Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan CEO Google, Sundar Pichai saat berkunjung ke kantor Google di Silicon Valley, San Fransisco, 17 Februari 2016. Dalam lawatannya, Jokowi meminta Google untuk dapat memberikan dukungan bagi pengembangan ekonomi digital Indonesia guna terciptanya 1.000 technopreneurs di Indonesia pada 2020. Foto: Dok. Google
TEMPO.CO, California - Bos Google Incorporation, Sundar Pichai, membatalkan liburan bersama keluarga saat mengetahui ada sebuah artikel yang membuat heboh karyawan Google. Beberapa hari belakangan karyawan Google resah lantaran satu tulisan yang tersebar di forum internal. Tulisan itu berjudul "Google Ideological Echo Chamber".
"Saya sedang mengunjungi Afrika dan Eropa bersama keluarga saya ketika artikel tersebut mencuat," kata Pichai, seperti dilansir Business Insider, Selasa, 8 Agustus 2017. "Namun saya putuskan untuk kembali untuk menyelesaikan masalah ini, termasuk mengembalikan lingkungan perusahaan yang inklusif."
Selain akan bertemu dengan para petinggi, Pichai juga dijadwalkan untuk mengadakan town hall meeting, Kamis waktu setempat. Town hall meeting adalah tradisi para petinggi Google yang menyapa seluruh karyawannya dan membicarakan masalah-masalah terbaru.
Beberapa hari belakangan karyawan Google heboh lantaran satu tulisan yang tersebar di forum internal. Tulisan itu berjudul "Google Ideological Echo Chamber".
Sekilas tak ada yang aneh dalam judul tulisan tersebut. Tapi, mengutip laman berita The Telegraph, Selasa, 8 Agustus 2017, isinya membahas soal "mampukah perempuan bekerja dalam dunia teknologi?"
Artikel sebanyak 10 halaman itu ditulis oleh software engineer senior dengan identitas anonim. Tak ayal tulisan kontroversial tersebut tersebar dengan cepat. Sebab, penulis menyebut perempuan tak mampu bekerja di sektor teknologi lantaran faktor genetis.
Selain itu, artikel tersebut menyebut laki-laki lebih memiliki ketertarikan dalam hal pemrograman dibandingkan perempuan. Artikel tersebut menyebut bahwa perempuan sebetulnya lebih cocok bekerja di bidang yang berhubungan dengan manusia atau estetika.
Sejumlah karyawan Google memprotes tulisan tersebut. Petinggi Google juga segera bereaksi. Wakil Direktur Bidang Keberagaman, Integritas, dan Pemerintahan Google, Daniel Brown, dengan segera membuat pengumuman internal.
"Artikel tersebut bukanlah pandangan dari Google. Keragaman dan inklusifitas adalah fondasi dasar dan nilai budaya perusahaan, termasuk kesetaraan, sehingga akan terus dipertahankan," kata dia.