Peneliti MalwareTech Hentikan Peretasan Massal

Reporter

Editor

Minggu, 14 Mei 2017 07:49 WIB

virus.

TEMPO.CO, San Francisco - Serangan ransomware global kemarin sangat menakutkan karena beberapa alasan, namun tindakan cepat oleh seorang peneliti keamanan di MalwareTech setidaknya mengakhiri penyebarannya, meskipun peneliti tersebut tidak menyadarinya pada saat itu, sebagaimana dikutip Techcrunch, Sabtu 13 Mei 2017.


Baca: Heboh Peretasan Massal di 99 Negara, Pakai Program Punya NSA?


Program komputer malware ini mengunci ribuan komputer di banyak negara dan menyandera data mereka dengan tebusan sekitar US$ 300, atau sekitar Rp 4 juta, yang harus dibayarkan melalui Bitcoin.


Sekitar 99 negara dilaporkan diserang malware yang juga dikenal dengan WannaCry ini. Di antaranya Inggris, Amerika Serikat, Cina, Rusia, Spanyol, dan Italia. Perusahaan keamaan siber, Avast, mencatat ada 75 ribu kasus ini di seluruh dunia, terutama komputer berbasis sistem operasi Windows. "Ini sangat massif," kata Jakub Kroustek dari Avast.


Peretasan itu menggunakan eksploitasi catatan NSA oleh Shadow Brokers bulan lalu. Pertasan ini berpotensi menyebar dengan cepat dan luas, seperti yang telah terjadi, dan dengan demikian menarik perhatian orang-orang TI yang ingin menghentikan dan mempelajarinya.


Advertising
Advertising

Muatan berisi beberapa kode yang menanyakan domain tertentu yang diketahui oleh penulis akan dibuat tidak terdaftar. Hal ini dilakukan karena beberapa lingkungan jaringan, seperti yang mengandung VM akan mempelajari kode berbahaya, akan menangkap semua data yang keluar, seperti upaya untuk terhubung ke sebuah domain, dan mengembalikan trafik yang dipilih.


“Ransonware itu ingin menghindari pengaktifan dirinya di lingkungan seperti ini, jadi dirancang untuk melakukan ping ke domain yang tidak terdaftar,” ujar afn38sj729.com, sebagaimana dikutip Techcrunch. “Dan jika membalas semua, kecuali DNS, kemungkinan lalu lintasnya dimanipulasi, jadi itu dimatikan untuk menghindari analisis lebih lanjut.”


Peneliti keamanan itu melihat bahwa ransomware yang memanggil domain tak terdaftar ini, segera mendaftarkannya sehingga mereka dapat memantau trafiknya. Mereka pikir hal itu hanya akan membantu melacak penyebarannya, namun sebenarnya dengan mendaftarkan domain tersebut mereka secara efektif membunuh keseluruhan serangan tersebut.


Baca: Situs Berita Tempo.co Diretas, Peretas Bawa Nama Rizieq


Karena kini ketika kode tersebut di-ping, maka ditolak karena terdaftar, dan karena itu ransomware tidak akan pernah mengaktifkan dirinya sendiri! Para peneliti itu tidak menyadari hal ini.


Ini mungkin kebetulan, tapi pendaftaran itu merupakan hal yang benar yang dilakukan oleh penelit tersebut, yang mungkin merupakan server komando dan kontrol, atau ini mungkin merupakan sebuah “kill switch” yang tidak bisa didebatkan hasilnya. Sayangnya, hal ini tidak membantu orang yang sudah terkena ransomware itu, namun hal ini setidaknya mencegahnya disebar lebih jauh.


TECHCRUNCH | ERWIN Z

Berita terkait

McAfee Deteksi Modus Baru Hacker Tipu Gamer Lewat Cheat Lab

6 hari lalu

McAfee Deteksi Modus Baru Hacker Tipu Gamer Lewat Cheat Lab

Perusahaan keamanan siber McAfee berhasil mengidentifikasi penipuan model baru oleh hacker yang menarget para gamer.

