Riset Terbaru: Banyak Partikel Beracun di Kabin Mobil, Kok Bisa?
Editor
Amri mahbub al fathon tnr
Kamis, 17 Agustus 2017 14:36 WIB
TEMPO.CO, London - Roby Greenwald, peneliti kesehatan lingkungan di Universitas Emory, Amerika Serikat, dan tim melakukan riset tentang polusi di kabin mobil. Dia menggunakan sebuah perangkat pendeteksi partikel beracun.
Perangkat ini bisa menghirup udara dengan kecepatan seperti paru-paru manusia. Greenwald dan tim menaruhnya di kursi penumpang di 30 kendaraan berbeda di pusat Kota Atlanta, Amerika Serikat.
Ada tujuannya, tentu saja. Bersama timnya, Greenwald ingin mengetahui seberapa besar polusi di kabin kendaraan. Setelah 60 jam, berada di tempat yang macet, perangkat itu diambil kembali dan ditelisik di laboratorium.
Baca: Riset: Lebih Baik Menganggur daripada Kerja tapi Stres
Mau tahu hasilnya? Tahan napas sebentar. Ternyata, menurut risetnya itu, orang yang berada di dalam kabin yang dingin dan juga wangi oleh pengharum memiliki kemungkinan terpapar partikel beracun dua kali lebih banyak ketimbang orang yang berada di jalanan. Tingkat paparan dari hasil temuannya ini lebih tinggi daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Mengapa bisa begitu? "Komposisi kimia knalpot berubah sangat cepat, bahkan dalam jarak hanya beberapa meter," kata kolega Greenwald, Heidi Vreeland, dari Universitas Duke. Hasil riset ini dimuat dalam jurnal Atmospheric Environment, akhir Juni lalu.
Menurut Vreeland, hal itu terjadi karena udara yang bergerak ke atas, akibat matahari pagi memanasi jalan raya, membuat polusi lebih tinggi. Tingkat paparan pun tak ada bedanya, antara mobil yang jendelanya terbuka dan yang memiliki pendingin udara. Keduanya sama saja.
Tentu ini menjadi kabar tak enak. Pencemaran udara tersebut tidak bisa dianggap sepele. Tingkat kematian di Inggris setiap tahun akibat polusi udara mencapai 40 ribu orang. Polusi udara di ruangan tertutup lebih mengerikan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, setiap tahun, 99 ribu orang mati.
Selanjutnya: Sebagian besar sensor polusi
<!--more-->
Selama ini, sebagian besar sensor polusi lalu lintas ditempatkan di atas tanah di samping jalan dan mengambil sampel terus-menerus selama 24 jam. Komposisi knalpot, bagaimanapun, berubah cukup cepat dan berpengaruh terhadap pengemudi. Mereka akan mengalami kondisi berbeda di dalam kendaraan.
Sampling jangka panjang itu juga luput dari variabilitas yang berbeda-beda yang disebabkan kemacetan jalan dan kondisi lingkungan. Lama waktu yang dihabiskan di jalan raya, di daerah metropolitan, dan duduk di mobil dalam kemacetan lalu lintas juga bervariasi pada setiap perjalanan pengemudi.
Untuk mengetahui pengemudi apakah benar-benar terpapar polusi pada jam sibuk, para peneliti dari Duke University, Emory University, dan Georgia Institute of Technology berkolaborasi mengambil sampel polusi dengan alat buatan saat jam sibuk pagi di pusat Kota Atlanta.
Baca: LIPI Kukuhkan Tiga Profesor Riset Baru
Perangkat ini mendeteksi hingga dua kali lebih banyak partikel beracun dibanding alat deteksi sensor pinggir jalan. Tim juga menemukan bahwa polusi di kabin mengandung dua kali jumlah bahan kimia yang menyebabkan stres oksidatif, sebuah proses yang memicu reaksi berlebihan dan produksi zat kimia yang dapat merusak sel sehat dan DNA. Stres oksidatif adalah kondisi ketika jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi kapasitas tubuh untuk menetralkannya sehingga sel sehat rusak.
Zat beracun ini juga diduga terlibat dalam pengembangan penyakit tertentu, seperti sindrom Asperger, gangguan motorik, kanker, penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer, aterosklerosis, gagal jantung, dan serangan jantung. Juga, memicu penyakit sel sabit, autisme, infeksi, sindrom kelelahan kronis, dan depresi.
"Kami menemukan bahwa orang-orang cenderung terkena paparan polusi dua kali lipat selama kemacetan pada jam sibuk," kata Michael Bergin, peneliti lingkungan di Universitas Duke. "Jika bahan kimia ini sama buruknya bagi orang yang diyakini banyak peneliti, para komuter harus benar-benar memikirkan kembali kebiasaan mengemudi mereka."
Selanjutnya: Berkendara di jam sibuk? Pikir ulang