Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Cara Kerja Alat Deteksi Kebohongan, Buat Pembohong Sulit Berkelit

Reporter

image-gnews
Deteksi kebohongan atau Poligraf. shutterstock.com
Deteksi kebohongan atau Poligraf. shutterstock.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Dilansir dari laman science.howstuffworks, alat deteksi kebohongan atau poligraf adalah alat untuk melihat apakah orang tersebut mengatakan yang sebenarnya atau berbohong ketika menjawab pertanyaan tertentu.

Seringkali dipakai dalam penyelidikan polisi, kadang juga digunakan untuk pelamar pekerjaan, misalnya untuk instansi pemerintahan tertentu atau badan intelijen seperti FBI atau CIA.

Ketika seseorang mengambil tes poligraf terdapat empat sampai enam sensor yang melekat padanya. Poligraf bekerja dengan menganalisis sinyal dari sensor dan dicatat pada satu strip kertas yang bergerak atau grafik.

Sensor biasanya akan mendeteksi melalui tingkat pernapasan, denyut nadi, tekanan darah dan keringat.  Kadang-kadang poligraf juga akan merekam gerakan lengan dan kaki.

Alat deteksi kebohongan bekerja dimulai, dengan mengajukan tiga atau empat pertanyaan sederhana untuk untuk menganalisis respons seseorang. Selanjutnya pertanyaan utama akan diajukan. Sepanjang pertanyaan, semua sinyal orang tersebut dicatat pada kertas bergerak.

Proses Deteksi Kebohongan

Baik selama dan setelah tes deteksi kebohongan, pemeriksa dapat melihat grafik dan melihat apakah tanda-tanda vital berubah secara signifikan pada salah satu pertanyaan. 

Secara umum, perubahan yang signifikan seperti denyut jantung yang lebih cepat, tekanan darah yang tinggi, peningkatan keringat menunjukkan bahwa orang tersebut berbohong.

Ketika pemeriksa terlatih menggunakan poligraf, ia dapat mendeteksi kebohongan dengan akurasi tinggi. Namun, karena interpretasi penguji bersifat subjektif dan karena orang yang berbeda bereaksi berbeda terhadap berbohong, tes poligraf tidak sempurna dan dapat dibodohi.

Dilansir dari psychology today, teori di balik poligraf adalah bahwa ketika orang berbohong, mereka mengalami keadaan emosional yang berbeda daripada ketika mereka mengatakan yang sebenarnya. 

Poligraf dirancang untuk mendeteksi perubahan halus dalam respons fisiologis seseorang ketika mereka berbohong. Secara khusus, diperkirakan bahwa ketika orang berbohong, terutama dalam skenario berisiko tinggi seperti interogasi polisi, mereka akan merasa cemas atau takut terjebak dalam kebohongan. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketika seseorang yang bersalah diberikan pertanyaan yang akan mengungkapkan rasa bersalah mereka, kemudian mereka berbohong. Timbul ketakutan akan terdeteksi, ini menyebabkan peningkatan aktivasi sistem saraf simpatik. 

Aktivasi ini menyebabkan peningkatan denyut jantung, tekanan darah, respirasi, dan keringat. Perubahan ini adalah bagian dari sistem fight-or-flight yang dimulai setiap kali takut.

Ketika seseorang jujur, respons fisiologis mereka tetap stabil di bawah pertanyaan, sedangkan hati orang yang bersalah akan berpacu. 

Pemeriksa poligraf terlatih dapat mengatahui ketika seseorang berbohong. Namun, alat deteksi kebohongan tidak sepenuhnya akurat. American Polygraph Association memperkirakan akurasi poligraf adalah 87 persen. Artinya, dalam 87 dari 100 kasus, poligraf dapat secara akurat menentukan apakah seseorang berbohong atau mengatakan yang sebenarnya. Tetapi penting untuk diingat bahwa poligraf gagal 13 persen dari beberapa kasus.

Dikutip dari, science.howstuffworks, ini karena interpretasi penguji bersifat subjektif dan karena orang yang berbeda bereaksi berbeda terhadap berbohong, tes deteksi kebohongan atau poligraf tidak sempurna dan dapat dibodohi. Menurut National Research Council, ada bukti yang menunjukkan bahwa hasil detektor kebohongan dapat dibuat.

