Kenapa Kedipan Mata Berbeda-beda? Ini Penjelasan Peneliti

Reporter

Selasa, 30 Agustus 2016 19:32 WIB

Ilustrasi mata yang melihat visual dari cahaya terpolarisasi. Suatu eksperimen yang tadinya akan dilakukan untuk menguji kemampuan visual pada gurita dan ubur-ubur, telah mengungkap sesuatu yang baru yang selama ini tak pernah disadari manusia: melihat polarisasi warna. Dr Shelby Temple, University of Bristol, UK. SUMBER FOTO : phys.org (KOMUNIKA ONLINE)

TEMPO.CO, Tübingen - Peneliti di University of Tübingen, Jerman, mengidentifikasi gerakan mata yang berbeda. Peneliti mencatat gerakan mata itu tak pernah disadari oleh setiap orang. Gerakannya diduga ‘tersembunyi’ oleh kedipan mata rutin, yang membantu mata menstabilkan imej yang diterima setelah bergerak melihat sebuah obyek.

Mohammad Khazali, salah satu peneliti, menyebut temuan baru ini dinamakan blink-associated resetting movement (BARM). “Semula, kami ingin mencari tahu tipe gerakan mata yang selama ini diketahui sebagai sinkronisasi kedipan,” kata dia.

Khazali dan timnya tak mencari gerakan mata yang baru. Mereka mencoba mencari gerakan mata yang disebut torsional optokinetic nystagmus (tOKN) yang terjadi saat berkedip. tOKN terjadi saat seseorang melihat sebuah obyek yang berotasi. Ini menyebabkan mata harus bergerak lebih cepat untuk mengikuti gerakan obyek tersebut.

Bayangkan Anda sedang memperhatikan globe yang berotasi di porosnya. Saat globe bergerak, ikuti salah satu titiknya, dan langsung lihat sisi yang berlawanan dalam trek yang sama. Itulah yang disebut tOKN.

Untuk mencari tahu yang terjadi saat berkedip, tim mengumpulkan 11 subyek, hubungkan kabel tipis ke kornea mereka, dan perhatikan bagaimana mata mereka bergerak saat mengikuti pola yang berbentuk titik-titik.

Peneliti berasumsi tOKN akan menyetel gerakan mata secara rutin untuk kembali ke titik aslinya. Ini dilakukan untuk menghindari penegangan otot mata. Tapi, peneliti menemukan ‘setelan’ yang dilakukan selama berkedip malah tak sempurna. Melainkan terdeviasi 3-8 derajat tergantung kondisi subjeknya.

Petunjuk lain yang berbeda dengan tOKN adalah, meskipun mengulangi penyetelan ulang, mata subjek akan melanjutkan putarannya hingga maksimal. Selama berkedip, peneliti mengamati mata yang menyetel ulang hingga kembali ke kondisi tak berputar. Pergerakan ini membuat mata stabil seperti kamera video yang menjaga tingkat gambarnya.

“Ketajaman penglihatan mata diaktifkan oleh lembar peka cahaya di retina yang disebut fovea, bagian ini perlu tetap seimbang untuk memastikan objek tetap bisa dilihat secara optimal,” kata Khazali.

Jika tOKN terjadi saat mata melihat objek yang berotasi, BARM tetap terjadi meski melihat objek yang tak berotasi. “Gerakan ini bertujuan untuk mengurangi ketegangan mata dan melihat objek lebih tepat dan stabil,” kata Khazali.

Penemuan ini juga menunjukkan pentingnya berkedip. Khazali dan timnya mencatat, kita berkedip hanya sepersepuluh dari waktu total kita terjaga. Kedipan ini tak kita sadari, karena artikel ini mungkin sekarang kita menyadarinya.

Selain melumasi mata, berkedip juga penting untuk memberi waktu istirahat untuk pikiran kita.

SCIENCE ALERT | TRI ARTINING PUTRI

Berita terkait

BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

27 hari lalu

BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.

Baca Selengkapnya

Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

26 September 2023

Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.

Baca Selengkapnya

Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

20 Juli 2023

Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.

Baca Selengkapnya

2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

14 Juli 2023

2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

14 April 2023

Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.

Baca Selengkapnya

Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

6 April 2023

Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.

Baca Selengkapnya

Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

26 Maret 2023

Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.

Baca Selengkapnya

Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

22 Maret 2023

Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.

Baca Selengkapnya

Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

17 Januari 2023

Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.

Baca Selengkapnya

Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

13 September 2022

Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.

Baca Selengkapnya