Baca Selengkapnya

6 Cara Mengetahui Whatsapp Disadap dan Tips Mencegahnya

11 hari lalu

6 Cara Mengetahui Whatsapp Disadap dan Tips Mencegahnya

Ada beberapa cara mengetahui WhatsApp disadap. Salah satunya adalah adanya perangkat asing yang tersambung. Berikut ciri dan tips mencegahnya.

Baca Selengkapnya

Peretasan dan Pembobolan Data Semakin Rawan Terjadi, Ada Biang Kerok yang Terabaikan

33 hari lalu

Peretasan dan Pembobolan Data Semakin Rawan Terjadi, Ada Biang Kerok yang Terabaikan

Ancaman serangan siber meningkat. Maraknya peretasan dan pembobolan data dinilai tak hanya gara-gara para hacker semakin mahir.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Inflasi Pangan Sudah Lebih Tinggi dari Kenaikan Gaji ASN, Kata Faisal Basri Dana BOS untuk Program Makan Siang Gratis

57 hari lalu

Terpopuler: Inflasi Pangan Sudah Lebih Tinggi dari Kenaikan Gaji ASN, Kata Faisal Basri Dana BOS untuk Program Makan Siang Gratis

Kepala Departemen Regional Bank Indonesia (BI) Arief Hartawan menyatakan perlunya menjaga inflasi pangan agar kenaikannya tidak melebihi 5 persen.

Baca Selengkapnya

Situs Kemenko Perekonomian Diduga Diretas

57 hari lalu

Situs Kemenko Perekonomian Diduga Diretas

Situs Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian atau Kemenko Perekonomian diduga mengalami peretasan pada Minggu, 3 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Tren Serangan Siber, IBM: Phishing Meningkat, Masuk ke Akun daripada Retas Jaringan

22 Februari 2024

Tren Serangan Siber, IBM: Phishing Meningkat, Masuk ke Akun daripada Retas Jaringan

Data IBM menunjukkan bahwa phising mendominasi kejahatan atau serangan siber di tingkat global, setara sampai 36 persen.

Baca Selengkapnya

Pembaruan Fitur Keamanan Google Chrome, Mampu Deteksi Web Ilegal dan Sediakan Opsi Blokir

21 Februari 2024

Pembaruan Fitur Keamanan Google Chrome, Mampu Deteksi Web Ilegal dan Sediakan Opsi Blokir

Google meningkatkan fitur keamanan Chrome yang sudah dipakai mayoritas pengguna internet.

Baca Selengkapnya

Dosen ITB Menilai Kesalahan Data Sirekap Tak Wajar, Ini Analisisnya

17 Februari 2024

Dosen ITB Menilai Kesalahan Data Sirekap Tak Wajar, Ini Analisisnya

KPU mengakui ada perbedaan hasil antara penghitungan suara sementara dari Formulir C dengan yang ditampilkan Sirekap dari ribuan TPS.

Baca Selengkapnya

Data PT KAI Diduga Dibobol Hacker, Pengamat Ingatkan Keamanan Siber Tak Hanya Infrastruktur

19 Januari 2024

Data PT KAI Diduga Dibobol Hacker, Pengamat Ingatkan Keamanan Siber Tak Hanya Infrastruktur

Pengamat menyebutkan dalam melihat kasus data PT KAI yang diduga dibobol hacker, tidak bisa hanya menyoroti satu sisi yakni infrastruktur.

Baca Selengkapnya

Pengamat Siber Temukan Data Kredensial PT KAI yang Dibobol Hacker Stormous

18 Januari 2024

Pengamat Siber Temukan Data Kredensial PT KAI yang Dibobol Hacker Stormous

82 kredensial karyawan PT KAI yang bocor, hampir 22,5 ribu kredensial pelanggan, dan 50 kredensial dari karyawan perusahaan lain yang bermitra dengan PT KAI.

Baca Selengkapnya