WILDA HASANAH 

Baca: Mahasiswa Unair Ciptakan Alat Detektor Kebohongan dengan Hasil Lebih Akurat

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

5 hari lalu

Ilustrasi stres. TEMPO/Subekti
Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

Psikolog mengatakan wajar bila orang kecewa karena harapan tidak menjadi kenyataan tetapi rasa kecewa itu mesti dikelola agar tak sampai memicu stres.


Dokter Anak Sebut Penggunaan Gawai Terlalu Lama Bisa Picu Anak Tantrum

6 hari lalu

Ilustrasi anak marah atau berteriak. shutterstock.com
Dokter Anak Sebut Penggunaan Gawai Terlalu Lama Bisa Picu Anak Tantrum

Perhatian buat orang tua, bermain gawai dalam waktu lama dapat memicu perilaku negatif seperti tantrum pada anak.


Kenali Penyebab dan Kiat Menangani Anak yang Gemar Berbohong

10 hari lalu

Kebiasaan Anak Berbohong
Kenali Penyebab dan Kiat Menangani Anak yang Gemar Berbohong

Berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan ketika mendapati anak berbohong.


Efek Emosional Menyaksikan Gerhana, Kagum sampai Cemas

32 hari lalu

Ilustrasi gerhana matahari (Pixabay.com)
Efek Emosional Menyaksikan Gerhana, Kagum sampai Cemas

Menyaksikan gerhana dapat membangkitkan berbagai emosi dan memiliki efek psikologis yang signifikan pada masing-masing orang.


Sering Sempoyongan, Dokter Jantung Ingatkan Gejala Atrial Fibrilasi

32 hari lalu

ilustrasi jantung (pixabay.com)
Sering Sempoyongan, Dokter Jantung Ingatkan Gejala Atrial Fibrilasi

Spesialis jantung meminta mewaspadai gangguan atrial fibrilasi bila sering merasa sempoyongan. Apa itu?


Memahami Sindrom Brugada, Gangguan Irama Jantung dengan Risiko Kematian

33 hari lalu

ilustrasi jantung (pixabay.com)
Memahami Sindrom Brugada, Gangguan Irama Jantung dengan Risiko Kematian

Jenis penyakit jantung yang paling sering mengakibatkan henti jantung adalah gangguan irama jantung seperti Sindrom Brugada. Bagaimana menanganinya?


Apakah Berbohong Membatalkan Puasa? Ini Penjelasan Dalilnya

39 hari lalu

Apakah berbohong membatalkan puasa? Ketahui penjelasan terkait apakah berbohong dapat membatalkan puasa menurut pendapat para tokoh agama berikut.
Apakah Berbohong Membatalkan Puasa? Ini Penjelasan Dalilnya

Apakah berbohong membatalkan puasa? Ketahui penjelasan terkait apakah berbohong dapat membatalkan puasa menurut pendapat para tokoh agama berikut.


Tak Cuma Faktor Fisik, Masalah Emosional Bisa Tingkatkan Risiko Kanker Ginjal

40 hari lalu

Ilustrasi ginjal. ANTARA-Shutterstock
Tak Cuma Faktor Fisik, Masalah Emosional Bisa Tingkatkan Risiko Kanker Ginjal

Selain faktor risiko yang bersifat fisik atau keturunan, masalah emosional juga bisa menjadi faktor risiko terjadinya kanker ginjal.


Kenali Gejala Gangguan Mental pada Ibu Pasca Melahirkan, Kurangnya Nafsu Makan Hingga Sulit Tidur

42 hari lalu

Ibu sedang pompa ASI. Foto : Motherly
Kenali Gejala Gangguan Mental pada Ibu Pasca Melahirkan, Kurangnya Nafsu Makan Hingga Sulit Tidur

Perubahan besar dalam proses melahirkan dapat menyebabkan beban mental dan emosional yang signifikan pada ibu. Ini gejala gangguan mental pada ibu.


Alasan Orang Tertutup pada Pasangan dan Cara Mengatasinya

44 hari lalu

Ilustrasi pasangan. dailymail.co.uk
Alasan Orang Tertutup pada Pasangan dan Cara Mengatasinya

Jika Anda kesulitan bersikap terbuka kepada pasangan karena berbagai alasan, berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan