Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Suntik Gel di Sumsum Tulang Belakang: Tikus yang Lumpuh Bisa Berjalan Kembali

image-gnews
Seekor tikus yang dua kaki belakangnya dibuat lumpuh (gambar kiri) bisa berjalan kembali (gambar kanan) setelah terapi eksperimen oleh tim peneliti di Northwestern University, AS.
Seekor tikus yang dua kaki belakangnya dibuat lumpuh (gambar kiri) bisa berjalan kembali (gambar kanan) setelah terapi eksperimen oleh tim peneliti di Northwestern University, AS.
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Gel yang disuntikkan ke sumsum tulang belakang tikus yang lumpuh telah membuat hewan itu mampu berjalan kembali setelah empat minggu. Gel itu menirukan matriks protein yang normalnya ditemukan di sekitar sel-sel, menyediakannya jaring atau rangka yang membantu setiap sel itu tumbuh. Matriks juga menyediakan sinyal yang menstimulasi regenerasi sel saraf.

Samuel Stupp, professor kimia dari Northwestern University, Chicago, Amerika Serikat, dan koleganya menciptakan unit-unit protein, atau monomer, yang di dalam air bisa merangkai diri menjadi rantai serat supramolekuler. Mereka juga sengaja melukai sumsum tulang belakang tikus laboratorium dan membuat kedua kakinya lumpuh.

Monomer yang sudah dibuat lalu digunakan dengan disuntikkan ke sumsum tulang belakang tikus yang lumpuh tersebut. Hasilnya, serat-serat supramolekuler terbangun dan membentuk gel di lokasi luka.

Stupp dan koleganya membuat sebanyak 76 tikus laboratorium lumpuh dalam percobaan tersebut. Sebagian tikus lumpuh mendapat suntikan larutan garam sebagai plasebo. Seperti yang telah dipublikasikan jalan jurnal Science terbaru, tim penelitinya menemukan gel memampukan tikus yang lumpuh bisa berjalan kembali setelah empat minggu dari penyuntikan. Sedang tikus yang mendapat suntikan air garam tetap lumpuh.

Gel yang terbentuk rupanya telah membantu meregenerasi ujung-ujung neuron yang rusak dan mereduksi jumlah jaringan yang cacat di lokasi luka. Jaringan itu yang biasanya menjadi penghalang terjadinya regenerasi sel. Gel juga mendorong pertumbuhan pembuluh darah, yang pada gilirannya menyuplai lebih banyak nutrisi ke sel-sel sumsum tulang belakang.

Stupp mengatakan menggunakan sebuah model yang mensimulasikan luka parah pada sumsum tulang belakang manusia. Termasuk dalam dimulainya pemberian terapi yang menunggu sehari setelah tikus sengaja dilukai. Alasannya, manusia yang terluka pada sumsum tulang belakangnya karena kecelakaan lalu lintas, luka tembak ataupun peristiwa traumatik lainnya juga kerap mengalami terlambat penanganan.

“Meluasnya pemulihan fungsional dan bukti pemulihan biologis yang solid yang kami amati membuat terapi ini superior dibandingkan pendekatan lainnya,” kata Stupp.

Pendekatan lain yang dimaksudnya adalah eksperimen menyembuhkan luka yang sama dengan teknik stem cell, gen atau protein. Semuanya dinilai memunculkan pertanyaan tentang efektivitas dan juga keselamatan si tikus. Sedang material yang digunakan sebagai monomer dan gel dipastikan aman karena bisa terurai dalam hitungan minggu dan menjadi nutrisi sel-sel.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kemampuan tikus berjalan kembali diukur tim dalam dua cara. Pertama, tikus diberi skor untuk pergerakan persendiannya, stabilitas tubuhnya, serta penempatan telapak kaki dan langkah. Tikus yang mendapatkan suntikan gel didapati memiliki skor tiga kali lebih tinggi daripada yang hanya menerima plasebo.

Cara kedua adalah memeriksa kemampuan berjalan dengan mencelupkan kedua kaki belakang tikus yang semula lumpuh ke dalam cairan berwarna, lalu membiarkannya berjalan menyusur jalur sempit beralas kertas putih. Tes ini menunjukkan gel meningkatkan baik lebar maupun panjang langkah.

“Panjang dan lebar langkah yang semakin besar seharusnya berkorelasi dengan semakin banyak axon (serat saraf) yang ditumbuhkan kembali dalam otot-otot di kaki tikus,” kata Stupp.

