Ilmuwan: Bermain Musik Adalah Obat Stroke Paling Sederhana
Editor
Amri mahbub al fathon tnr
Selasa, 6 Juni 2017 15:29 WIB
TEMPO.CO, Toronto - Ilmuwan dari Baycrest Health Sciences, Kanada, mengungkap obat stroke paling sederhana adalah bermain musik. Tidak percaya?
Menurut riset para peneliti yang dipublikasikan dalam Journal of Neuroscience akhir Mei lalu, memainkan alat musik bisa mencegah berkurangnya kemampuan mendengar. Juga, menangkal penurunan daya kognitif saat usia mulai beranjak lanjut.
Baca: Anda Suka Sop Buntut dan Tongseng? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Hasil riset ini memang mirip dengan hasil studi Rotman Research Institute dua tahun lalu. Penelitian itu menyebutkan bahwa pelatihan musik pada masa muda dapat mencegah kerusakan dalam keterampilan mendengar suara pada kemudian hari.
Dalam penelitian dua tahun lalu itu juga menyebutkan bahwa mereka, yang berusia 60 tahun, yang pernah ikut pelatihan musik ketika muda memiliki kemampuan 20 persen lebih cepat mengidentifikasi suara pidato dibanding teman lain yang tak pernah berlatih musik. Ini artinya berlatih musik pada masa muda lebih bermanfaat untuk masa tua. Dengan bagusnya kemampuan mendengar, otomatis akan memberikan pengaruh terhadap berbagai fungsi kognitif.
Baca: Pelajari Racun Laba-laba Malah Temukan Obat Stroke Masa Depan
Bernhard Ross, peneliti senior di Rotman Research Institute (RRI) Baycrest Health Sciences, yang memimpin riset terbaru ini, mengakui keampuhan efek musik terhadap otak. "Musik telah diketahui memiliki efek menguntungkan pada otak, tapi soal bagaimana itu bisa terjadi masih terdapat keterbatasan," katanya.
Dalam riset itu, para peneliti menemukan bahwa kegiatan bermain alat musik dapat mengubah gelombang otak. Efeknya, bisa meningkatkan kemampuan mendengar seseorang dalam jangka waktu singkat.
Penelitian ini melibatkan 32 orang muda, dewasa sehat yang memiliki pendengaran normal dan tidak ada riwayat gangguan neurologis atau psikiatri. Gelombang otak para partisipan pertama kali dicatat saat mereka mendengar suara seperti bel dari satu mangkuk bernyanyi asal Tibet. Bel kecil dipukul dengan palu kayu untuk menciptakan suara.
Baca: Cegah Stroke, Lakukan 4 Hal Berikut
Setelah mendengar rekaman tersebut, setengah dari partisipan diberi mangkuk bernyanyi asal Tibet dan diminta untuk menciptakan suara serta ritme yang sama dengan memukulnya. Separuh lainnya menciptakan kembali suara dengan menekan tombol pada keypad komputer.
Menurut Ross, kegiatan bermain musik membutuhkan banyak sistem otak untuk bekerja sama, seperti sistem pendengaran, motorik, dan persepsi. "Pertama kalinya kami melihat perubahan langsung di otak setelah satu sesi, menunjukkan bahwa kegiatan menciptakan musik menyebabkan perubahan aktivitas otak yang kuat," kata Ross, yang juga profesor biofisika medis di University of Toronto.
Langkah selanjutnya riset ini melibatkan analisis pemulihan antara pasien stroke dan pelatihan musik dibanding dengan fisioterapi dan dampak latihan musik pada otak orang dewasa yang lebih tua. Dengan dukungan tambahan, penelitian ini dapat mengeksplorasi pengembangan program rehabilitasi training musik untuk kondisi lain yang mempengaruhi fungsi motorik, seperti cedera otak traumatis.
Baca: Hindari Stroke, Para Pria Sebaiknya Perbanyak Makan Tomat
Ilmuwan Baycrest memiliki sejarah terobosan bagaimana latar belakang musik seseorang mempengaruhi kemampuan mendengar dan fungsi kognitif saat mereka menua. Mereka terus mengeksplorasi bagaimana perubahan otak selama penuaan berdampak pada pendengaran.
Pekerjaan Ross selanjutnya adalah menetapkan dasar untuk mengembangkan alat bantu dengar tentang program pelatihan masa depan dan kognitif untuk menjaga kesehatan pendengaran.
Setelah membaca ini, masih tidak percaya bermain musik bisa menjadi obat stroke paling sederhana?
JOURNAL OF NEUROSCIENCE | SCIENCEDAILY | NEUROSCIENCENEWS | AHMAD NURHASIM