Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Alat UGM Bisa Deteksi Gempa 3 Hari Sebelum Kejadian, Butuh Pemasangan 60 Titik

image-gnews
Ketua Tim Peneliti Sistem Peringatan Dini (EWS) Gempa UGM Sunarno dengan alat pendeteksi gempanya. Kredit: Dok istimewa
Ketua Tim Peneliti Sistem Peringatan Dini (EWS) Gempa UGM Sunarno dengan alat pendeteksi gempanya. Kredit: Dok istimewa
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Tim Peneliti Sistem Peringatan Dini (EWS) Gempa Universitas Gadjah Mada (UGM) membuat alat pendeteksi gempa yang disebut bisa memprediksi gempa tiga hari sebelum kejadian.

Ketua Tim Peneliti Sistem Peringatan Dini (EWS) Gempa UGM, Prof Sunarno, mengatakan alat itu sejauh ini baru ditanam di lima titik di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Oleh sebab itu, baru wilayah DIY saja yang sejauh ini bisa dianalisa dengan alat itu, kapan gempa akan terjadi.

Penanaman alat itu di DIY sesuai dengan alokasi anggaran dari Kementerian Riset dan Teknologi yang diperoleh sekitar lima tahun silam. "Alat ini baru kami pasang di wilayah DIY, belum kami pasang di luar itu, jadi pembacaannya terbatas masih wilayah DIY saja," kata Sunarno kepada Tempo, Kamis, 3 Juni 2021.

Dalam lima tahun terakhir belum pernah terjadi gempa dahsyat di DIY, sehingga rekam jejak efektivitas alat itu belum ada datanya. Alat itu disebut Sunarno dirancang untuk mendeteksi gempa dengan kekuatan minimal 4,5 skala Richter alias tidak untuk membaca gempa yang kekuatannya relatif kecil.

Pengajar Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika Fakultas Teknik UGM itu menuturkan faktor dana diakui membuat pihaknya belum bisa membuat dan menanam alat itu lebih banyak dan luas.

Alat yang bekerja dengan menerapkan teknologi triangulasi untuk mengunci lalu mendeteksi kapan dan di mana kejadian gempa bumi bakal terjadi itu idealnya bisa ditanam ke lebih banyak titik, sehingga semakin banyak terbentuk area-area triangular untuk menangkap gejala potensi gempa dan menunjukkan lokasinya secara presisi.

"Sebenarnya ketika alat itu dipasang DIY kami juga mendapat pembacaan dari alat itu, namun alat itu hanya menunjukkan gejalanya, belum bisa menunjukkan lokasi pastinya di luar DIY itu di sebelah mana. Kalau di DIY bisa dipastikan lokasinya karena sudah alat itu," kata Sunarno yang juga telah merancang EWS untuk memantau kondisi Gunung Merapi itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sunarno, yang tercatat sebagai anggota tim pengembang roket nasional, mengatakan baru mulai tahun ini pihaknya mendapat anggaran lagi dari Kemenristek itu untuk memperbanyak pemasangan alat itu di sepanjang Pulau Jawa. Kontrak pembuatan dan pemasangan alat dengan bantuan dari Kemenristek di sepanjang Pulau Jawa itu berlaku dalam jangka waktu tiga tahun ke depan.

Produksi alat itu dilakukan di laboratorium Program Studi Teknik Fisika Fakuktas Teknik UGM. "Dengan biaya Kemenristek itu kami akan produksi sedikitnya di 10 titik mulai tahun ini untuk dipasang seperti di wilayah Cilegon, Kebumen, Pacitan, " kata Sunarno.

Sunarno mengatakan jika ingin mendapatkan lokasi presisi kapan dan di mana gempa akan terjadi, setidaknya dari Aceh hingga NTT perlu dipasang di 60 titik. "Kelemahan alat ini agar bisa mendapatkan lokasi presisi kapan gempa terjadi ya karena harus tanam lebih banyak alat," kata dia.

Pemasangan alat deteksi gempa itu tak perlu rapat, bisa dengan radius 100-160 kilometer jarak setiap alat. Alat ini sendiri sengaja tak dipatenkan Sunarno karena dibuat berdasar pertimbangan kemanusiaan. Ia mempersilakan jika ada yang berminat meniru untuk membuatnya.

Baca:
Profesor di UGM Jawab BMKG Soal Prediksi Gempa Besar

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ratusan Pelari Diajak Susuri Spot Ikonik di Kampus UGM Yogyakarta

1 jam lalu

Menyambut Hari Kebangkitan Nasional, ratusan pelari diajak melintasi rute rute ikonik di kawasan Kampus UGM Yogyakarta sejauh 5 kilometer pada Ahad (19/5). Dok. Istimewa
Ratusan Pelari Diajak Susuri Spot Ikonik di Kampus UGM Yogyakarta

Event lari Pejuang Run di Yogyakarta, Ahad, 19 Mei 2024, digelar untuk menyambut Hari Kebangkitan Nasional.


