TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Rumah Sakit Pendidikan Unggul Karsa Medika Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung, Theresia Monica Rahardjo, membeberkan manfaat terapi plasma konvalesen pada pasien Covid-19 di beberapa rumah sakit swasta di Indonesia. Menurutnya, pemberian terapi tersebut mampu mengurangi angka kematian dan membuat pasien bisa lebih cepat dirawat di rumah sakit.
Di Rumah Sakit Primaya yang berkolaborasi dengan Universitas Kristen Maranatha, Monica melaporkan bahwa dari 54 pasien yang sembuh, 96 persen diberikan plasma konvalesen. Pasien yang mengalami komplikasi ringan hanya satu untuk periode April-Desember 2020. Untuk periode kedua Januari-April 2021, ada 69 pasien sembuh.
“Kami heran kenapa bisa 96 persen angka kesembuhannya, padahal ada yang bilang bahwa terapi ini tidak berefek, bahkan memperburuk,” ujar dia dalam acara webinar nasional evaluasi gerakan nasional pendonor plasma konvalesen, Selasa, 21 September 2021.
Berdasarkan kasus-kasus di rumah sakit Primaya itu, Monica menduga keberhasilan itu karena pemberian terapi plasma konvalesen dilakukan dalam 14 hari pertama, dan pada pasien sebelum atau saat awal mula sesak napas. “Sebelum badai sitokin terjadi,” katanya lagi.
Kemudian, di Rumah Sakit Mayapada Bandung, terapi plasma konvalesen diberikan kepada pasien mulai dari gejala ringan, sedang, bahkan kritis—awalnya fokus pada pasien kritis. Studi pada 33 pasien yang dibagi menjadi dua grup, yang diberi terapi memiliki kematian lebih rendah, hanya 7 pasien, daripada yang tidak diberikan terapi, sebanyak 13 pasien.
Sampai saat ini, kata Monica, koleganya di Rumah Sakit Mayapada sudah menangani lebih dari 100 pasien, dan angka keberhasilannya 67,5 persen. Hal ini sesuai dengan salah satu artikel di jurnal terindeks Scopus yang menyebutkan bahwa pemberian terapi plasma konvalesen dengan kadar antibodi tinggi secara dini bisa menghambat progresivitas penyakit. “Khususnya pada orang yang lanjut usia,” tutur dokter spesialis anestesi itu.
Dia juga melaporkan data dari Rumah Sakit Panti Wilasa, Semarang, di mana ada perbedaan angka kematian di bangsal dan di ICU. Angka kematian pada pasien yang diberikan terapi plasma konvalesen di bangsal jauh lebih rendah dibandingkan seluruh populasi dengan pasien ICU. “Hal ini mendukung validitas bahwa pemberian plasma yang dini akan meningkatkan efektivitas plasma tersebut,” katanya.
Sementara di Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta, wanita kelahiran Purwokerto, Jawa Tengah, itu melihat dari 74 pasien yang diberikan terapi plasma konvalesen dengan kategori sedang dan kritis, sembuh sekitar 50 pasien atau 68 persen. Sementara yang meninggal 24 pasien atau 32 persen.
Di RSUD Bali Mandara, plasma konvalesen diberikan terutama pada pasien kritis. Dari seluruh pasien 32, yang sembuh sebanyak 20 pasien dan 12 meninggal. Di Rumah Sakit Umum Saiful Anwar, Malang, dilaporkan bahwa pada pasien Covid-19 sedang dapat memberikan perbaikan dan kesembuhan di atas 95 persen.
Monica yang merupakan peraih Piagam Penghargaan MURI sebagai Pelopor Tatalaksana Terapi Plasma Konvalesen untuk Pasien Covid-19 pada 2020 itu, mengatakan bahwa banyak rumah sakit swasta yang melakukan terapi ini. Jadi, kata dia, ada baiknya agar pemerintah tidak hanya melihat rumah sakit milik pemerintah saja, tapi juga yang swasta.
“Datanya bisa dikumpulkan, karena berdasarkan data, dari PMI sudah menyebarkan 99 ribu kantong plasma konvalesen ke seluruh Indonesia,” ujar Monica.
Baca:
Uji Klinis Terapi Covid-19 Plasma Konvalesen Ditargetkan Selesai Akhir 2021