Namun tak disangka, selepas melewati semester kedua dan hendak masuk semester ketiga, uang beasiswa yang seharusnya bisa dicairkan gagal ia peroleh. "Saat mau bayar UKT semester tiga, saya tidak bisa mengambil beasiswa itu, alasannya ada pergantian pimpinan kampus dan ada kebijakan baru," kata mahasiswi itu.
Kebijakan baru itu, kata dia, membuat jatah beasiswanya untuk semester tiga hanya bisa diambil setelah semester tujuh. Ia pun kelimpungan. Orang tuanya hanya bisa menangis mendengar nasib yang dialami mahasiswi itu.
"Saya ajukan kembali upaya keringanan biaya ke kampus. Namun, setelah kuliah semester tiga berjalan, permohonan saya baru direspons 'tidak bisa dikabulkan', sehingga saya putuskan cuti sampai sekarang sembari bekerja di restoran," kata dia.
Pinjam ke Bank Demi Bayar UKT
Kisah getir lain yang terungkap dalam diskusi itu, seorang mahasiswa baru angkatan 2020 asal Jakarta yang akhirnya memilih mundur dari UNY karena gagal mendapat keringanan biaya melalui program beasiswa kampus itu.
"UKT saya saat itu dipatok UNY Rp 3,6 juta, buat saya dan keluarga berat dan pengajuan beasiswa untuk keringanan UKT itu tak disetujui UNY," kata mahasiswa anak penjual soto itu.
Menurut dia, syarat agar pengajuan beasiswanya agar bisa dikabulkan saat itu sangat tidak relevan. Salah satunya, orang tua mahasiswa harus dalam kondisi bangkrut. Padahal, orang tuanya benar-benar dalam kondisi ekonomi pas-pasan.
"Satu porsi soto ayah saya hanya Rp 20 ribu. Penghasilan pas-pasan. Terasa berat jika saya kuliah di UNY karena mesti bayar kost dan lainnya," kata dia.
Hampir serupa, nasib yang dialami seorang mahasiswa anak penjual angkringan angkatan 2020 UNY. Ia memulai kuliah bertepatan saat pandemi Covid-19 mulai mengganas. Saat itu, penghasilan orang tuanya yang tak seberapa kian merosot karena sepi pembeli.
Sementara ibunya merupakan buruh pabrik yang memiliki penghasilan yang dipotong akibat terdampak pandemi. "Beban UKT saya di UNY total Rp 4,9 juta, sementara penghasilan bulanan kedua orang tua tak sampai sebesar itu," kata dia.
Semester pertama dan keduanya, dilewati dengan sembari bekerja serabutan sebagai buruh di sebuah perkebunan. "Aset sapi satu-satunya tabungan keluarga untuk masa mendatang juga telah dijual untuk membiayai sekolah adik saya. Sementara kuliah saya dibantu juga dari pinjaman bank," kata dia.
1.020 Mahasiswa UNY Keberatan dengan Besaran UKT