Tes Otak Dapat Memprediksi Masa Depan Anak Usia 3 Tahun

Reporter

Editor

Erwin prima

Selasa, 13 Desember 2016 18:05 WIB

Ilustrasi tes Electroencephalogram (EEG), gelombang elektrik sel saraf yang berada di otak. Epilepsyu.com

TEMPO.CO, San Francisco - Para peneliti mengatakan tes otak pada anak usia tiga tahun dapat memprediksi peluang kesuksesan hidup seorang anak di masa depannya.

Menurut penelitian yang dilakukan Selandia Baru itu, skor tes kognitif rendah untuk keterampilan seperti bahasa menunjukkan otak yang kurang berkembang. Hal itu mungkin disebabkan oleh terlalu sedikit stimulasi pada awal kehidupan.

Anak-anak ini lebih mungkin untuk menjadi penjahat, bergantung pada jaminan kesejahteraan atau menderita sakit kronis, kecuali mereka diberi dukungan di masa selanjutnya, tulis penelitian yang muncul di jurnal Nature Human Behaviour ini sebagaimana dikutip BBC, Selasa 13 Desember 2016.

Para peneliti AS dari Duke University mengatakan temuan itu menyoroti pentingnya kehidupan pada masa awal dan intervensi untuk mendukung anak-anak yang rentan. Meskipun studi ini diikuti orang di Selandia Baru, para peneliti percaya bahwa hasilnya bisa berlaku untuk negara-negara lain.

Mereka mengikuti kehidupan lebih dari 1.000 anak-anak. Mereka yang memiliki skor tes yang rendah untuk bahasa, perilaku, gerakan dan keterampilan kognitif pada usia tiga tahun menunjukkan terlibat kejahatan lebih dari 80 persen, memerlukan 78 persen resep dan menerima 66 persen pembayaran kesejahteraan sosial di masa dewasa.

Sementara banyak dari anak-anak dalam penelitian yang terbelakang dalam perkembangan otak berasal dari latar belakang yang kurang beruntung, namun kemiskinan bukan satu-satunya yang berkaitan dengan masa depan yang kurang cerah.

Ketika para peneliti mengeluarkan anak-anak di bawah garis kemiskinan dalam sebuah analisis terpisah, mereka menemukan bahwa proporsi yang sama dari anak-anak kelas menengah yang mencetak skor rendah dalam tes ketika mereka berusia tiga tahun, juga mengalami kesulitan ketika mereka lebih tua.

Para peneliti menekankan bahwa masa depan dari anak-anak itu tidak ditentukan pada usia tiga tahun. Perjalanan hidup mereka berpotensi bisa berubah jika mereka menerima dukungan di kemudian hari, misalnya melalui program rehabilitasi ketika mereka dewasa.

Prof Terrie Moffitt, dari Duke University di North Carolina, Amerika Serikat, yang ikut memimpin penelitian, mengatakan kepada BBC News: "Semakin cepat anak-anak menerima dukungan, maka akan lebih baik.”

Dia mengatakan masyarakat harus memikirkan kembali pandangan mereka tentang orang-orang yang sering dikutuk sebagai "pecundang", dan sebaliknya menawarkan lebih banyak dukungan.

Prof Moffitt melakukan penelitian dengan suaminya, Prof Avshalom Caspi, dari King’s College London. Ia berharap bahwa penelitian ini akan membujuk pemerintah untuk berinvestasi pada mereka yang paling membutuhkan di masa awal kehidupan.

BBC | ERWIN Z

Baca:
Kacang-Kacangan Ini Mampu Jadi Pengganti Daging
Penelitian Ini Ungkap Rahasia Kebahagiaan
India Berkuluh Larang Wi-Fi dalam Penerbangan

Berita terkait

Fakta-fakta Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amerika Serikat Ricuh Diberangus Aparat

7 jam lalu

Fakta-fakta Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amerika Serikat Ricuh Diberangus Aparat

Demo Pro-Palestina marak terjadi di banyak kampus di AS dengan tuntutan para mahasiswa berkisar dari gencatan senjata atas perang Israel vs Hamas.

Baca Selengkapnya

Perayaan 75 Tahun Hubungan Diplomatik, Amerika dan Indonesia Bikin Acara Diplomats Go to Campus

12 jam lalu

Perayaan 75 Tahun Hubungan Diplomatik, Amerika dan Indonesia Bikin Acara Diplomats Go to Campus

Dalam rangka perayaan 75 tahun hubungan diplomatik AS-Indonesia diselenggarakan acara perdana "Diplomats Go to Campus" di Surabaya dan Malang

Baca Selengkapnya

Diperingati Setiap 30 April, Begini Sejarah Lahirnya Musik Jazz

14 jam lalu

Diperingati Setiap 30 April, Begini Sejarah Lahirnya Musik Jazz

Tanggal 30 April diperingati sebagai Hari Jazz Sedunia. Bagaimana kisah musik Jazz sebagai perlawanan?

Baca Selengkapnya

Kongres AS Ancam akan Sanksi Pejabat ICC Jika Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

18 jam lalu

Kongres AS Ancam akan Sanksi Pejabat ICC Jika Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

Kongres AS dilaporkan memperingatkan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas surat perintah penangkapan bagi pejabat Israel

Baca Selengkapnya

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

21 jam lalu

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

Pemenang lotere jackpot bersejarah Powerball Amerika Serikat senilai lebih dari Rp21 triliun adalah seorang imigran dari Laos pengidap kanker

Baca Selengkapnya

AS Tetapkan 5 Unit Keamanan Israel Lakukan Pelanggaran HAM sebelum Perang Gaza

21 jam lalu

AS Tetapkan 5 Unit Keamanan Israel Lakukan Pelanggaran HAM sebelum Perang Gaza

Deplu Amerika Serikat telah menetapkan 5 unit keamanan Israel melakukan pelanggaran berat HAM sebelum pecah perang di Gaza

Baca Selengkapnya

Negara Bagian AS Bolehkan Guru Pegang Senjata Api, Bagaimana Aturan Soal Senpi di Indonesia?

22 jam lalu

Negara Bagian AS Bolehkan Guru Pegang Senjata Api, Bagaimana Aturan Soal Senpi di Indonesia?

Tingginya angka kepemilikan senjata api di AS sudah sampai di level yang mengkhawatirkan. Bagaimana kondisi di Indonesia?

Baca Selengkapnya

Tennessee AS Bolehkan Guru Membawa Senjata Api ke Sekolah, Ini Aturannya

23 jam lalu

Tennessee AS Bolehkan Guru Membawa Senjata Api ke Sekolah, Ini Aturannya

Guru dan staf pengajar di Tennessee, Amerika Serikat dibolehkan bawa senjata api ke sekolah dan kampus. Begini aturannya.

Baca Selengkapnya

Menlu AS Kunjungi Arab Saudi, Bahas Gaza dan Normalisasi Hubungan dengan Israel

1 hari lalu

Menlu AS Kunjungi Arab Saudi, Bahas Gaza dan Normalisasi Hubungan dengan Israel

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berkunjung ke Arab Saudi untuk membahas situasi di Gaza dan normalisasi hubungan Israel-Saudi.

Baca Selengkapnya

Kandidat Presiden AS Ditangkap karena Ikut Demo Bela Palestina

1 hari lalu

Kandidat Presiden AS Ditangkap karena Ikut Demo Bela Palestina

Demo bela Palestina terus bergolak di sejumlah kampus di AS. Terbaru adalah kandidat presiden AS Jill Stein termasuk di antara yang ditangkap.

Baca Selengkapnya