TEMPO.CO, Jakarta - Militer Cina baru-baru ini mengundang para peneliti untuk merancang senjata yang disebut sebagai artileri plasma magnetik, semacam senjata railgun elektromagnetik. Senjata itu menggunakan magnet sebagai pengganti bubuk mesiu yang mematikan.
Namun, senjata jenis ini tidak mudah terutama karena memerlukan energi listrik besar untuk mendorong kecepatan lebih besar dari Mach 7. Angkatan Laut AS tampaknya kurang optimis tentang pemasangan railgun di kapal perangnya.
"Pemberitahuan itu mengundang tender untuk pengujian teori dan sistem peluncuran artileri plasma bermagnet," demikian dikutip media pemerintah Cina. "Meskipun senjata terdengar seolah-olah berasal dari film fiksi ilmiah, mungkin bukan senjata plasma berenergi tinggi, tapi peluru meriam berkecepatan sangat tinggi."
Para ilmuwan Cina percaya bahwa artileri plasma bermagnet akan sangat ringan dan hemat energi sehingga dapat dipasang di tank.
Menurut analis militer Cina, Wei Dongxu, teknologi baru itu akan memperluas jangkauan senjata konvensional dari 30 menjadi 50 kilometer hingga 100 kilometer.
Lapisan plasma juga dapat mengurangi gesekan antara laras dan peluru, membuat senjata lebih akurat. Dennis Killinger, profesor emeritus fisika di University of South Florida, menyebut gagasan itu menarik.
"Gagasan itu tampaknya mungkin," kata Killinger kepada National Interest. "Pertanyaan utama saya adalah berapa umur plasma dan apakah itu cukup selama waktu peluncuran di dalam laras?"
Ini juga merupakan pendekatan yang berbeda dari railgun. Killinger tidak berpikir bahwa dapat menganggapnya sebagai bagian dari teknik railgun klasik. Karena railgun memiliki pendekatan motor linear menggunakan stator tetap (yaitu peluru) mirip akselerator linier yang digunakan untuk roller coaster yang lebih baru. "Teknik baru yang dipatenkan ini menggunakan plasma yang berinteraksi dengan medan magnet dan berfungsi sebagai liner untuk laras," kata Killinger.
NATIONAL INTEREST | GLOBAL TIMES