TEMPO.CO, Jakarta - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur mencatat sebanyak 58.049 rumah rusak terdampak gempa M5,6 pada Senin 21 November 2022, dan rangkaian gempa susulannya. Di antaranya rumah rusak berat sebanyak 25.186 unit.
Seluruh rumah rusak itu tersebar di 146 desa dari 16 kecamatan yang ada di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Meski ada yang digulung dan terkubur tanah longsor, sebagian besar dari 300 lebih korban meninggal yang sudah ditemukan pascagempa itu adalah mereka yang tertimpa atau tertimbun reruntuhan bangunan.
Pakar tsunami di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Widjo Kongko menilai gempa Cianjur Senin lalu tergolong tidak terlalu besar. Banyak bangunan yang terdampak karena, menurutnya, dibangun dan didesain tanpa mengikuti kaidah bangunan tahan gempa. "Padahal berada di zona kegempaan tinggi," katanya.
Ia mengungkap hasil kajian atau riset bahwa rumah rakyat di perkotaan atau pedesaan kebanyakan dibangun oleh tukang tanpa sertifikat dan tidak dirancang tahan gempa. Sementara lebih dari 80 persen rumah di zona kegempaan tinggi adalah rumah rakyat.
Menurut Widjo, otoritas baik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan BPBD serta instansi terkait, seperti dinas tata ruang dan dinas pekerjaan umum, perlu menitikberatkan program mitigasi bencana atau kesiapan sebelum bencana terjadi. "Tidak hanya fokus pada tanggap darurat dan rehabilitasi-rekonstruksi," katanya.
Evaluasi terhadap rumah-rumah rakyat yang rentan dan tidak ramah terhadap gempa, dia menyarankan, perlu dipetakan secara rinci dan dibuat program mitigasi tersebut. Misalnya, Widjo menyebutkan, dengan retrofit atau penguatan bangunan. "Sedang bangunan yang akan dibangun atau pada proses rehabilitasi-rekonstruksi harus mengadopsi bangunan tahan gempa," tuturnya.
Warga melintas di depan rumah tahan gempa di Rangkasbitung, Lebak, Banten, Jumat, 21 Januari 2022. Prototipe rumah yang dibangun oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini disebut dapat menahan guncangan gempa M8,0. ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/nym
Ridwan Kamil Pilih Belajar dari Jepang
Terpisah, Gubernur Jawa Barat M. Ridwan Kamil menyatakan akan mengirim aparatur sipil negara di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat ke Jepang untuk belajar mitigasi bencana gempa bumi. Tujuan belajar termasuk dalam membuat rumah tahan gempa di masa depan.
"Rumah tahan gempa salah satu yang nanti kami kerja samakan dengan Prefektur Shizuoka," kata Ridwan Kamil dalam keterangan tertulisnya, Jumat. Shizuoka dipilih karena dianggap sudah pengalaman mitigasi bencana gempa selama lebih dari 50 tahun.
Dalam keterangan tertulis yang sama, Wakil Gubernur Prefektur Shizuoka Jepang, Tsutomu Ideno, menjelaskan Shizuoka sama seperti Indonesia, sering mengalami gempa bumi. "Selama 50 tahun lebih ini memang ada banyak kebijakan yang ditempuh untuk penanganan bencana gempa bumi," katanya.
Tsutomu juga menyambut baik apabila ada ASN Jabar yang datang langsung ke Shizuoka untuk berbagi ilmu tentang mitigasi bencana gempa bumi. Nantinya, dia menambahkan, bisa juga staf ahli kebencanaan dari Shizuoka datang langsung ke Jawa Barat.
Baca juga: Bantu Korban Gempa Cianjur, Telkom University Bawa Menara BTS Bergerak
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.