Bus Study Tour Pelajar Yogyakarta Tertimpa Tiang Listrik di Bali, Disdik : Tak Ada Korban

2 jam lalu

Wisatawan mancanegara menikmati keindahan pura saat mengunjungi objek wisata Pura Taman Ayun, Badung, Bali, Senin, 18 Maret 2024. Pulau Bali kembali dinobatkan sebagai salah satu destinasi wisata terbaik di dunia dengan memperoleh predikat The Best Island dalam DestinAsian Readers' Choice Awards. ANTARA/Nyoman Hendra Wibowo
Bus Study Tour Pelajar Yogyakarta Tertimpa Tiang Listrik di Bali, Disdik : Tak Ada Korban

Bus study tour yang tertimpa tiang listrik itu diganti dengan unit baru yang unitnya didatangkan dari Jember Jawa Timur.


Top 3 Tekno: Gempa Mengguncang Kuat Sumedang, Prakiraan Cuaca BMKG, World Water Forum Bali

15 jam lalu

Gempa mengguncang Sumedang pada Sabtu dini hari, 18 Mei 2024 pukul 02.54 WIB. (BMKG)
Top 3 Tekno: Gempa Mengguncang Kuat Sumedang, Prakiraan Cuaca BMKG, World Water Forum Bali

Topik tentang gempa tektonik bermagnitudo 3,5 mengguncang kuat wilayah Sumedang menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno.


Sosok Dian Andriani Anggota Korps Wanita TNI AD Pertama Berpangkat Mayjen

1 hari lalu

Mayjen TNI AD, Dian Andriani. FOTO/instagram/dianandrianiratna
Sosok Dian Andriani Anggota Korps Wanita TNI AD Pertama Berpangkat Mayjen

Dian Andriani merupakan perempuan pertama yang mencapai pangkat Mayjen TNI AD di Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad).


Gempa Mengguncang Kuat Sumedang, Sumber Dekat Gempa Merusak 2023

1 hari lalu

Gempa mengguncang Sumedang pada Sabtu dini hari, 18 Mei 2024 pukul 02.54 WIB. (BMKG)
Gempa Mengguncang Kuat Sumedang, Sumber Dekat Gempa Merusak 2023

Gempa dirasakan di wilayah Sumedang utara dan selatan dengan skala intensitas gempa III - IV MMI.


Soal Sampah Tak Kunjung Selesai, Kota Yogya dan Bantul Teken Kerjasama Disaksikan Sultan

1 hari lalu

Pemerintah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul meneken kerjasama kelola sampah bersama di hadapan Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Kepatihan Jumat, 17 Mei 2024. Dok.istimewa
Soal Sampah Tak Kunjung Selesai, Kota Yogya dan Bantul Teken Kerjasama Disaksikan Sultan

Persoalan sampah di Yogyakarta seolah tak kunjung usai penutupan permanen Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) Piyungan awal Mei 2024 lalu.


Wisata ke Pantai Selatan Yogyakarta? Awas Sengatan Ubur-ubur

2 hari lalu

Petugas pantai di Gunungkidul mengobati wisatawan tersengat ubur-ubur. Dok.istimewa
Wisata ke Pantai Selatan Yogyakarta? Awas Sengatan Ubur-ubur

Puluhan orang tersengat ubur-ubur. Sebelumnya akhir April, sejumlah wisatawan dilaporkan tersengat ubur ubur saat bermain di Pantai Krakal Gunungkidul


Catat, UGM Yogyakarta Gelar Festival Anggrek Akhir Pekan ini di Sleman

2 hari lalu

Salah satu varietas anggrek yang akan dipamerkan Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT)  UGM pada Festival Anggrek Sabtu 18 Mei 2024 di Sleman. Dok.istimewa
Catat, UGM Yogyakarta Gelar Festival Anggrek Akhir Pekan ini di Sleman

Penggemar tanaman anggrek yang berencana melancong ke Yogyakarta akhir pekan ini, ada festival menarik yang bisa disaksikan.


Dongkrak Kunjungan Museum dan Cagar Budaya, Begini Langkah Kemendikbudristek

2 hari lalu

Sisi selatan Benteng Vredeburg Yogyakarta yang hampir rampung direvitalisasi pada Mei 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Dongkrak Kunjungan Museum dan Cagar Budaya, Begini Langkah Kemendikbudristek

Indonesian Heritage Agency (IHA) yang bertugas menangani pengelolaan museum dan cagar budaya nasional sejak September 2023.


Sleman Luncurkan Prangko Buk Renteng, Ini Peran Saluran Irigasi Bersejarah Itu di Yogyakarta

2 hari lalu

Seri prangko Buk Renteng diluncurkan di Sleman Yogyakarta Kamis (16/5). Dok. Istimewa
Sleman Luncurkan Prangko Buk Renteng, Ini Peran Saluran Irigasi Bersejarah Itu di Yogyakarta

Selokan yang menghubungkan wilayah Sleman Yogyakarta dan Magelang Jawa Tengah itu dibangun pada masa Hindia Belanda 1909. Kini jadi prangko.