Temuan Baru Ini Membuka Peluang Pluto Bisa Jadi Planet Lagi

Reporter

Senin, 27 Maret 2017 14:21 WIB

Foto terbaru Planet Pluto yang menunjukkan permukaan bersisik. NASA

TEMPO.CO, Jakarta - Sebelas tahun silam, Pluto dinyatakan bukan lagi sebagai salah satu planet anggota tata surya. Padahal, selama 76 tahun, sejak ditemukan pertama kali pada 1930, Pluto dikenal sebagai planet yang berada paling jauh dari matahari. Status Pluto sebagai planet dicabut melalui perdebatan panjang dalam sidang Persatuan Ahli Astronomi Internasional (IAU) di Praha, Republik Cek.

Ini terjadi karena saat itu IAU membuat aturan baru tentang definisi sebuah planet. Dalam aturan itu disebutkan bahwa planet merupakan sebuah obyek yang mengorbit matahari, bukan satelit obyek lain, dan memiliki gravitasi sendiri. Selain itu, sebuah planet harus memiliki orbit yang bersih, termasuk memiliki kemampuan untuk menyingkirkan obyek lain ke luar lintasan orbitnya.

Nah, Pluto dinilai gagal memenuhi kriteria terakhir. Dalam perjalanan rutinnya mengitari matahari, Pluto bergerak di Sabuk Kuiper—kawasan di tepi tata surya yang dipenuhi banyak obyek kecil berwujud batu atau es. Di jalur orbit ini belakangan ditemukan planet kecil, yakni Iris, Makemake, dan Haumea. Kesimpulannya, Pluto tak sendirian di jalur orbitnya, kemudian digolongkan sebagai planet kerdil.

Namun nasib Pluto bisa berubah lagi. Dia bisa saja menjadi planet lagi. Ada dasarnya tentu saja. Wahana nirawak New Horizons, yang diluncurkan 11 tahun lalu dengan target mencapai Pluto, berhasil melaksanakan misinya.

Pada Juli 2015, New Horizons terbang sekitar 12.500 kilometer di atas Pluto dan menjadi wahana pertama yang mengeksplorasi planet kerdil itu. Data dari New Horizons menunjukkan adanya aktivitas geologi, atmosfer unik, dan beragam ciri yang berkorelasi dengan konsep planet di tata surya.

Dari situlah Will Grundy, peneliti dari Observatorium Lowell di Arizona, Amerika Serikat, dan sejumlah peneliti mengajukan definisi baru untuk melawan konsep planet dari IAU. Konsep ini telah mereka ajukan dalam Konferensi Planet dan Bulan di Texas, pekan lalu.

Menurut Grundy, Pluto seharusnya tetap terdaftar sebagai planet. “Tidak masuk akal jika menghapus Pluto dari daftar planet hanya karena dia tidak memenuhi satu syarat,” katanya.

Definisi planet dari IAU, menurut Grundy dan koleganya yang tergabung dalam misi New Horizons dari Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), memiliki sejumlah cacat. Pertama, definisi itu tidak memperhitungkan ribuan dunia eksotis yang mengorbit bintang lain serta planet liar yang tidak mengorbit bintang mana pun.

Kedua, tak ada planet yang benar-benar memiliki lintasan bersih. Bumi, Mars, Jupiter, dan Neptunus bahkan berbagi jalur dengan asteroid dan obyek lain yang memotong lintasan para planet.

Ketiga, obyek yang berada sangat jauh dari matahari harus berukuran sangat besar untuk bisa memiliki lintasan bersih sendiri. Bahkan batu sebesar bumi di Sabuk Kuiper tidak cukup kuat untuk menyingkirkan obyek lain dari lintasannya.

“Seharusnya definisi planet dibuat lebih sederhana, yaitu semua obyek bulat yang berukuran lebih kecil dari bintang,” kata Grundy, seperti ditulis laman Sciencenews, Kamis pekan lalu.

Kirby Runyon, salah satu anggota misi itu, ikut menguatkan. Dia mengatakan definisi planet yang disodorkan IAU hanya berfokus pada orbit dan penyimpangan gerakan sebuah obyek akibat efek gravitasi. Padahal banyak hasil penelitian yang merumuskan definisi planet berdasarkan pada komposisi dan fitur obyek ketimbang interaksinya dengan lingkungan.

Bahkan, kata dia, ada lebih dari 40 laporan ilmiah yang memasukkan Europa dan Titan—bulan Saturnus—sebagai planet. “Definisi yang kami ajukan hanya memformalkan petunjuk yang sudah ada sebelumnya,” kata Runyon, seperti ditulis laman Space.

Menurut Runyon, definisi baru planet yang mereka tawarkan bisa mempengaruhi pemahaman publik tentang pentingnya status obyek di antariksa. Di dalam proposal itu disebutkan bahwa sebagian besar masyarakat menganggap obyek yang diduga bukan planet dinilai tidak menarik lagi untuk dieksplorasi. “Kami ingin para pelajar memahami ada begitu banyak planet dengan beragam tipe.”

Dengan definisi itu, Pluto bisa dikembalikan ke dalam daftar planet. Obyek-obyek lain yang selama ini tergolong planet kerdil, termasuk Ceres di kawasan Sabuk Asteroid yang membatasi Mars dan Jupiter, juga bisa “naik kelas” menjadi planet.

“Ada lebih dari 110 obyek di tata surya yang masuk definisi planet ini,” kata Grundy. “Lebih banyak lagi eksoplanet dan planet liar yang juga bisa didaftarkan.”

SCIENCENEWS | SPACE | GABRIEL YOGA

Berita terkait

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.

Baca Selengkapnya

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Baca Selengkapnya

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.

Baca Selengkapnya

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.

Baca Selengkapnya

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.

Baca Selengkapnya

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Baca Selengkapnya