TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Amin Soebandrio menjelaskan bagaimana tantangan ke depan dalam pengembangan Vaksin Merah Putih.
Dalam acara webinar bertajuk “Kemajuan Riset Vaksin Merah Putih: Tantangan dan Peluangnya Terkini” yang digelar Socienty of Indonesian Science Journalism (SISJ), Amin membagi tantangan yang akan dihadapi menjadi tiga.
“Saya membagi tantangan pengembangan vaksin ke depan menjadi tiga, yakni host, virus, dan vaksin itu sendiri,” ujar dia pada Senin, 23 Agustus 2021.
Dari segi host, Amin melanjutkan, saat ini dengan semakin banyaknya populasi yang divaksinasi tentu akan berpotensi mempersulit uji klinisnya nanti. Karena, kata dia, persyaratan uji klinis adalah subjek harus mereka yang belum pernah divaksinasi.
“Jadi ini di satu sisi kita mengharapkan herd immunity secepat mungkin, tapi di sisi lain kita melihat tantangan seperti ini, uji klinik vaksin nanti kemungkinan sulit mencari subjeknya,” katanya lagi.
Kemudian dari segi virus, Guru Besar Ilmu Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu mengatakan pihaknya harus lebih cermat lagi memantau perkembangannya. Karena semakin banyak orang yang terinfeksi, semakin besar pula kemungkinan SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19 itu akan bermutasi.
Sehingga, Amin berujar, Eijkman harus terus memantau varian-varian virus yang mendominasi dan beredar saat ini. “Saat ini sih lebih dari 95 persen yang mendominasi adalah varian Delta, tapi belum tahu kondisi ke depan,” tutur Amien.
Sementara tantangan dari segi vaksinnya, peraih Ph.D Immunogenetic dari Jepang itu menambahkan bahwa Indonesia harus bisa membuat yang memenuhi kriteria, di antaranya harus aman, efektif, dan halal. “Juga dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan Indonesia, dan tentu kita diharapkan juga bisa membantu negara lain yang belum memiliki akses vaksin secara memadai,” ujar Amin lagi.
Baca:
Pengembangan Vaksin Merah Putih, Kepala Eijkman: Hasil Uji Protein S Luar Biasa