang di udara di lapisan atmosfer bumi dan berasal dari gurun-gurun di Afrika Selatan serta Timur Tengah.

Studi yang dipimpin oleh Natalie Mahowald, pakar ilmu kebumian dan atmosfer di Cornell University, tersebut menggunakan pemodelan komputer dan data yang tersedia untuk memperkirakan jumlah debu gurun, atau partikel tanah, di atmosfer sepanjang abad ke-20.Ini adalah penelitian pertama yang melacak fluktuasi partikel aerosol alami (bukan yang diakibatkan kegiatan manusia) di seluruh dunia selama satu abad.

Debu gurun dan iklim saling mempengaruhi secara langsung maupun tak langsung lewat berbagai sistem yang saling berkaitan. Debu, misalnya, membatasi jumlah radiasi matahari yang mencapai bumi, sebuah faktor yang dapat menutupi efek pemanasan dari naiknya level karbon dioksida di atmosfer. Debu juga dapat mempengaruhi awan dan kuantitas air yang jatuh kembali ke bumi (presipitasi), yang memicu terjadinya kekeringan, yang pada akhirnya menyebabkan pembentukan gurun dan lebih banyak debu lagi.

Proses kimia lautan juga terlibat dalam cara yang rumit. Debu adalah sumber utama zat besi, yang sangat vital bagi plankton dan organisme lain yang menarik karbon dari atmosfer.

Untuk mengukur fluktuasi dalam debu gurun selama seabad, para ilmuwan mengumpulkan data dari pengeboran inti es, sedimen danau, dan terumbu karang, yang masing-masing menyimpan informasi tentang konsentrasi debu gurun di kawasan itu pada masa lampau. Data setiap sampel itu kemudian dihubungkan dengan daerah asal debu. Dari informasi tersebut, para ilmuwan menghitung tingkat pengendapan debu selama itu.

Dengan mengaplikasikan komponen sistem pemodelan komputer yang disebut sebagai Community Climate System Model, tim Mahowald merekonstruksi pengaruh debu gurun terhadap temperatur, kuantitas air yang jatuh kembali ke bumi, endapan zat besi laut, dan penangkapan karbon terrestrial selama satu abad.

Di antara hasil yang mereka peroleh, para ilmuwan menemukan bahwa perubahan temperatur dan presipitasi regional menyebabkan penurunan penangkapan karbon terrestrial global sebesar 6 parts per million (ppm) selama abad ke-20. Simulasi itu juga memperlihatkan bahwa debu yang mengendap di laut meningkatkan penangkapan karbon dari atmosfer sekitar 6 persen, atau 4 ppm, selama periode yang sama.

Berbeda dengan mayoritas riset lain tentang dampak partikel aerosol terhadap iklim yang hanya difokuskan pada aerosol anthropogenic, yang dilepaskan kegiatan manusia lewat pembakaran, kata Mahowald, studinya juga menitikberatkan peran penting aerosol alami. "Kini kami mempunyai sejumlah informasi tentang bagaimana debu gurun berfluktuasi," katanya. "Hal itu benar-benar membawa dampak besar untuk memahami sensitivitas iklim, dan kami sangat membutuhkan lebih banyak data dari berabad-abad lalu."

SCIENCE DAILY | AMRI MAHBUB

Berita terkait

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

1 hari lalu

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

Mahasiswa Irlandia mendirikan perkemahan di Trinity College Dublin untuk memprotes serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

1 hari lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

1 hari lalu

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

Kepolisian Los Angeles mengkonfirmasi bahwa lebih dari 200 orang ditangkap di LA dalam gejolak demo mahasiswa bela Palestina. Bagaimana kronologinya?

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

1 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

1 hari lalu

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

2 hari lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

2 hari lalu

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

Kementerian Luar Negeri Belgia mengatakan pihaknya "mengutuk segala ancaman dan tindakan intimidasi" terhadap Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)

Baca Selengkapnya

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

2 hari lalu

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

Para pejabat Hamas dan CIA dijadwalkan bertemu dengan mediator Mesir di Kairo untuk merundingkan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

2 hari lalu

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.

Baca Selengkapnya