TEMPO.CO, Jakarta - Penyedia jasa deteksi plagiarisme Turnitin meluncurkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) untuk mengidentifikasi penggunaan peranti penulisan berbasis AI, termasuk ChatGPT, dengan tingkat kepercayaan 98 persen. Teknologi yang resmi diaktifkan pada Maret lalu ini memungkinkan para pengajar menganalisis dan meninjau keaslian sebuah karya akademik.
Turnitin mulai menggarap kemampuan deteksi untuk GPT-3, teknologi yang mendasari banyak aplikasi penulisan berbasis AI, sejak sekitar dua tahun sebelum ChatGPT dirilis. Dikembangkan untuk membantu pengajar dan lembaga akademik mengidentifikasi teks hasil AI dalam tulisan siswa, kemampuan mendeteksi ini diintegrasikan ke dalam sistem Turnitin yang dapat diakses melalui sistem manajemen pembelajaran.
Para tenaga pengajar yang telah menggunakan Turnitin tidak memerlukan langkah tambahan untuk mengaktifkannya. Lebih dari 10.700 lembaga pendidikan dan lebih dari 2,1 juta pengajar akan dapat dengan cepat dan mudah mengevaluasi keberadaan teks yang dihasilkan AI.
Detektor AI Turnitin memberikan ukuran evaluatif tentang berapa banyak kalimat dalam tulisan yang mungkin merupakan hasil AI. Hal ini dapat digunakan pengajar untuk menentukan apakah peninjauan atau diskusi lebih lanjut dengan siswa diperlukan.
Kemampuan deteksi ini tersedia dalam produk dan solusi yang sudah ada, termasuk Turnitin Feedback Studio (TFS), TFS with Originality, Turnitin Originality, Turnitin Similarity, Simcheck, Originality Check, dan Originality Check+.
“Para pengajar mengatakan pada kami bahwa kemampuan mendeteksi teks tertulis buatan AI secara akurat adalah prioritas pertama mereka saat ini. Mereka harus dapat mendeteksi AI dengan kepastian yang sangat tinggi untuk menilai keaslian karya siswa dan menentukan cara terbaik untuk langkah penanganannya,” kata CEO Turnitin Chris Caren.
Menurut Wakil Presiden Regional Turnitin Asia Pasifik James Thorley universitas di Asia Tenggara sangat menyadari potensi dampak peranti AI seperti ChatGPT di wilayah tersebut.
"Para pengajar di Indonesia menyadari peranti AI dapat berdampak terhadap kualitas pekerjaan siswa dan pengalaman belajar. Namun, sementara komunitas menganggap bahwa peranti AI juga dapat menjadi kekuatan untuk kebaikan, ketergantungan yang tinggi pada teknologi dapat menghambat pemikiran kritis dan integritas akademik yang merupakan nilai inti untuk pengembangan masyarakat," jelas Thorley.
Untuk membantu komunitas pendidikan menavigasi dan mengelola teknologi baru ini di kelas, Turnitin telah menerbitkan halaman sumber daya penulisan AI. Halaman web yang tersedia untuk umum diperbarui secara berkala dengan sumber daya praktis dari tim pengajaran dan pembelajaran perusahaan, yang terdiri dari mantan pengajar maupun yang masih aktif.
Sumber daya saat ini mencakup glosarium istilah AI, panduan untuk memperbarui kebijakan integritas akademik di era AI, dan rubrik penyalahgunaan AI yang dapat diunduh untuk membantu pengajar mengantisipasi potensi penggunaan AI dalam tugas menulis yang diberikan.
Halaman ini juga melaporkan kemajuan dalam penyempurnaan kemampuan deteksi seiring dengan teknologi penulisan AI yang terus berkembang.
Pilihan Editor: Ogah Turuti Nadiem, MWA UNS Somasi Kemendikbud