TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar Ilmu Biokimia dan Biologi Molekular Universitas Airlangga (Unair), Chairul Anwar Nidom, menilai kebijakan mewajibkan tes PCR sebagai syarat mobilitas masyarakat sangat baik untuk mencegah perpindahan virus dari satu tempat ke tempat lain. Virus corona Covid-19 disebutnya sangat unik dan membebaskan pelaku perjalanan tanpa tes PCR sangat mengkhawatirkan jika kondisi belum aman.
“Kalau ada pihak-pihak keberatan karena biaya, bisa dibicarakan dengan pemerintah,” tutur Nidom saat dihubungi Sabtu, 23 Oktober 2021. Dia menambahkan bahwa yang terpenting jangan dihilangkan kewajiban untuk tes PCR bagi yang bepergian.
Keadaan infeksi Covid-19 yang sudah melandai, Nidom berujar, justru jangan sampai teledor. Masyarakat harus tetap disiplin protokol kesehatan, yang utama 5M atau memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas. “Tetap harus ketat pengawasan dan pengaturannya,” katanya lagi.
Lulusan Sarjana Kedokteran Hewan, IPB University, Bogor itu, juga mengingatkan bahwa vaksinasi bukan untuk menghilangkan virus, tapi menekan jumlah virus sampai keadaan subklinis (tidak menimbulkan sakit atau kematian). Menurutnya, Indonesia harus belajar dari negara-negara lain, yang jumlah vaksinasi tinggi tapi kasusnya tetap tinggi.
Sebelumnya, sebagian kalangan mendesak aturan pemberlakuan kebijakan tes RT-PCR bagi penumpang pesawat rute intra-Jawa dan Bali dibatalkan. Alasannya, saat ini kondisi sudah jauh lebih baik, sehingga menjadi ironi jika ketentuan penerbangan malah diperketat. Selain harga harga tes RT-PCR saat ini lebih mahal dibandingkan tiket penerbangan dan jeda waktu antara tes swab dengan jadwal penerbangan yang hanya 2x24 jam terlalu singkat.
Dalam penuturannya, Nidom juga mengingatkan agar varian Delta Plus atau AY.4.2 tidak masuk ke Indonesia. Varian itu menjadi perhatian otoritas kesehatan masyarakat Inggris (PHE), karena telah menginfeksi banyak orang di negaranya.
Menurut Nidom, langkah pencegahan yang dapat dilakukan adalah perketat akses masuk ke negara Indonesia, baik turis asing maupun masyarakat Indonesia yang datang dari luar negeri. “Yang terpenting juga pembatasan mobilitas penduduk, terutama menjelang akhir tahun,” ujar dia saat dihubungi,
Selain itu, Guru Besar Unair juga Ketua Tim Laboratoriun Profesor Nidom Foundation (PNF) itu, mengingatkan, agar pemerintah tetap aktif testing, tracing, dan treatment. Hal itu perlu dilakukan ketika ada kasus baru muncul dan surveilans aktif.
Baca juga:
Penemuan Fosil, Penjarah Berdatangan ke Pulau Sirtwo Waduk Saguling