Pesawat ruang angkasa Cina, Shenzhou 11 pembawa roket Long March-2F lepas landas dari Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan di laut provinsi Gansu, Tiongkok, 17 Oktober 2016. Cina meluncurkan sepasang astronot ke ke Tiangong II laboratorium ruang angkasa. Chinatopix/AP
TEMPO.CO, Jakarta - Cina mengumumkan rencana meluncurkan satelit ke bulan untuk mengambil sampel materi pada akhir tahun ini. Pengamat menyebut ambisi Cina ini akan menantang ambisi Presiden Donald Trump menghidupkan kembali eksplorasi ke ruang angkasa.
Roket Chang'e-5 tengah menapaki serangkaian pengujian terakhir dan diperkirakan siap diluncurkan sejak Agustus nanti, kata Harian Rakyat, mengutip Badan Ruang Angkasa China.
Satelit ini memiliki misi membawa sampel-sampel Bulan ke Bumi sehingga menjadi salah satu misi ruang angkasa paling rumit dan sulit yang dilakukan China, kata Hu Hao, pejabat Program Ekplorasi Bulan.
Presiden Cina Xi Jinping sudah menyeru negaranya untuk menjadi kekuatan global dalam eksplorasi ruang angkasa.
"Beberapa waktu lalu, pemerintahan Trump Amerika Serikat mengungkapkan ambisi kembali ke bulan. Negara kami juga mengumumkan serangkaian rencana eksplorasi ruang angkasa," kata pejabat dalam Harian Sains dan Teknologi.
"Bulan adalah pemberhentian pertama bagi penjelajahan manusia ke ruang angkasa," tulis harian itu.
Februari lalu, pemerintahan Trump meminta Badan Aeronotika dan Antariksa Nasional NASA untuk mempelajari kemungkinan meluncurkan misi roket berawak untuk diluncurkan pada 2018, kemungkinan ke bulan.
Wahana ruang angkasa baru Cina ini adalah langkah terakhir dalam program eksplorasi ke bulan oleh negara itu yang berharap mendaratkan astronotnya di bulan pada 2036, demikian Reuters.