TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG mencatat ada empat gempa dari laut, arah selatan dan barat daya Banten, yang mampu menggoyang ibu kota DKI Jakarta sepanjang lima tahun terakhir. Sebanyak dua di antaranya terjadi pada Januari.
Dalam penjelasannya, BMKG menyebut ada faktor jenis tanah endapan lunak dan tebal Jakarta yang memberi efek penguatan atau amplifikasi jalaran energi tektonik yang sampai. Selain, tentu saja, kekuatan dan lokasi pusat gempa itu sendiri.
Gempa-gempa tersebut yang kekuatannya yang lebih dari Magnitudo 4. Terkuat yang sudah terjadi adalah M6,9. Daftar ini menjadi penting setelah BMKG juga menyebut kalau ada potensi gempa hingga M8,7 yang belum terlepas dari segmen Megathrust di Selat Sunda.
Berikut ini daftar empat gempa dari laut itu,
1. Gempa M6,1 pada 23 Januari 2018
Gempa ini diduga berhubungan dengan aktivitas sesar Cimandiri.
2. Gempa M4,9 pada 28 Juli 2019
Gempa berkedalaman dangkal, 44 kilometer, ini diakibatkan oleh aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia yang menyusup ke bawah Lempeng Eurasia (intraslab).
3. Gempa M6,9 pada 2 Agustus 2019
Sumbernya di barat daya Sumur, Banten, berpusat di kedalaman 10 kilometer dan memicu peringatan tsunami. Warga di Jakarta, Bogor, Bekasi, Depok dan Tangerang sempat panik.
4. Gempa M6,6 pada 14 Januari 2022
Sumber gempa zona intraslab berkedalaman 40 kilometer atau tergolong dangkal. Dirasakan luas dari Banten sampai Lampung dan sebagian Jawa Barat.
Empat Gempa dari Laut Selatan Banten yang Sanggup Getarkan Jakarta 5 Tahun Terakhir. Twitter
Sebagai catatan, sejumlah gempa lain dari laut maupun darat, juga bisa dirasakan menggoyang sampai ibu kota. Berikut ini sumber-sumber gempa yang bisa berdampak sampai ke Jakarta,
1. Gempa megathrust selatan Jawa hingga ke Selat Sunda.
Sumber gempa ini berjarak lebih dari 200 kilometer. Meskipun intensitas gempanya menurun, endapan tanah cekungan Jakarta yang bersifat terurai (geologi kuarter) yang tebal, bisa memperbesar efek gempa atau amplifikasi. Dampaknya pada bangunan tinggi.
2. Gempa dari zona intraslab
Zona itu merupakan pertemuan kerak samudera dan kerak benua. Gempa instraslab lebih tepatnya merujuk kepada kejadian gempa yang berpusat di dalam lempeng yang menghunjam di bawah bidang kontak antar lempeng benua. Meskipun kekuatan maksimumnya lebih rendah daripada sumber gempa megathrust, namun bisa berdampak kerusakan.
3. Gempa dari patahan atau sesar aktif di sekitar Jakarta, seperti Baribis, Cimandiri, dan Citarik.
Kekuatan gempa dari sesar umumnya lebih kecil dari zona megathrust dan intraslab. Namun karena jaraknya dekat di daratan, dan pusat gempanya dangkal, efeknya berdampak pada bangunan rumah warga dan gedung pendek lainnya.
Baca juga:
BMKG: Tsunami Selat Sunda Bisa Menerjang Pantai Jakarta
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.