TEMPO.CO, Jakarta - Vaksin Covid-19 dengan cara dihirup dilaporkan sudah resmi digunakan di Cina pekan lalu. Vaksin tersebut menggunakan nebulizer untuk mengubah cairan menjadi aerosol yang bisa dihirup melalui mulut.
Nebulizer adalah alat untuk mengubah obat dalam bentuk cairan menjadi uap yang dihirup. Pengobatan yang memanfaatkan alat ini biasanya diberikan kepada penderita gangguan pernapasan, seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronis, saat mengalami sesak napas.
Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman, menganggap baik adanya variasi vaksin dengan cara dihirup. “Ini untuk melengkapi vaksin primer dan tentu sangat baik. Apalagi ini jadi booster,” tulis Dicky lewat pesan singkat, Senin, 31 Oktober 2021. “Kita harapkan juga bisa kita pakai. Tentu kita akan lihat juga secara umum efektifitasnya di dunia nyata.”
Ia menjelaskan, vaksin yang dihirup itu vaksin yang diharapkan melengkapi imunitas yang terbentuk dari vaksin primer yang dilakukan dengan cara disuntikkan. “Karena, kalau disuntikkan, dia proteksinya sudah di saluran napas bawah. Artinya, potensi merusak paru, terganggunya fungsi paru, keparahan dan juga kematian menjadi mengecil,” jelasnya.
Vaksin yang ada saat ini umumnya dipakai membentuk proteksinya di jaringan paru. “Tapi, virusnya masih tetap bisa menginfeksi. Hidung adalah pertahanan pertama manusia, untuk infeksi saluran napas,” kata Dicky.
Karena di hidung belum ada proteksinya, antibodi, virus masih bisa masuk dan menginfeksi. “Jadi, jangan kaget kalau sekarang orang yang sudah divaksin pun masih bisa terinfeksi, masuknya ke saluran napas bawah.”
Dengan adanya vaksin yang dihirup, artinya secara teoritis diharapkan mukosa hidung sudah terbentuk sejak dini, sehingga ketika terpapar oleh virus, manusia sudah bisa memberikan langsung perlawanan serta sudah bisa langsung mendeteksi tanpa dia bisa melewati langsung ke bawah.
Saat ini vaksin hirup tersebut hanya bisa digunakan sebagai penguat alternatif bagi orang dewasa berusia 18 tahun ke atas. Para ilmuwan berharap bahwa vaksin “bebas jarum” semacam itu akan membuat vaksinasi lebih mudah diakses di negara-negara dengan sistem kesehatan yang rapuh karena lebih mudah diberikan. Mereka juga dapat membujuk orang yang tidak suka disuntik di lengan untuk disuntik.
Cina ingin lebih banyak orang mendapatkan suntikan pendorong sebelum melonggarkan pembatasan pandemi ketat yang menahan ekonomi dan semakin tidak sinkron dengan seluruh dunia. Pada pertengahan Oktober, 90 persen warga Cina telah divaksinasi lengkap dan 57 persen telah menerima suntikan booster.
Baca:
Vaksin Covid-19, Cina Pengguna Vaksin Isap Pertama di Dunia
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.