Dosen dan Dokter Bandung Bikin Alat Detektor Demam Berdarah

Reporter

Editor

Grace gandhi

Minggu, 21 Agustus 2016 14:48 WIB

Sejumlah pasien anak-anak yang terjangkit Demam Berdarah Dengue (DBD) mendapat perawatan di bangsal Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Depok, 2 Februari 2016. Berdasarkan data RSUD Kota Depok, hingga akhir periode Januari 2016 pasien DBD meningkat sebanyak 152 pasien. ANTARA/Indrianto Eko Suwarso

TEMPO.CO, Bandung - Tim dosen dan dokter dari dua kampus negeri di Bandung sedang membuat alat pemeriksaan cepat penyakit demam berdarah dengue (DBD) untuk pasien.

Alat bernama Uji Dengue itu ditargetkan sebagai alat lokal pengganti benda serupa yang kini masih impor. Harganya ditargetkan berkisar Rp 20-30 ribu per buah.

Tim tersebut terdiri atas lima orang. Dari lima orang itu, tiga orang merupakan dosen dari Program Studi Kimia Institut Teknologi Bandung, yakni Dessy Natalia, Ihsanawati, dan Fernita Puspasari. Sedangkan dua lainnya adalah Sukwan Handali, seorang peneliti yang bekerja di Center for Disease Control & Prevention (CDC)di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, dan Bachti Alisjahbana, dokter spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, dan pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

Menurut Bachti, kit atau alat tersebut dapat memastikan empat jenis stereotipe umum dengue penyebab demam berdarah. Ketika pasien datang dengan gejala demam, kit Uji Dengue dipakai untuk memastikan apakah sakit yang diderita demam biasa atau demam berdarah.

“Dengan tes kit, hanya 15 menit hasil diketahui,” kata Bachti. Sesuai aturan, hanya dokter yang boleh melakukan uji itu.

Alat detektor DBD tersebut prinsip kerjanya seperti alat uji cepat (rapid test) untuk kehamilan, gula darah, kolesterol, lipid, serta urine. Proses selanjutnya, pasien diminta memeriksakan diri ke laboratorium. “Untuk memastikan berat atau ringannya DBD, seperti pemeriksaan kadar trombosit dan hemoglobin,” ujar Bachti.

Memakai sampel darah pasien, setiap alat Uji Dengue tersebut berisikan selembar membran yang telah dilapisi anti-dengue NS1 antigen capture pada daerah garis tes. Anti-dengue NS1 antigen-colloid gold conjugate dan serum sampel akan bergerak sepanjang membran menuju daerah garis tes (T) dan membentuk suatu garis yang dapat dilihat sebagai bentuk kompleks antibody-antigen-antibody gold particle.

Alat uji tersebut memiliki dua garis hasil, yakni garis tes (T) dan garis kontrol (C), yang akan selalu muncul jika prosedur tes dilakukan dengan benar dan bahan reagen dalam kondisi baik. Jika hanya terbentuk segaris pada area garis kontrol (C), pasien dinyatakan negatif DBD. Tanda pasien positif DBD jika terbentuk dua garis pada posisi area garis T dan C. “Kalau ada antibodi terhadap virus DBD, muncul garis horizontal berwarna merah kebiruan,” tutur Dessy Natalia. Hasil invalid dan perlu tes ulang jika tidak terbentuk garis pada area garis C.

Peracik bahan alat deteksi itu adalah tim peneliti dari Program Studi Kimia ITB. Riset bersama tersebut dirintis sejak 2007. Menurut Dessy Natalia, saat ini masih dilakukan persiapan bahan dan menuju pengujian sampel pasien. Mereka menargetkan bisa menghasilkan ratusan ribu kit per tahun dengan menggandeng mitra sebuah produsen obat di Bandung.

ANWAR SISWADI

Berita terkait

5 Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas, Indonesia Diserang DBD

9 jam lalu

5 Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas, Indonesia Diserang DBD

Negara-negara Asia Tenggara tengah berjuang melawan gelombang panas yang mematikan tahun ini.

Baca Selengkapnya

ITB Siap Gelar UTBK SNBT 2024, Peserta Disarankan Datang Pakai Angkutan Umum

1 hari lalu

ITB Siap Gelar UTBK SNBT 2024, Peserta Disarankan Datang Pakai Angkutan Umum

ITB siap 100 persen menggelar UTBK SNBT 2024.

Baca Selengkapnya

Ketua RT Palugada di Balik Rekor MURI Jalan Gang 8 Malaka Jaya Duret Sawit

1 hari lalu

Ketua RT Palugada di Balik Rekor MURI Jalan Gang 8 Malaka Jaya Duret Sawit

Salah satu Rukun Tetangga (RT) di wilayah Jakarta Timur kini tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).

Baca Selengkapnya

Budi Gunadi Sadikin Terpilih sebagai Ketua Majelis Wali Amanat ITB

3 hari lalu

Budi Gunadi Sadikin Terpilih sebagai Ketua Majelis Wali Amanat ITB

Pemilihan Budi Gunadi Sadikin itu berlangsung secara musyawarah untuk mufakat dalam rapat pleno perdana MWA ITB di Gedung Kemenristekdikti.

Baca Selengkapnya

Keunikan Stadion Siliwangi, Lokasi Konser Sheila on 7 di Bandung, Pernah jadi Markas Tim Sepak Bola Militer Belanda

3 hari lalu

Keunikan Stadion Siliwangi, Lokasi Konser Sheila on 7 di Bandung, Pernah jadi Markas Tim Sepak Bola Militer Belanda

Di Bandung, Sheila on 7 akan mangung di Stadion Siliwangi. Awalnya stadion itu bernama lapangan SPARTA, markas tim sepak bola militer Hindia Belanda.

Baca Selengkapnya

Waspada, Kena DBD Selama Kehamilan Bisa Pengaruhi Kesehatan Bayi di 3 Tahun Pertama

4 hari lalu

Waspada, Kena DBD Selama Kehamilan Bisa Pengaruhi Kesehatan Bayi di 3 Tahun Pertama

Studi baru menyebutkan ibu yang terkena DBD selama masa kehamilannya dapat mempengaruhi kesehatan bayi 3 tahun pertamanya.

Baca Selengkapnya

Biaya Kuliah ITB 2024 Jalur SNBP, SNBT, dan Mandiri

6 hari lalu

Biaya Kuliah ITB 2024 Jalur SNBP, SNBT, dan Mandiri

Rincian perkiraan biaya kuliah jalur SNBP, SNBT, dan Seleksi Mandiri ITB tahun akademik 2024

Baca Selengkapnya

Punya Gejala Mirip Tipus, Kenali Tanda Demam Berdarah Dengue

6 hari lalu

Punya Gejala Mirip Tipus, Kenali Tanda Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) memiliki gejala yang hampir sama dengan Typhus. Namun keduanya adalah jenis penyakit yang berbeda

Baca Selengkapnya

Hari Demam Berdarah Nasional, Ini 4 Cara Mencegah DBD

6 hari lalu

Hari Demam Berdarah Nasional, Ini 4 Cara Mencegah DBD

22 April ditetapkan sebagai Hari Demam Berdarah Nasional oleh Kemenkes, meningkatkan kesadaran wargauntuk dapat mencegah penyakit DBD.

Baca Selengkapnya

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

7 hari lalu

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Penulisan jurnal ilmiah bagi dosen akan membantu menyumbang angka kredit dosen, meskipun tak wajib publikasi di jurnal Scopus.

Baca Selengkapnya