Kemungkinan lain adalah para pria—terutama yang berusia lanjut—umumnya memiliki kesehatan lebih buruk ketimbang perempuan. Mereka cenderung memiliki obesitas, tekanan darah tinggi, diabetes, kanker, serta penyakit jantung dan paru yang lebih parah yang seluruhnya juga terkait dengan infeksi parah COVID-19. Namun, ketika para peneliti di New York memperhitungkan kondisi itu semua ke dalam analisisnya, mereka menemukan kalau jenis kelamin tidak lagi faktor risiko utama untuk tingkat parahnya infeksi virus corona COVID-19.
Kemungkinan ketiga adalah para perempuan yang secara alami memiliki pertahanan kekebalan tubuh lebih kuat. “Ada perbedan yang substansial dalam sistem imun antara laki dan perempuan dan ini memiliki dampak signifikan pada kerentanan tubuh menerima infeksi penyakit,” ujar Philip Goulder, imunolog di University of Oxford.
Satu perbedaan kuncinya, kata Goulder, adalah perempuan memiliki dua kromosom X per sel sedang laki hanya satu. Dia menjelaskan, sejumlah gen imunitas tubuh yang penting terdapat di kromosom X.
“Hasilnya, protein ini diekspresikan dalam dosis yang dua kali lebih banyak pada sel imun di perempuan daripada laki-laki, dan karenanya respons imun terhadap virus corona pada perempuan juga lebih tinggi.”
Ada juga beberapa bukti kalau hormon seks perempuan seperti estrogen dan progesteron memperkuat sistim imun, namun yang satu ini belum diteliti spesifik hubungannya dengan COVID-19.
Kemungkinan lain, yang keempat, adalah laki-laki lebih jorok daripada perempuan. “Mereka cenderung tak memenuhi standar sanitasi dasar seperti cuci tangan,” kata Kunihiro Matsushita dari Johns Hopkins University, Amerika Serikat.
Studi di Cina juga menemukan pasien laki-laki dengan kasus COVID-19 di rumah sakit lebih berpeluang membawa virus lain, termasuk flu, dan bakteri, "Dan itu bisa jadi menambah parah gejala COVID-19."
NEWSCIENTIST