Peneliti Ukur Jumlah Urin di Kolam Renang  

Reporter

Jumat, 3 Maret 2017 12:11 WIB

Bentuk kolam buatan, Piscinao atau kolam renang besar terlihat yang dilihat dari atas yang berada di sebelah komplek kumuh Mare di pinggiran utara Rio de Janeiro, Brasil, 15 Januari 2017. Kolam besar ini dijadikan sebagai liburan alternatif warga Brasil yang tidak mempunyai uang lebih untuk berlibur ke pantai dan menikmati deburan ombak air laut. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Para atlet renang semisal Michael Phelps telah mengonfirmasi bahwa orang-orang membuang urin di kolam renang. Lalu berapa banyak kadarnya dan berbahayah bagi kita?

Para peneliti merancang sebuah tes untuk memperkirakan berapa banyak urin dalam air di kolam renang. Cara kerja tes ini adalah mengukur konsentrasi pemanis buatan, kalium asesulfam (ACE), yang umum ditemukan dalam makanan olahan.

Mereka lalu mengukur tingkat pemanis dalam dua kolam renang umum di Kanada selama tiga minggu. Hasilnya, terdapat 75 liter urine dalam kolam pertama (sekitar 830.000 liter, sepertiga ukuran kolam renang Olimpiade) dan 30 liter urin dalam kolam kedua.

Meskipun begitu, peneliti tidak dapat mengonfirmasi apakah pengunjung memilih diam-diam membuang urin nya di kolam atau di toilet. Namun, hasil tes menunjukkan bahwa terdapat kandungan urin dalam kolam setiap harinya.

"Kami tidak memonitor jumlah pengguna kolam renang selama periode waktu tiga minggu penelitian, sehingga tidak ada cara kita bisa memperkirakan jumlah kejadian buang air kecil individu per hari," kata Lindsay Blackstock, salah satu peneliti.

Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal American Chemical Society, Environmental Science & Technology Letters itu juga menunjukkan bahwa kolam air panas mengandung kadar urin jauh lebih tinggi dari kolam biasa. Bahkan, Jacuzzi di satu hotel mengandung konsentrasi pemanis tiga kali lipat ketimbang di kolam renang.

Secara total, tim peneliti menggunakan 31 kolam dan dua bak di dua kota Kanada. Mereka menemukan adanya ACE dengan konsentrasi hingga 570 kali lipat dalam sampel air keran. Konsentrasi ACE ini bisa digunakan untuk mengukur volume perkiraan urin dalam air kolam.

Dalam satu survei anonim, 19% dari orang dewasa mengakui telah membuang urinnya di kolam renang setidaknya sekali. Bahkan, perenang profesional sekaliber Ryan Lochte dan Michael Phelps mengaku hal ini biasa.

"Saya pikir semua orang buang air di kolam renang. Klorin dalam air bisa membunuh (bakteri atau apapun( itu, sehingga tidak masalah," ujar Phelps.

Benarkah urin dalam kolam renang tak berbahaya?

Peneliti mengatakan senyawa dalam urin, termasuk urea, amonia, dan kreatinin bereaksi dengan disinfektan sehingga dapat menyebabkan iritasi mata dan pernapasan. Paparan jangka panjang senyawa ini berhubungan dengan munculnya asma.

Di masa depan, para ilmuwan menyarankan penggunaan ACE sebagai bagian tes untuk memastikan urin di kolam tetap berada di level higienis. Demikian seperti dilansir The Guardian.

ANTARA

Berita terkait

BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

33 hari lalu

BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.

Baca Selengkapnya

Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

26 September 2023

Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.

Baca Selengkapnya

Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

20 Juli 2023

Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.

Baca Selengkapnya

2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

14 Juli 2023

2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

14 April 2023

Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.

Baca Selengkapnya

Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

6 April 2023

Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.

Baca Selengkapnya

Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

26 Maret 2023

Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.

Baca Selengkapnya

Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

22 Maret 2023

Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.

Baca Selengkapnya

Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

17 Januari 2023

Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.

Baca Selengkapnya

Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

13 September 2022

Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.

Baca Selengkapnya