Hasil Studi Genetika: Gajah Menuju Kepunahan

Reporter

Kamis, 11 Agustus 2016 17:47 WIB

Seorang pawang berjalan di antara kawanan gajah di Taman Nasional Way Kambas, Lampung. Pusat Latihan Gajah (PLG) Way Kambas didirikan tahun 1985, dan sejak tahun 2000 telah ditingkatkan fungsinya menjadi Pusat Konservasi Gajah (PKG). TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan World Wildlife Fund Indonesia memaparkan hasil studi konservasi status gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) berdasarkan analisis asam nukletida (DNA) atau cetak biru makhluk hidup di Gedung Lembaga Eijkman, Jakarta Pusat, Kamis, 11 Agustus 2016.

Studi ini dirilis dalam rangka merayakan Hari Gajah Sedunia yang jatuh pada, Jumat, 12 Agustus 2016. "Hasilnya, gajah sedang menuju kepunahan," ujar Sunarto, ekolog satwa liar WWF-Indonesia, saat memaparkan hasil kajiannya.

Dia menjelaskan metode dalam studi yang dilakukan sejak 2012 tersebut. Pertama, tim gabungan WWF-Indonesia dan Eijkman mengambil sampel kotoran dari beberapa habitat gajah di Pulau Sumatera, seperti di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo, Riau, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung. Kedua, sampel tersebut dibawa ke laboratorium Eijkman di Jakarta untuk diekstraksi DNA-nya. Tak hanya itu, Sunarto dan tim juga melacak koloni gajah menggunakan kalung global positioning system (GPS).

Sunarto menjelaskan, gajah kian terdesak di berbagai tempat di Sumatera. Di Tesso Nilo, misalnya, dia dan tim mencatat ada 113-154 individu gajah. Namun, berdasarkan data DNA dan tracking kalung GPS, ada beberapa individu yang bergerak ke lokasi yang sebetulnya bukan habitat mereka. "Yakni, kawasan hutan tanaman industri," ujarnya.

Dia menduga itu terjadi karena tingginya perambahan hutan yang kian menggerus habitat gajah di Tesso Nilo. "Sebanyak 80 persen habitat gajah di Sumatera hilang dalam beberapa dekade terakhir, termasuk Tesso Nilo," katanya.

Imbasnya, Sunarto menyebutkan, secara global populasi gajah di Sumatera menurun drastis selama 10 tahun terakhir. Dari 2.400 individu pada 2007, menjadi sekitar 1.400 pada 2015. Artinya, ada 100 gajah yang mati tiap tahunnya.

Penurunan ini, menurut Ketua Forum Konservasi Gajah Indonesia, Krismanko Padang, terjadi karena akibat defrostasi dan alih fungsi hutan menjadi perkebunan dan hutan tanam menjadi pemukiman. Hal itu pulalah yang meningkatkan frekuensi konflik antara gajah dan manusia, yang menyebabkan kematian gajah. Intensitas konfliknya mencapai 23 kasus per tahun.

"Kondisi tersebut diperburuk oleh perburuan liar yang mengincar gading gajah akibat permintaan pasar gelap, baik lokal maupun internasional," kata Krismanko di tempat yang sama.

Selain berguna untuk mengungkap populasi dan persebaran gajah, Deputi Direktur Riset Fundamental Lembaga Eijman, Herawati Sudoyo, mengatakan studi analisis DNA gajah juga memiliki fungsi utama lainnya. Yakni, mengungkap sistem kekerabatan antargajah, dan menjadi jembatan penegakan hukum yang kerap disebut dengan studi DNA forensik.

Data DNA alias cetak biru makhluk hidup, menurut dia, sangat akurat untuk mengenali setiap individu gajah. Sehingga, dapat membantu penanganan kasus kejahatan pada satwa. "Seperti kasus pembunuhan gajah Yongki di Lampung pada September 2015," ujarnya. Yongki adalah gajah yang dilatih sebagai anggota flying squad di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan untuk menghalau gajah liar di kawasan itu.

Dari penelitian kali ini, Herawati mengatakan, tim gabungan mendapatkan berbagai macam informasi populasi gajah, termasuk ukuran, profil genetika individu, keragaman genetik, rasio seks, serta distribusi. Salah satu yang menarik perhatiannya adalah tingginya perkawinan sedarah antargajah. "Ini dapat menyebabkan kerentanan satwa terhadap penyakit," kata dia. "Artinya, ini juga bisa menjadi jumlah populasi gajah kian menurun."

AMRI MAHBUB

Berita terkait

BRIN Fokus Riset Genomik Mitigasi Pandemi, Cari Virus yang Tiba-tiba Bisa Merebak

30 Juni 2023

BRIN Fokus Riset Genomik Mitigasi Pandemi, Cari Virus yang Tiba-tiba Bisa Merebak

BRIN memfokuskan kegiatan riset genomik untuk mitigasi pandemi pada masa mendatang.

Baca Selengkapnya

Vaksin Merah Putih BRIN Diuji pada Mencit dan Kera Akhir Bulan Ini

5 Juli 2022

Vaksin Merah Putih BRIN Diuji pada Mencit dan Kera Akhir Bulan Ini

Pengembangan Vaksin Merah Putih ini sudah selesai di fase laboratorium sejak Oktober 2021 lalu oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.

Baca Selengkapnya

Profil Sangkot Marzuki, Membuat Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Berkelas Dunia

4 Februari 2022

Profil Sangkot Marzuki, Membuat Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Berkelas Dunia

Sangkot Marzuki, seorang ilmuwan biologi molekuler pada dunia ilmiah Indonesia yang turut berjasa pada pendirian Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.

Baca Selengkapnya

Christiaan Eijkman Pernah Bertugas di Semarang dan Padangsidempuan

2 Februari 2022

Christiaan Eijkman Pernah Bertugas di Semarang dan Padangsidempuan

Sosok Christiaan Eijkman, ilmuwan Belanda yang pernah bertugas di Semarang hingga Padangsidempuan. Namanya menjadi lembaga biologi molekuler Eijkman.

Baca Selengkapnya

Mantan Kepala Eijkman Sebut Keterlambatan Vaksin Merah Putih Dampak Integrasi

18 Januari 2022

Mantan Kepala Eijkman Sebut Keterlambatan Vaksin Merah Putih Dampak Integrasi

Amin menuturkan izin penggunaan darurat untuk vaksin Merah Putih yang dikembangkan Eijkman belum bisa didapatkan pada pertengahan 2022.

Baca Selengkapnya

Pendiri Eijkman Sayangkan Peneliti yang Lepas Saat Melebur ke BRIN

18 Januari 2022

Pendiri Eijkman Sayangkan Peneliti yang Lepas Saat Melebur ke BRIN

Herawati mengaku telah kehilangan 10 asisten peneliti yang sudah dapat melakukan implementasi big data, otomatisasi dan informasi teknologi.

Baca Selengkapnya

Profil Prof Herawati Sudoyo, Perempuan di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman

7 Januari 2022

Profil Prof Herawati Sudoyo, Perempuan di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman

Herawati Sudoyo, wanita ini merupakan salah satu wanita hebat dibalik Eijkman Institute. Berikut profil dan penghargaannya.

Baca Selengkapnya

Kata Kepala BRIN Soal Pemecatan Tenaga Honorer Eijkman dan ABK Baruna Jaya

7 Januari 2022

Kata Kepala BRIN Soal Pemecatan Tenaga Honorer Eijkman dan ABK Baruna Jaya

Hingga saat ini sudah sebanyak 33 lembaga riset dari Kementerian/Lembaga telah terintegrasi dengan BRIN. Enam lagi menyusul.

Baca Selengkapnya

Kepala BRIN Sebut Eijkman Belum Pernah Berikan Royalti untuk Peneliti

5 Januari 2022

Kepala BRIN Sebut Eijkman Belum Pernah Berikan Royalti untuk Peneliti

Di Eijkman, Laksana mengaku sudah mengecek anggaran lembaga yang kini dilebur ke BRIN tersebut. Ia memastikan Eijkman belum memberikan royalti.

Baca Selengkapnya

Awal 2022 Diambil Alih BRIN: Ini Aneka Tonggak Riset Lembaga Eijkman

2 Januari 2022

Awal 2022 Diambil Alih BRIN: Ini Aneka Tonggak Riset Lembaga Eijkman

Lembaga Eijkman yang punya tradisi ilmiah 100 tahun lebih, telah melakukan banyak penelitian di bidang biologi molekuler dan bioteknologi kedokteran.

Baca Selengkapnya