TEMPO.CO, Jakarta - Universitas Padjadjaran (Unpad) membuat tim pengusulan gelar Pahlawan Nasional bagi Mochtar Kusumaatmadja yang wafat pada 6 Juni 2021. Prosesnya kini pada tahap pengumpulan berkas yang hasilnya akan disampaikan ke Gubernur Jawa Barat. “Target waktunya sampai akhir Januari,” kata Idris, Dekan sekaligus ketua tim pengusulan dari Fakultas Hukum Unpad, Senin 13 Desember 2021.
Tim pengusul menggelar Seminar Nasional “Mochtar Kusumaatmadja sebagai Pahlawan Nasional” sebagai syarat pengusulan pada Senin, 13 Desember 2021, bertepatan dengan keluarnya Deklarasi Djuanda 64 tahun silam. Dari tim pengusul juga pembicara yang hadir secara daring dan luring terbatas di kampus Unpad Bandung, Mochtar disebut ikut berperan dalam deklarasi itu yang menyatukan perairan dan daratan Indonesia sebagai negara kepulauan.
Menurut Idris, syarat seminar itu sesuai Undang-Undang, harus menyertakan wakil dari Kementerian Sosial. Awalnya acara itu akan digelar 10 November lalu bertepatan dengan Hari Pahlawan. Namun karena kesibukan pejabat kementerian pada saat itu akhirnya baru bisa digelar bulan ini. “Ada empat makalah yang akan jadi lampiran utama untuk berkas kepahlawanan Mochtar Kusumaatmadja,” kata Idris.
Sebelumnya, rektor Unpad pertama yaitu Iwa Kusumasumantri telah dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional pada 2002. Selain itu ada sosok mantan Perdana Menteri Djuanda Kartawidjaja sebagai Pahlawan Nasional dari Jawa Barat. “Djuanda dengan Mochtar Kusumaatmadja kan satu garis, sehingga kami berharap (usulan Pahlawan Nasional) langsung ditandatangani Presiden,”ujar Idris.
Menurutnya, kini ada 200 orang yang mengajukan dukungan penuh untuk memperkuat Mochtar Kusumaatmadja menjadi Pahlawan Nasional. Dalam seminar dijabarkan pula peran dan jasa Mochtar semasa menjabat berbagai menteri di era Orde Baru serta kiprah diplomasinya. “Ketokohan Mochtar Kusumaatmadja sangat banyak untuk menjadi pahlawan nasional,” kata Rektor Unpad Rina Indiastuti.
Sebagai seorang diplomat, Mochtar Kusumaatmadja dikenal cerdas dan piawai dalam mencairkan suasana dalam suatu perundingan. Padahal, menurut Nugroho Wisnumurti, mantan Duta Besar RI untuk PBB pada 1992-1997, Mochtar bukan diplomat profesional. “Tapi sikap dan kemampuan berdiplomasinya luar biasa, dalam perundingan bisa menimbulkan rasa wibawa,” katanya.
Dia mencontohkan gagasan Mochtar yang melakukan pendekatan informal lewat cocktail party. Acara itu merupakan upaya mediasi dan mencari solusi masalah konflik Kamboja pada 1978. Menurut Duta Besar RI untuk PBB periode 2004–2007, Makarim Wibisono, karya diplomasi semacam itu layak diberi penghargaan. “Karena Pahlawan Nasional tidak hanya semata bisa memperjuangkan kepentingan Indonesia lewat peperangan,” katanya.
Mochtar Kusumaatmadja adalah pria kelahiran Batavia pada 17 Februari 1929. Dia pernah menjadi Menteri Kehakiman Kabinet Pembangunan II pada 1974-1978 lalu Menteri Luar Negeri Kabinet Pembangunan III dan IV pada 1978-1988.
Baca juga:
Kemendikbudristek Umumkan Perguruan Tinggi Pemenang Penilaian Kuliah Daring Terbaik
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.