Menurut Ann Rajnicek dari University of Aberdeen, Inggris, akan sangat menarik jika temuan ini benar bisa diterjemahkan ke manusia. Meski, dia mengakui, “Isu eksperimen pada tikus di laboratorium lalu ke manusia bukan persoalan yang sederhana juga.”

NEW SCIENTIST, DAILY MAIL

Baca juga:
Tabung Perangkap Tikus Percobaan dari Unpad Diminati Peneliti

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tikus Sering Menjadi Hewan Percobaan, Ternyata Ini Alasannya

7 hari lalu

Ilustrasi tikus. mirror.co.uk
Tikus Sering Menjadi Hewan Percobaan, Ternyata Ini Alasannya

Biasanya, ketika melakukan penelitian dalam dunia medis, peneliti kerap menggunakan tikus. Lantas, mengapa tikus kerap menjadi hewan percobaan?


Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

8 hari lalu

Kelinci yang menjadi alat uji ilmiah. shutterstock.com
Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

Berikut beberapa hewan yang kerap dijadikan hewan percobaan dalam penelitian:


Kandungan Plastik dalam Makanan dan Minuman: Dampak Kesehatan dan Cara Kurangi Konsumsi Mikroplastik

8 hari lalu

Kandungan mikroplastik dari hasil penelitian atas tiga merek air mineral dalam kemasan saat diteliti di laboratorium FMIPA-Universitas Indonesia, Depok, Rabu (14/3). (foto: TEMPO/ Gunawan Wicaksono)
Kandungan Plastik dalam Makanan dan Minuman: Dampak Kesehatan dan Cara Kurangi Konsumsi Mikroplastik

Penelitian menunjukkan bahwa hampir semua makanan kita mengandung mikroplastik, dalam bentuk apa saja? Apa bahaya bagi kesehatan?


Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

12 hari lalu

Mengunduh Manfaat Terapi Sel Punca
Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

Dokter menjelaskan metode penyembuhan kanker darah dengan melakukan transplantasi sel punca atau stem cell. Simak penjelasannya.


Pola Makan yang Perlu Diperhatikan Pasien Parkinson

14 hari lalu

Ilustrasi makanan sehat. (Canva)
Pola Makan yang Perlu Diperhatikan Pasien Parkinson

Sejumlah hal perlu diperhatikan dalam pola makan penderita Parkinson, seperti pembuatan rencana makan. Berikut yang perlu dilakukan.


7 Tips Ajak Anak Pola Makan Sehat

20 hari lalu

Ilustrasi makanan sehat. (Canva)
7 Tips Ajak Anak Pola Makan Sehat

Kebiasaan makan yang buruk dapat berdampak negatif pada kesehatan anak. Simak 5 tips anak ajak pola makan sehat


Babe Cabita Belum Sempat Transplantasi Stem Cell, Begini Perjuangannya Lawan Anemia Aplastik

23 hari lalu

Babe Cabita. Foto: Instagram/@noah_site
Babe Cabita Belum Sempat Transplantasi Stem Cell, Begini Perjuangannya Lawan Anemia Aplastik

Mendiang Babe Cabita sebenarnya berencana untuk melakukan transplantasi stem cell untuk sembuh dari Anemia Aplastik, namun kondisinya menurun.


Memahami Gangguan Saraf Papiledema, Penyebab dan Gejala

31 hari lalu

ilustrasi periksa mata (pixabay.com)
Memahami Gangguan Saraf Papiledema, Penyebab dan Gejala

Papiledema adalah pembengkakan kepala saraf kedua yang terjadi secara bersamaan antara dua mata. Cek gejalanya.


Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

38 hari lalu

Ilustrasi banjir. Dok. TEMPO/M. Iqbal Ichsan
Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

Leptospirosis adalah penyakit yang kerap muncul setiap musim hujan, terutama di daerah yang rawan banjir dan genangan air. Seberapa berbahaya?


Mengenal Neuroferritinopathy, Penyakit Genetik yang Hanya Dimiliki Sekitar 100 Orang di Dunia

41 hari lalu

Ilustrasi otak. Pixabay
Mengenal Neuroferritinopathy, Penyakit Genetik yang Hanya Dimiliki Sekitar 100 Orang di Dunia

Neuroferritinopathy penyakit genetik yang hanya dimiliki sekitar 100 orang di dunia. Bagaimana gejala dan pengobatannya?