Awas, Bahaya Laten Virus Purba Mengancam Kita

Reporter

Kamis, 19 Januari 2017 13:20 WIB

Ilustrasi.

TEMPO.CO, Jakarta - Evolusi manusia, yang diperkirakan dimulai sekitar 6 juta tahun silam, juga diikuti oleh evolusi sejumlah virus yang terintegrasi ke dalam asam deoksiribonukleat (DNA) manusia.

Ibarat pedang bermata dua, virus-virus purba ini, atau retrovirus, membantu perkembangan otak manusia yang membuatnya menjadi organisme cerdas, tapi juga memicu pertumbuhan beragam penyakit saraf.

Retrovirus merupakan grup khusus dari keluarga virus yang memiliki asam ribonukleat (RNA) sebagai material genetik. Mereka mampu menyalin kode DNA sel induk yang akan ditumpangi untuk menggandakan diri.

Retrovirus memiliki beberapa anggota berbahaya, misalnya virus HIV, yang mampu menurunkan sistem kekebalan tubuh. Namun sebagian retrovirus yang bukan ancaman bagi manusia malah terintegrasi ke dalam genom.

Tim peneliti dari Universitas Lund, Swedia, menemukan mekanisme kerja virus yang berdampak pada ekspresi gen manusia. Dalam jurnal Cell Report, 3 Januari lalu, para peneliti mempelajari endogenous retroviruses (ERV) yang sudah ada dalam genom manusia selama jutaan tahun. Virus-virus ini ditemukan di bagian DNA yang dikenal sebagai “sampah” karena dianggap tidak penting sebagai efek samping evolusi.

Gen yang mengendalikan produksi berbagai protein di dalam tubuh manusia ternyata dibentuk oleh ERV. Jumlahnya sekitar 2 persen dari total genom. Peneliti berasumsi bahwa retrovirus benar-benar bisa mempengaruhi produksi protein, sehingga dampaknya sangat besar bagi otak manusia.

“Jumlah retrovirus 8-10 persen dari seluruh genom manusia,” kata Johan Jakobsson, salah seorang peneliti dalam riset itu, seperti ditulis laman Sciencedaily, Kamis pekan lalu.

Johan dan koleganya menemukan ada ribuan retrovirus yang menyusup ke dalam genom manusia telah menjadi “rumah” bagi protein TRIM28. Protein ini bisa “mematikan” virus dan gen standar di dekat mereka dalam untaian rantai DNA. Dampaknya, ERV kemudian bisa mempengaruhi ekspresi gen.

Namun fenomena ini bisa berbeda pada setiap orang. Retrovirus bisa mengisi tempat di mana saja dalam genom. Kondisi inilah yang membuat retrovirus dinilai menjadi perangkat penting dalam evolusi.

Di sisi lain, mereka juga dianggap menjadi pemicu beragam penyakit saraf. Sejumlah penyakit, seperti penyakit saraf motorik atau sindrom Lou Gehrig, schizophrenia, dan bipolar disebabkan oleh penyimpangan ERV.

Retrovirus dalam genom manusia sangat unik. Mereka tidak terdapat pada spesies lain, termasuk gorila dan simpanse, yang dihitung sebagai kerabat terdekat manusia secara fisik.

Para peneliti memperkirakan retrovirus mulai menyatu ke dalam genom 35-45 juta tahun silam. Pada masa ini, lini masa primata terpisah antara Dunia Baru dan Dunia Lama.

Jakobsson mengatakan sebagian besar yang diketahui manusia tentang perkembangan otak berasal dari riset lalat buah, zebrafish, dan mencit. Menurut Jakobsson, jika manusia memiliki grup ERV sendiri, “Mekanisme yang muncul bisa berkontribusi besar terhadap perkembangan otak manusia,” katanya.

Virus yang selama ini tak aktif dalam organ tubuh manusia juga bisa menjadi ancaman begitu terpapar oleh materi asing dari luar tubuh. Hasil riset dari Pusat Penelitian Kesehatan Lingkungan di Munich, Jerman, menunjukkan partikel nano dari asap mesin berbahan bakar fosil bisa mengaktifkan virus di dalam sel jaringan paru-paru.

Biasanya, untuk menghindari sistem imunitas tubuh manusia, sejumlah virus bersembunyi dan bertahan hidup dalam sel inang mereka. Dunia medis mengenalnya sebagai bahaya infeksi laten. Jika imunitas melemah, virus bakal aktif dan mulai menghancurkan sel inang.

Menurut Tobias Stoger, kepala tim peneliti, menghirup partikel nano dari asap mesin sudah bisa memicu peradangan dan mengubah sistem kekebalan tubuh.

“Terpapar partikel nano juga bisa mengaktifkan kembali virus herpes di dalam paru-paru,” katanya. Laporan Tobias dan koleganya telah dipublikasikan di dalam jurnal Particle and Fibre Toxicology.

Dalam eksperimennya yang menggunakan sel manusia, para peneliti menemukan ada peningkatan aktivitas virus Epstein-Barr—satu dari delapan virus herpes—ketika terpapar oleh partikel nano dari hasil pembakaran mesin.

Menurut Heiko Adler, anggota tim riset, sebagian besar orang membawa virus herpes pada tubuhnya. Namun yang paling besar menerima dampaknya adalah para penderita fibrosis paru idiopatik (peradangan dan pembentukan jaringan parut di paru).

NATURE | SCIENCEDAILY | HELMHOLTZ-MUENCHEN | GABRIEL YOGA

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya